Prestasi akademik saya cukup baik, bahkan saya dianjurkan mengajukan lamaran untuk mendapat beasiswa. Namun, pada semester ketiga, saya mengalami banyak peristiwa yang menyebabkan saya patah semangat.

Teman wanita saya meninggalkan saya dengan alasan, saya terlalu serius, kurang menyenangkan jika diajak bicara. Saya juga dianggap terlalu banyak memikirkan masa depan dan kurang mampu menikmati kehidupan sebagai remaja. Saya jarang ikut pesta remaja dan lebih banyak baca buku atau ikut diskusi mengenai teknologi dan bisnis.

Bisnis orangtua saya jatuh sehingga saya harus berusaha mendapat penghasilan sambil kuliah. Mula-mula saya berhasil, tetapi kemudian modal yang saya kumpulkan dengan susah payah habis karena ditipu teman.

Saya terlalu percaya kepada teman yang baru saya kenal. Akibatnya, saya harus pindah kos yang biayanya lebih murah dan kamar saya yang baru menyebabkan saya kurang nyaman belajar.

Saya banyak belajar di perpustakaan sampai malam sehingga sering terlambat tidur. Paginya saya merasa lelah dan mengantuk sehingga kurang minat dalam mengikuti kuliah. Angka ujian saya menurun sehingga saya dipanggil mentor saya. Saya berusaha menyembunyikan kehidupan keluarga saya dan berjanji kepada mentor untuk belajar lebih baik.

Saya mencoba bangkit kembali. Usaha bisnis sambilan mulai berhasil, tetapi minat belajar saya menurun. Semula, setiap membaca buku pelajaran saya bersemangat karena dapat memahami suatu konsep baru.

Sekarang saya merasa lelah dan lebih suka keluar rumah untuk melihat kesempatan memajukan bisnis saya. Saya sekarang di persimpangan jalan, apakah akan meneruskan kuliah atau akan mencurahkan semua waktu dan pikiran saya untuk bisnis.

Sebenarnya, dalam hati saya ingin menyelesaikan kuliah dan setelah itu baru membesarkan bisnis saya. Saya tidak ingin mengganggu orangtua saya yang sedang kesulitan. Saya bahkan mengatakan, kuliah saya baik-baik saja agar mereka tidak merasa sedih.

Namun, saya ingin keluar dari keadaan ini. Saya ingin bersemangat lagi kuliah dan mampu mandiri membiayai kuliah saya. Kepada siapa saya harus mengadu? Saya tak punya teman dekat wanita untuk berbagi perasaan.

Sahabat pria saya banyak, tetapi sulit diajak bicara dengan serius, apalagi biasanya mereka yang minta nasihat kepada saya. Bagaimana nasihat dokter? Apakah saya harus berkonsultasi dengan psikiater?

M di J

Kesehatan remaja merupakan topik yang memerlukan kepedulian kita semua. Kita sedang menghadapi bonus demografi, artinya kelompok umur yang termasuk usia produktif sedang banyak sehingga diharapkan produktivitas mereka akan meningkatkan pertumbuhan pembangunan negara kita.

Kita memerlukan remaja yang sehat jasmani dan rohani serta remaja yang kreatif, mampu bersaing dengan teman-teman sebaya mereka di negara lain.

Masa remaja biasanya merupakan masa yang menyenangkan. Remaja dalam keadaan sehat, jarang sakit, dan penuh semangat merancang masa depan.

Namun, sudah tentu juga ada tantangan, baik berupa sakit maupun masalah-masalah yang memberatkan bagi remaja. Remaja dapat tertular flu, dapat jatuh dari sepeda motor, patah kaki, dan sebagainya. Bahkan, remaja juga dapat mengalami depresi. Menurut pakar kesehatan jiwa, remaja cukup sering mengalami depresi.

Mereka merasa sedih dan terjadi perubahan yang berdampak pada penampilan fisik, psikologis, dan sosial. Sama dengan remaja yang patah tulang dan memerlukan pertolongan dokter, remaja yang mengalami depresi juga memerlukan dukungan teman, keluarga, dan tenaga medis profesional.

