Resistensi nyamuk DBD terhadap insektisida sintetis ini juga ditemukan selama kegiatan pengabdian masyarakat Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (FKUI) di Desa Sujung, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, beberapa waktu lalu. Kegiatan tersebut disponsori Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI tahun 2018.

Kegiatan ini memfokuskan pada pemberantasan vektor penyakit DBD, yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Ae.albopictus. Namun vektor DBD difokuskan pada Ae.aegypti. Sebelum melakukan pemberantasan vektor, masyarakat diharapkan mengetahui seluk beluk biologi kehidupan nyamuk DBD.

Kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh kejadian beberapa tahun yang lalu, warga Desa Sujung dikejutkan dengan seorang anak yang menderita penyakit  DBD. Di desa itu tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai seperti Puskesmas. Jadi, anak yang menderita DBD langsung dibawa ke Puskesmas Kecamatan Tirtayasa. Setelah mendapat pengobatan dari rumah sakit Kecamatan Tirtayasa, anak tersebut sembuh dari penyakit DBD.

Desa Sujung memiliki luas 978.001 hektar. Desa Sujung dibatasi Desa Sidayu di bagian utara, Tirtayasa  di selatan, jalan otonom di timur, dan Laut Jawa di bagian barat. Seperti wilayah Indonesia pada umumnya, iklim di desa itu terdiri dari kemarau dan penghujan.

Jumlah penduduk sebanyak 5.272 jiwa, terdiri atas laki-laki 2.541 orang dan perempuan 2.731 jiwa. Sebagian besar mata pencarian penduduk di Desa Sujung adalah bertani karena desa tersebut banyak sawah. Selain itu, pekerjaan penduduk, yaitu pedagang, guru, aparatur sipil negara, buruh, dan lain-lain.

Fasilitas kesehatan seperti Puskesmas tidak ada, tetapi tempat untuk melahirkan anak ada dengan peralatan yang sederhana. Ada seorang bidan yang bertugas di tempat itu. Ada 467 bayi berusia di bawah lima tahun (balita), dengan rincian empat balita mengalami gizi buruk, 467 balita bergizi baik, dan 213 balita bergizi kurang.

Masalah lainnya, yaitu kebutuhan air bersih. Sebagian besar penduduk menggunakan air sumur galian, sumur pompa, dan air sungai. Air sumur galian dan sumur pompa merupakan air tanah yang cocok untuk perkembangan telur nyamuk DBD, Ae.aegypti menjadi larva, pupa dan nyamuk dewasa.

Selain itu, air hujan sangat dibutuhkan oleh warga. Biasanya pada musim hujan, warga menampung air hujan di ember besar. Keadaan ini memfasilitasi telur nyamuk dapat berkembang biak dengan baik. Penduduk memiliki kebun dan perkarangan rumah yang ditanami tanaman. Tanaman itu sebenarnya cocok untuk tempat beristirahat nyamuk tersebut. Penduduk memiliki kebiasaan menggantungkan pakaian di dalam rumah, sehingga nyamuk  dapat beristirahat di pakaian itu.

Sebenarnya, warga yang terkena penyakit DBD tidak hanya terjadi di Desa Sujung, tetapi warga desa lainnya juga mengalami hal yang sama. Oleh karena itu, kita harus waspada terhadap penyakit DBD tersebut.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, penyakit DBD telah menyebar luas di seluruh provinsi di Indonesia. Penderita DBD ditemukan pada anak-anak, remaja, sampai dewasa baik laki-laki maupun perempuan.

Sampai saat ini vaksin penyakit DBD belum tersedia sehingga pengobatannya bertujuan untuk menghilangkan gejala penyakit DBD seperti menurunkan panas. Oleh karena itu, untuk menurunkan angka penularan penyakit DBD di masyarakat, pemberantasan vektor nyamuk DBD menjadi pilihan terbaik

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yaitu flavivirus. Bibit penyakit ini ditularkan oleh vektor nyamukAe. aegypti dan Ae.albopictusAe.aegyptidikenal sebagai nyamuk demam kuning, sedangkan Ae.albopictus dikenal sebagai nyamuk macan asia. Vektor utama DBD adalah Ae.aegypti.

FD

Aedes aegypti 

Pada umumnya, badan nyamuk berwarna belang hitang putih, sehingga nyamuk ini disebut nyamuk si belang hitam dan putih.  Nyamuk ini tersebar luas di seluruh provinsi Indonesia, baik di daerah perkotaan dan pedesaan.

Kedua spesies nyamuk ini memiliki warna belang hitam dan putih. Terdapat dua jenis kelamin, yaitu nyamuk jantan dan betina. Nyamuk jantan mempunyai bulu yang lebat di antene (pulmous), sedangkan betina bulu antena sedikit (pilous). Ukuran badan nyamuk Ae.aegypti betina (1,80-3,23 mm) hampir sama dengan jantan, tetapi Ae.albopictus betina berukuran 2 mm dan jantan 20 persen lebih kecil.

