KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Atlet wushu putri Indonesia Lindswell Kwok beraksi pada nomor Taijijian All Round cabang Wushu pada Asian Games 2018 di Jakarta International Expo (JIEXPO), Jakarta, Senin (20/8/2018). Lindswell berhasil meraih emas dalam nomor ini.

 

Pesta olahraga terbesar di Asia ke-18 selama dua minggu terakhir telah berakhir. Jika ada panggung raksasa, layar pun telah turun menutup, disertai rasa syukur.

Kekhawatiran Presiden Joko Widodo sebelumnya, bahwa gereget masyarakat tak kunjung muncul, tidak mewujud. Sebaliknya, saat pertandingan memuncak dan event menjelang akhir, Gelora Bung Karno dan arena pertandingan lainnya disesaki oleh penonton dan pengunjung yang membeludak.

Tak bisa disangkal bahwa Asian Games di Jakarta dan Palembang telah melahirkan pesona, sensasi yang sekaligus membanggakan, mengharukan, dan menginspirasi.

Pertama kita sampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintah, kepada panitia penyelenggara (Inasgoc), juga kepada para atlet dan ofisial yang ambil bagian, serta kepada masyarakat yang dengan penuh antusiasme mendukung perhelatan akbar ini.

Setelah pesta usai, dan karena Indonesia ingin menjadi bangsa pembelajar, tentu tidak ingin pengalaman Asian Games berlalu begitu saja. Meski target medali terlampaui, kita melihat masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan agar Indonesia semakin kokoh dalam olahraga, khususnya di cabang-cabang yang dipertandingkan di Olimpiade.

Di atas kita masih ada China, Jepang, dan Korea, yang tentu saja harus terus menjadi acuan dalam menemukan best practices dalam olahraga. Kita melihat olahraga tidak saja untuk menyehatkan badan dan jiwa sesuai semboyan mens sana in corpore sano, tetapi juga sebagai satu sains yang harus dikaji dengan riset ilmiah.

Kita terkesan oleh keelokan permainan netting Jonatan Christie, juga keindahan gerak Lindswell Kwok, sekadar mengambil contoh. Itu semua adalah manifestasi kecerdasan kinestetik yang ditambah dengan latihan keras penuh disiplin.

Di sinilah pesan terpenting Asian Games bagi orang muda. Ibaratnya "berguru dan bersemadi" dulu untuk mencapai prestasi. Sukses dan kemasyhuran datang kemudian sebagai buah, bukan sesuatu yang dituntut di depan atau datang begitu saja.

Asian Games 2018 yang berlangsung saat Indonesia menyongsong pemilihan presiden juga membawa pesan kebangsaan yang amat kuat. Tentu secara fotografik aksi atlet pencak silat Hanifan yang menyatukan Presiden Joko Widodo dan kandidat penantang Prabowo Subianto adalah yang paling fenomenal.

Namun, apa yang setiap hari berlangsung di arena pertandingan tak kalah menggugah. Hanya dalam gelanggang olahraga, yang ada hanyalah atlet yang didukung dan penonton yang mendukung, titik. Tidak ada isu lain seperti yang menyangkut asal-usul, etnisitas, dan elemen denominasi lain.

Atas dasar itu, sebagian kalangan masyarakat mendamba, hendaknya momentum Asian Games tidak berlangsung sesaat, karena apa yang terpancar dari perhelatan ini adalah sejatinya jati diri bangsa Indonesia.