Survei menunjukkan bahwa satu dari lima remaja pernah mengalami depresi klinis. Jadi, depresi pada remaja sering terjadi dan remaja memerlukan bantuan untuk dapat pulih dari keadaan depresi.

Bagaimana gejala depresi pada remaja? Keluarga dapat mengamati gejala-gejala berikut ini, terutama jika berlangsung lebih dari dua minggu. Remaja yang depresi dapat mengalami penurunan kinerja di sekolah, merasa sedih dan putus asa, serta menarik diri dari pergaulan.

Jika dikritik, remaja yang mengalami depresi bereaksi berlebihan. Terjadi perubahan pada pola makan dan tidur, sering merasa bersalah, serta merasa tidak mampu mengejar cita-cita. Untuk mengatasi keadaan ini, sebagian remaja lari ke penggunaan alkohol atau obat yang dapat menimbulkan adiksi. Sudah tentu keadaan ini akan memperburuk situasi.

Anda sendiri telah merasa bahwa Anda menghadapi situasi yang membuat Anda bingung dan mungkin juga gelisah. Kesadaran bahwa keadaan ini tak boleh dibiarkan dan harus diatasi merupakan sesuatu yang baik. Biasanya di sekolah ada dosen pembimbing yang mempunyai keahlian dalam bimbingan dan konseling. Anda dapat memanfaatkan layanan tersebut di kampus Anda.

Namun, bukan tak mungkin konselor Anda akan menyarankan agar Anda berkonsultasi dengan tenaga profesional yang mungkin adalah dokter yang terlatih dalam menangani keadaan jiwa seseorang, yaitu psikiater.

Sekarang semakin disadari bahwa masyarakat, termasuk remaja, juga membutuhkan bantuan dokter spesialis jiwa. Bahkan, spesialisasi kedokteran jiwa juga sudah berkembang sedemikian rupa. Karena permasalahan kesehatan jiwa remaja semakin rumit, sudah tersedia juga layanan kesehatan remaja yang lebih khusus lagi.

Dokter pakar kesehatan jiwa remaja dan anak dapat membantu menyelesaikan berbagai persoalan kejiwaan anak dan remaja. Saya sendiri bukan pakar kesehatan jiwa meski sewaktu pendidikan dokter umum masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki dokter umum.

Saya menganjurkan agar Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa. Melalui konsultasi, dokter spesialis kesehatan jiwa diharapkan dapat mencarikan jalan keluar.

Anda diharapkan dapat bersemangat belajar dan kuliah kembali. Anda dapat memahami dan menghadapi orangtua yang bisnisnya dalam keadaan kurang baik.

Anda juga dapat mengembangkan bisnis sambil membagi waktu dengan kegiatan kuliah dan belajar, bahkan Anda dapat kembali menjadi pribadi yang dibutuhkan teman-teman Anda, baik sebagai teman maupun tempat mencurahkan perasaan mereka.

Pada umumnya, terapi yang dijalankan pada konsultasi masalah kejiwaan adalah psikoterapi, yaitu memberi kesempatan kepada remaja untuk mengeksplorasi peristiwa dan perasaan yang menyakitkan dan menyusahkan mereka.

Psikoterapi melatih mereka untuk mengatasi perasaan tersebut. Terapi kognitif perilaku bertujuan membantu remaja mengubah pola berpikir, sedangkan terapi interpersonal berfokus pada pengembangan hubungan yang lebih sehat di rumah, di kampus, dan di tempat pergaulan lainnya. Dewasa ini, obat juga digunakan untuk mengatasi gejala depresi dan dapat digunakan di samping ketiga terapi di atas.

Saya percaya, banyak remaja yang menghadapi keadaan yang kurang menyenangkan seperti yang Anda hadapi. Sebagian mereka kurang memahami ke mana akan meminta bantuan. Tidak semua orangtua mempunyai kemampuan membantu karena itu perlu dipertimbangkan bantuan profesional medis. Semoga Anda merasa pulih kembali dan siap menghadapi berbagai tugas dan keadaan.


Kompas, 13 Oktober 2018