Pidato Presiden Joko Widodo di Sidang Paripurna Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 disambut sangat antusias meriah, ditandai dengan standing ovation.
Selain banyak butir pidato yang bernas, aktual, yang membuat pidato Presiden menjadi tambah berwarna adalah dimasukkannya analogi apa yang terjadi sekarang ini dengan persaingan sengit sebagaimana digambarkan dalam film televisi Game of Thrones.
Presiden dengan gamblang menuturkan kembali sengitnya perseteruan antara kubu (Houses) dan wangsa (Families) pada film tersebut, tanpa mereka menyadari bahwa ada bahaya lain yang mengancam, yakni Evil Winter yang akan melingkupi Bumi dengan es dan kehancuran.
Jika pertarungan diteruskan, yang kalah hancur demikian juga yang menang.
Ini mengingatkan kita pada doktrin perang nuklir mutually assured destruction (MAD), kedua kubu yang berperang akan sama-sama hancur. Game of Thrones sebagaimana perang nuklir adalah jenis unwinnable war, perang yang tak bisa dimenangkan, karena semua pihak akan kalah.
Kita ingin menyoroti tiga hal terkait pidato Presiden Joko Widodo. Pertama, ini untuk kedua kalinya Presiden merujuk pada kisah dari dunia perfilman untuk melukiskan situasi internasional sekarang.
Perang dagang antara Amerika Serikat dan China terkandung implisit dalam wacana itu. Sebelumnya di Vietnam, di depan World Economic Forum on ASEAN September, Presiden mengambil film Avengers: Infinity War sebagai latar.
Boleh jadi metafora dari jagat industri kreatif sekaligus juga untuk mengirim pesan bahwa Presiden RI up-to-date dengan idiom dan adagium milenial. Dari sisi ini, kita apresiasi pendekatan Presiden dalam menyampaikan pesan kepada para pemimpin dunia atas permasalahan yang dihadapi saat ini.
Di luar film, Presiden Jokowi juga fasih menyebut perkembangan teknologi mutakhir, seperti halnya sistem transportasi cepat-massal Hyperloop dan juga program wisata angkasa yang dikembangkan SpaceX dengan CEO-nya yang fenomenal, Elon Musk.
Kedua, realitas internasional sekarang jika benar-benar tidak terkendali, selain menyusahkan pihak yang berseteru juga berpotensi membawa dunia pada kemunduran. Kita ingat, AS sebagai pemenang Perang Dunia II meluncurkan Marshall Plan untuk membantu menghidupkan kembali perekonomian Eropa.
Kalau Eropa tak ditolong dan dibiarkan hancur dan miskin, siapa yang akan membeli produk-produk AS? Kearifan mengatakan, orang tak bisa kaya sendiri.
Ketiga, yang tidak kalah penting, lukisan Avengers dan Game of Thrones, jika kita bijak, tentu tak sebatas untuk mengingatkan dunia luar. Dalam hal ini, kita juga perlu introspeksi diri . Selama ini, saat menghadapi kesulitan ekonomi dan lain-lain, kita cenderung membebankan pangkal masalah ke faktor eksternal.
Mestinya kita juga sigap mengamati perkembangan internasional dan menempuh langkah cerdas sehingga saat badai menerpa kondisi kita tak mudah sempoyongan.
Hanya jika kita mampu memetik kearifan dari pidato Presiden untuk perbaikan diri, kita pantas disebut bangsa sembodo, tindakan mengikuti kata-kata.
Kompas, 15 Oktober 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar