Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 18 September 2018

Sopir Baru Blok Rokan//Atmosfer Asian Games 2018//Untuk Kapolda Metro Jaya (Surat Pembaca Kompas)


Sopir Baru Blok Rokan

Kontrak pengelolaan lapangan migas Blok Rokan di Duri dan Minas—keduanya di Riau—milik Chevron, perusahaan migas asal Amerika Serikat, telah berakhir. Di kalangan geosaintis Indonesia, lapangan ini merupakan giant oil field nomor dua di Indonesia. Pantas jadi rebutan untuk meneruskan pengelolaannya.

Sebagai pensiunan pekerja migas, saya mengikuti perkembangan ini dan mengumpamakan Blok Rokan sebagai Metromini dengan sopir bernama Chevron dan "setoran" (produksi) 200.000 barel oil per hari.

Begitu kontrak berakhir, banyak sopir datang kepada pemerintah (Bapak NKRI), melamar ingin menjalankan Metromini Rokan. Salah satu sopir pelamar adalah anak sendiri: Pertamina.

Sebagai bapak yang bijak, yang pertama kali diundang dan ditanya adalah anak sendiri, "Nak, kamu ingin melamar bawa Metromini? Sudah punya SIM B-Umum dan berpengalaman?"

Sang anak menjawab, "Punya."

Tanyaan berikutnya, "Sopir Chevron kemarin dapat setor 200.000 barel oil per hari. Kamu sanggup?"

Dengan percaya diri sang anak menjawab, "Sanggup."

Mendengar jawaban ini, saya gembira dan bangga. Mengebor sumur serta melakukan uji produksi, kerja ulang sumur, penyemenan, pengasaman, dan lain-lain yang intinya hanya menaikkan produksi adalah "makanan sehari-hari" teman-teman di Pertamina.

Belakangan saya mendengar dari teman-teman bahwa Pertamina sanggup meningkatkan produksi sampai dua kali lipat. Melihat pengalaman segudang di reservoir batu gamping karbonat dan juga batu pasir, saya rasa ini jawaban optimistis. Selamat bekerja!

Sugeng Hartono
Pensiunan Petroleum Geologist,
Bona Indah Blok A, Lebak Bulus, Jakarta Selatan

Atmosfer Asian Games 2018

Konon, jika sedang di luar negeri (khususnya di negara maju), orang Indonesia bisa beradaptasi menjadi manusia beradab: berdisiplin, tertib, mau antre, saling bantu, mau berbagi, dan bertoleransi tinggi.

Dari cerita dan pengalaman banyak orang mengikuti Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, sikap dan ketertiban seperti yang saya sebut tadi amat terasa, khususnya di tempat pelaksanaan Asian Games 2018 dan sekitarnya.

Apakah ini bisa terjadi karena di sana hadir anak segala bangsa dengan harapan yang sama: bergembira dan menyaksikan prestasi anak manusia dari berbagai bangsa?

Secara naif saya berkesimpulan, supaya sikap dan suasana positif tersebut dapat terwujud di berbagai tempat di negeri ini, kita perlu menyegarkan kembali otak dan jiwa kita dengan membangunkan impian, harapan, atau cita-cita bersama, serta menikmati keragaman di sekitar kita—suku, agama, ras, adat, dan bahasa alias Bhinneka Tunggal Ika. Caranya?

Barangkali kita perlu sering mengadakan kegiatan internasional yang melibatkan berbagai unsur kebinekaan kita. Hindari fanatisme!

Iggi Widyananda
Limo, Depok, Jawa Barat

Untuk Kapolda Metro Jaya

Para pengendara sepeda motor di Jakarta makin tak peduli dan merasa tak bersalah berkendara melawan arus.

Mereka merasa benar dengan tindakan melawan hukum itu. Di pihak lain pada petugas lalu lintas tak ada usaha mencegah dan mengatasinya. Penertiban musiman belaka.

Tanoe Wijaya
Kelapa Gading, Jakarta Utara


Catatan Redaksi

Redaksi menerima puluhan surat pembaca dengan keluhan yang sama di sejumlah tempat di Jakarta. Mereka menyayangkan para pengendara sepeda motor sekaligus aparatur negara yang tak peduli dengan gejala berlalu lintas yang membahayakan jiwa manusia ini.

Kompas, 18 September 2018


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger