KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Dari kiri ke kanan: Ketua Dewan Stabilitas Keuangan IMF Mark Carney, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Presiden Bank Dunia  Jim Yong Kim, Presiden RI Joko Widodo, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Ketua Komite Moneter dan Keuangan Internasional IMF Lesetja Kganyago berfoto bersama dalam seminar "The Bali Fintech Agenda" di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018). 

Peserta pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali sepakat bekerja sama menghadapi ketidakpastian global yang telah menjadi situasi normal baru.

Sebanyak 189 negara dalam pertemuan tahunan yang berakhir hari Minggu itu melihat kerja sama bilateral dan multilateral dalam perdagangan, moneter dan fiskal, serta memperbaiki fundamen perekonomian domestik adalah kunci pokok menghadapi ketidakpastian.

Di dalam upaya itu, pemanfaatan teknologi digital, ekonomi inklusif, penguatan modal manusia, dan penciptaan lapangan kerja berkualitas menjadi penopang yang tidak dapat diabaikan.

Penyebab ketidakpastian global adalah kerentanan keuangan, ketegangan perdagangan dan geopolitik, serta naiknya nilai utang global. Ketiganya mengancam pertumbuhan ekonomi dunia.

Di dalam sistem perekonomian yang saling terhubung, perdagangan bebas dan adil menjadi penentu kesetimbangan bejana berhubungan aliran barang dan jasa antarnegara. Membangun sistem pengaman keuangan dan moneter dengan memperluas kerja sama bilateral semakin penting dilakukan.

Rekomendasi penting lain dari pertemuan itu adalah penting memperkuat fundamen perekonomian setiap negara. Penyesuaian struktural menjadi kunci.

Pengalaman negara-negara ekonomi bertumbuh (emerging markets) memperlihatkan, ekonomi yang berukuran besar dan tumbuh baik perlu ditopang pengelolaan fiskal dan moneter tangguh untuk menghadapi gejolak keuangan global. Kita melihat pengelolaan keuangan dalam negeri Argentina dan Turki serta ketegangan politik antara Turki dan Amerika mengguncang perekonomian kedua negara yang mengimbas ke negara berkembang lain, termasuk Indonesia, India, dan Afrika Selatan.

Pengendalian inflasi, pendalaman sektor keuangan, dan meningkatkan investasi langsung menjadi cara menurunkan defisit transaksi berjalan. Untuk itu, investor butuh kemudahan dan kepastian peraturan dari pusat hingga daerah dalam jangka panjang. Kebijakan reaktif akan menjebak negara-negara terdampak ketidakpastian keuangan global.

IMF mengajak negara berkembang menambah kuota saham agar dapat memiliki suara lebih besar di lembaga itu. Negara-negara juga membayar iuran sebagai anggota Bank Dunia. Karena itu, wajar apabila negara anggota meminta dua lembaga dunia itu lebih aktif mendorong perdagangan terbuka dan adil serta membantu negara berkembang mengelola utang luar negeri.

Bank Dunia telah banyak membantu Indonesia dalam menurunkan jumlah orang miskin, mengatasi ketimpangan, meningkatkan derajat kesehatan, pendidikan, pengendalian pertambahan penduduk, dan pangan. Kita masih menghadapi masalah kemiskinan dan peningkatan pendapatan pemerintah melalui pajak.