Perbedaan yang khas antara Ae.aegyptidan Ae.albopictus, yaitu pada punggungAe.aegypti terdapat gambaran lira berwarna putih, sedangkan punggungAe.albopictus terdapat gambaran garis lurus bewarna putih.

Telur  Ae aegypti berwana hitam dan diletakkan satu per satu di permukaan air bersih. Pada telur terdapat dinding garis dan membentuk  bangunan seperti kain kasa. Larva Ae.aegypti mempunyai pelana terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral.

Nyamuk betina dewasa nyamuk Ae.aegyptimeletakkan telurnya di atas permukaan air bersih. Seekor nyamuk betina dapat bertelur sekitar 100 butir per hari. Dalam waktu dua hari telur menetas menjadi larva, setelah itu menjadi pupa. Dalam waktu beberapa hari, pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang diperlukan dari telur sampai dewasa sembilan hari.

Tempat bersarang utama  nyamukAe.aegypti, yaitu tempat air bersih yang berdekatan dengan rumah penduduk. Tempat bersarang  nyamuk itu terbagi atas dua macam. Pertama, tempat bersarang nyamuk yang dibuat oleh manusia. Tempat itu meliputi  bak mandi, tempayan atau gentong, pot bunga, kaleng bekas, dan ban bekas. Kedua, tempat bersarang alamiah meliputi kelopak daun keladi dan pisang, tempurung kelapa, tonggak bambu dan lubang pohon yang berisi air hujan.

Hanya nyamuk betina yang dapat menghisap darah manusia, sedangkan nyamuk jantan menghisap sari bunga tanaman. Penghisapan darah manusia terjadi pada siang hari dan dilakukan di dalam dan di luar rumah. Aktivitas nyamuk betina menghisap darah dilakukan mulai dari jam 08.00-10.00 dan sebelum matahari terbenam jam 15.00-17.00.

Nyamuk ini beristirahat di semak-semak rerumputan di kebun dan di perkarangan rumah. Selain itu, tempat istirahat di dalam rumah pada benda-benda yang menggantung seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain-lain.

Umur nyamuk di alam bebas selama 10 hari, tetapi di laboratorium dapat mencapai dua bulan. Selain itu, nyamuk mampu terbang sejauh 40 meter, tetapi dapat mencapai 2 kilometer.

Dengan perilaku nyamuk tersebut, pemberantasan terhadap nyamuk ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain perlindungan perorangan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), penggunaan insektisida, dan penyuluhan.

Perlindungan perorangan bertujuan menghindari atau mencegah gigitan nyamuk. Kegiatan ini meliputi pemasangan kawat kasa pada jendela dan pintu rumah, pemakaian kelambu, pemakaian pengusir nyamuk (repellent), dan menggunakan pakaian dengan lengan panjang dan celana panjang.

PSN dikenal dengan 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur. Bak mandi dan tempat penampungan air bersih perlu dikuras secara teratur minimal seminggu sekali. Menutup tempat penampungan air hujan, tempayan, gentong dan tempat lainnya. Kaleng-kaleng, gelas dan ban bekas harus dikubur Tujuan utama 3M tersebut untuk memutuskan daur hidup nyamuk.

Penggunaan insektisida sintetis terdiri dari golongan klorinorganik (dichlorodiphenyltrichloroethane/DDT), fospatorganik (malation, abate), dan piretroid telah memberikan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan hewan pemangsa lainnya karena insektisida tersebut mencemari lingkungan. Selain itu, nyamuk menjadi resisten terhadap insektisida tersebut karena penggunaan insektisida yang sering. Meskipun demikian, pengasapan (fogging) dengan malation masih dilakukan jika ditemukan kasus DBD pada manusia.

Penyuluhan tentang penyakit DBD dilakukan untuk masyarakat. Dalam kegiatan penyuluhan tersebut, pembicara memberikan pengetahuan dan motivasi kepada masyarakat agar mereka aktif dalam pemberantasan nyamuk.

Berdasarkan masalah yang dihadapi penduduk Desa Sujung, Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat tentang pemberantasan DBD menggunakan alat perangkap telur nyamuk sederhana yaitu ovitrap dan dapat dilakukan oleh penduduk di desa.

Kegiatan yang dilakukan, yaitu penyuluhan, pemasangan ovitrap secara massal, melakukan 3M secara massal,  pengambilan larva,  penangkapan nyamuk pada malam hari, dan pengukuran kepadatan nyamuk Ae.aegypti.

Evaluasi program tersebut meliputi pemeriksaan ovitrap, pembiakan telur hasil ovitrap menjadi larva, pupa dan dewasa, pemeriksaan resistensi  nyamukAe.aegypti terhadap pemtrin dan malatiaon, pendeteksian virus DBD pada nyamuk dewasa, hasil pengukuran kepadatan nyamuk, dan tingkat kesuburan nyamuk betina Ae.aegypti.

