Rasa iri hati adalah suatu emosi yang terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan kualitas, capaian, atau kepemilikan yang dipunyai orang lain ataupun berbagai keinginan atau harapan lainnya yang tidak ia peroleh (terjemahan bebas dari Wikipedia).

Banyak orang enggan mengakui keiriannya kepada orang lain karena emosi ini terlihat tak dapat diterima secara sosial.

Namun, seperti halnya semua emosi, iri hati merupakan suatu pengalaman alamiah dan umum. Sebagai suatu pengalaman emosional yang kompleks, iri hati dapat terdiri dari banyak elemen: keinginan, perasaan rendah diri, niat buruk terhadap orang yang diirikan, dendam, dan rasa bersalah. Acap kali seseorang menjadi iri karena adanya ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, iri hati terjadi ketika seseorang yakin bahwa memiliki apa yang dipunyai orang lain akan meningkatkan kebahagiaan mereka sendiri.

Rasa iri dan cemburu adalah konsep yang berbeda dalam bidang psikologi meskipun istilah ini sering dipertukarkan.

Seperti halnya iri hati, cemburu merupakan emosi yang kompleks dengan banyak segi, tetapi cemburu biasanya ada dalam konteks relasi. Lebih khusus lagi, kecemburuan terjadi ketika seseorang takut kehilangan suatu hubungan yang penting dengan orang lain, takut kehilangan apa yang sudah mereka miliki dan ingin mereka pertahankan. Di sisi lain, iri hati biasanya terjadi ketika pencapaian, status, atau kepemilikan orang lain diinginkan, jadi emosinya berfokus pada apa yang tidak dimiliki seseorang (https://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/envy, diunduh 14 September 2018).

Berkembangnya rasa

Rasa iri berkembang ketika individu membandingkan dirinya dengan orang lain dan menemukan diri mereka lebih rendah atau kekurangan. Jenis perbandingan ini sering dapat dilihat dalam hubungan persaudaraan, misalnya. Anak-anak acap kali membandingkan perlakuan orangtua terhadapnya dan saudara kandungnya, baik secara nyata maupun hanya dirasakan, menunjukkan adanya perbedaan. Rasa iri lebih berasal dari faktor internal daripada eksternal. Individu mungkin lebih mengalami rasa iri jika mereka memiliki harga diri yang rendah atau yakin bahwa mereka mempunyai kekurangan dalam beberapa hal, terlepas dari apa yang sebenarnya mereka miliki. Seseorang juga lebih cenderung iri kepada orang-orang yang mirip dalam hal-hal seperti jender, kelas, pendidikan, dan pekerjaan. Usia seseorang dapat memengaruhi apakah orang tersebut mungkin mengalami rasa iri. Satu penelitian menemukan bahwa remaja dan dewasa muda lebih cenderung iri daripada orang setengah baya dan lanjut usia.

Mengatasi rasa iri

Rasa iri sering ditulis dalam istilah negatif, dengan fokus untuk mencegah seseorang menghargai apa yang mereka miliki atau merayakan keberhasilan orang lain. Keirian yang dengki berfokus pada orang yang memiliki hal yang diirikan dan melibatkan keinginan aktif agar orang itu tidak memilikinya lagi. Mereka yang mengalami kedengkian mungkin memiliki niat negatif terhadap orang lain dan ingin menghilangkan mereka dari obyek yang diinginkan.

Mengatasi rasa iri dalam terapi dapat membantu. Ketika individu menyadari bahwa rasa iri hati menjadi berlebihan atau menyebabkan masalah dalam kehidupan, mereka mungkin menemukan bahwa mengeksplorasi perasaan-perasaan ini dengan seorang terapis menjadi bermanfaat karena terapis dapat membantu mereka memahami dan mengelolanya secara efektif. Menghadapi perasaan iri juga dapat membantu untuk mengeksplorasi harga diri, dalam banyak kasus perasaan iri hati mungkin terkait dengan rasa tidak mampu atau berbagai keyakinan negatif tentang diri.

Menyelidiki rasa iri dalam terapi dapat bermanfaat karena memberikan arahan tentang apa yang sebenarnya diinginkan seseorang dalam hidup. Hal spesifik yang dimiliki seseorang dapat membantu menggambarkan hasrat dan tujuan individu itu. Terapi mungkin bermanfaat karena terapis sering dapat membantu orang mengidentifikasi kemampuannya sendiri dan mendorongnya untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Dengan cara ini, terapis dapat mendukung individu melalui proses mengubah perasaan iri ke arah berbagai tujuan positif.

Iri hati lunak

Menurut Richard Smith, PhD (2015), ada yang disebut iri hati yang lunak (benign envy). Rasa ini cenderung berfokus pada perolehan obyek atau status yang diinginkan, tanpa adanya niat buruk terhadap orang lain. Perbedaan utama antara iri hati yang lunak dan iri dengki adalah bagaimana masing-masing memotivasi kita untuk menghadapi rasa tersebut. Kedua pengalaman ini menyakitkan, tetapi iri yang lunak menghasilkan peningkatan motivasi, sementara iri yang dengki sebaliknya.

Bagaimana kita bisa mengupayakan iri hati yang lunak dalam diri ketika kita frustrasi oleh superioritas orang lain? Salah satu kunci adalah menumbuhkan pola pikir bahwa suatu perubahan benar-benar mungkin dilakukan. Daripada memusatkan perhatian pada semua hal yang tidak kita miliki yang menghalangi perbaikan diri, berpikirlah pada hal-hal yang dapat kita kendalikan.

Jadi, ketika kita merasa iri, dengan berpikir secara bertahap tentang hal-hal yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki diri kita, dapat mengarahkan kita ke arah iri hati yang lunak dan efek konstruktifnya. Iri hati yang lunak adalah jenis yang membangkitkan kita, bukan membuat kita ingin menarik orang lain ke bawah. Smith (2015) menguraikan bahwa iri hati lunak dapat bermanfaat.

1. memotivasi

Iri hati yang lunak dapat memotivasi selama kita membandingkan diri dengan orang yang tepat. Jika dia ada di dalam kelompok, dapat mendorong kita ke pencapaian yang lebih besar. Jadi, tetaplah iri kepada orang-orang yang sedikit lebih baik daripada kita.

2. Terasa menyenangkan

Iri hati lunak adalah norma: kebanyakan orang secara otomatis membandingkan diri mereka dengan orang yang bertindak lebih baik daripada diri mereka sendiri. Ketika kita melihat orang lain melakukan sesuatu dengan lebih baik, hal itu bisa memberikan harapan dan membuat kita merasa baik.

3. Membuat lebih kreatif

Orang-orang yang bertindak lebih baik dapat memacu kita untuk menjadi lebih kreatif. Dalam satu studi tentang kreativitas: "…peserta dihadapkan pada target perbandingan yang mengancam atau meningkatkan evaluasi diri dan kemudian diminta menyelesaikan suatu tugas. Peserta yang terpapar pada target yang mengancam berkinerja lebih baik daripada yang berada dalam kelompok kontrol, sedangkan mereka yang terpapar pada target yang tidak mengancam berkinerja buruk" (Johnson & Stapel, 2007). Dengan cara yang sama seperti menjadi lebih kreatif, iri hati dapat membuat Anda lebih pintar. Blanton dkk (1999) menemukan bahwa siswa yang membandingkan diri dengan orang lain cenderung punya nilai lebih baik di sekolah.