Warga Desa Sujung sangat bersemangat mengikuti penyuluhan DBD yang dilaksanakan di Balai Desa Sujung. Tujuan penyuluhan DBD untuk memberikan wawasan pengetahuan dan memotivasi penduduk untuk melaksanakan pembernatasan DBD.

Masyarakat diberi pengetahuan bagaimana cara membuat ovitrap. Tujuan ovitrap adalah untuk mengetahui keberadaan nyamuk dewasa betina Ae.aegypti di sekitar rumah.  Karena tempat istirahat utama  nyamuk Ae.aegypti  berdekatan dengan rumah penduduk, ovitrap dipasang di sekitar rumah yaitu di luar dan di dalam rumah.

Ovitrap terbuat dari bahan gelas kertas yang bervolume 200 ml dan dapat dibeli di toko plastik. Kertas saring atau tisu dipakai untuk melapisi bagian dalam gelas tersebut. Karet gelang digunakan untuk meletakkan ovitrap di tempat tertentu. Setelah itu, air bersih ditambahkan sebanyak 100 ml.

Ovitrap  diletakkan di luar rumah seperti di batang pohon tanaman, di bawah pot, di bawah tamanan dan lain-lain. Di dalam rumah, ovitrap diletakkan di dekat bak mandi, di bawah tempat tidur, di ruang tamu dan lain-lain.

Setelah lima – tujuh hari, kertas saring atau tisu yang berada di bagian dalam ovitrap diambil dan dikeringkan. Setelah kertas saring atau tisu kering, telurAe.aegypti terlihat berwarna hitam dengan ukuran kecil yang masih terlihat dengan mata.

Warga Sujung sangat antusias melakukan kegiatan ovitrap. Kegiatan ini dilakukan secara massal melibatkan 10 RT, yaitu RT 01, 02, 03, 04, 05, 06A, 06B, 07, 08 dan 09. Warga yang berpartisipasi dalam kegiatan ovitrap, di antaranya ketua RT, sekretaris RT, bendahara RT, kader PKK, tokoh masyarakat, dan warga lainnya.

Tim Departemen Parasitologi mendampingi kegiatan tersebut. Hasilnya, dari 100 ovitrap, ditemukan tiga ovitrap positif mengandung telur Ae.aegypti di RT 02, 05, dan 07, dengan jumlah telur berkisar 10 – 100 butir. Di Laboratorium Departemen Parasitologi FKUI, Jakarta, telur-telur tersebut telah ditetaskan menjadi larva, pupa dan nyamuk dewasa.

Penangkapan larva atau jentik nyamukAe.aegypti juga dilakukan secara massal. Tujuan kegiatan ini untuk menyadarkan warga tentang keberadaan larva atau pupa nyamuk di tempat bak mandi atau tempat bersarang lainnya. Larva tersebut ditampung di dalam botol plastik yang telah diberi label. Larva tersebut dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dan dibiakkan menjadi nyamuk dewasa.

Selama proses pengamatan jentik nyamuk tersebut data RT, nomor rumah, jumlah tempat penampungan air (TPA), lokasi TPA, jumlah jentik, keadaan TPA, dan lainnya dicatat ke dalam formulir survei jentik nyamuk. Data tersebut dianalisis dengan metode statistik Statistical Product and Service Solution (SPSS).

Dari evaluasi program pengabdian pada masyarakat tersebut diperoleh hasil yaitu dari 100 rumah hanya 28 persen (28/100) rumah positif jentik nyamuk. Sebanyak 135 TPA, 20,7 persen (28/135) TPA positif jentik nyamuk. Dari 28 TPA yang positif jentik, 93 persen (26/28) TPA berada di dalam rumah dengan keadaan terbuka, dan 7  persen (2/28) di luar rumah dengan keadaan terbuka. Nyamuk betina dewasaAe.aegypti  resisten terhadap insektisida sintetis permetrin dan malation. Selain itu, hasil tes virus dengue didapatkan 35 nyamuk dewasa betina   tidak mengandung virus dengue.

Hasil kegiatan pengabdian masyarakat di desa Sujung tersebut sangat penting untuk membuat strategi pemberantasan nyamuk DBD. Motivasi masyarakat untuk kegiatan tersebut sangat tinggi, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan program.

Sebanyak 28 persen TPA dari RT 1 sampai RT 9 mengandung jentik nyamuk. Untuk itu perlu dilakukan pemberantasan jentik nyamuk secara massal. Perlu diperhatikan masalah resistensi nyamuk terhadap insektisida sisntetis. Jadi, jika melakukan pengasapan sebaiknya tiga bulan sekali. Meskipun nyamuk betina dewasaAe.aegypti tidak mengandung virus dengue, warga diharapkan tetap waspada terhadap penyakit DBD.

Tim Pengabdian Pada Masyrakat Departemen Parasitologi bekerja sama dengan warga Desa Sujung telah berusaha untuk memberatas nyamuk DBD. Usaha tersebut sangat berharga untuk masyarakat karena telah menciptakan lingkungan yang sehat. Selain itu, usaha tersebut telah membantu pemerintah daerah dalam pemberantasan nyamuk DBD.