Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 16 Oktober 2018

Matematika Sistem Kalender//Kemacetan di Pintu Tol Bitung//Layanan Bank Mengecewakan (Surat Pembaca Kompas)


Matematika Sistem Kalender

Berturut-turut pada 16 Februari, 17 Maret, 11 September, dan 12 September tahun Masehi 2018 dirayakan Tahun Baru Imlek 2569, Tahun Baru Saka/Hindu 1940, Tahun Baru 1 Muharam 1440 Hijriah, dan Tahun Baru Jawa 1 Sura 1952. Dalam satu tahun ada lima tahun baru sesuai dengan sistem kalender yang digunakan.

Para inovator sistem kalender adalah manusia-manusia genius anugerah Sang Pencipta. Refleksi atas sejarah proses inovasi sistem kalender itu mengundang kekaguman bagi kita yang sekarang tinggal memanfaatkannya.

Sistem kalender China mulai dikembangkan dalam 2698-2599 sebelum Masehi. Dinasti Qin menyempurnakan dan menerapkannya ke seluruh China pada 256 sebelum Masehi. Sistem kalender Saka, Islam, dan Jawa mulai digunakan masing-masing pada 78, 622, dan 1633 Masehi.

Sebagaimana diberitakan dalam "Sistem Penanggalan: Beda Kalender Islam dan Kalender Jawa" (Kompas, 12/9/2018), kalender Jawa mulai digunakan pada masa Raja Mataram Sultan Agung Hanyakrakusuma pada 1 Muharam 1043 H atau 8 Juli 1633 M.

Oleh karena kalender Jawa mulai pada 1 Sura 1555 atau 8 Juli 1633 M, maka walaupun de facto baru merupakan tahun pertama tahun Jawa, secara matematika tahun Islam 1.011 tahun (Masehi) lebih tua dibandingkan dengan tahun Jawa, hasil dari tahun 1633 dikurangi dengan 622.

Sampai saat ini usia sistem kalender Jawa adalah 397 tahun, baik dihitung sebagai selisih dari tahun Jawa 1952 dikurangi 1555 maupun jika dihitung sebagai selisih dari tahun Hijriah 1440 terhadap 1043. Akan tetapi, usia tahun Jawa menjadi 385 tahun jika dihitung sebagai selisih tahun Masehi 2018 terhadap 1633 atau selisih tahun Saka 1940 terhadap 1555.

Pertanyaannya, mengapa tahun Saka di Bali sekarang adalah 1940, sedangkan tahun Jawa 1952, padahal tahun Jawa dikembangkan dari tahun Saka yang notabene lebih tua. Kiranya para ahli astronomi dapat memberikan penjelasan.

Wim K Liyono
Kebon Jeruk, Jakarta Barat


Kemacetan di Pintu Tol Bitung

Karena tugas harian saya, setiap hari hampir pasti saya masuk-keluar Pintu Tol Bitung, Tangerang, dan selalu terjebak kemacetan.

Saya amati di pintu itu 90 persen kendaraan masuk adalah kendaraan besar seperti truk, sementara jumlah pintu dan tata letak jalan tidak mengakomodasi jumlah dan besar kendaraan tersebut.

Saya mengusulkan dalam jangka pendek semua pintu dibuka untuk semua kendaraan, tidak dipisah seperti sekarang. Tujuannya agar semua kendaraan lancar berjalan, tidak menjebak kendaraan besar harus ke pintu sebelah kiri.

Untuk jangka panjang, jumlah pintu perlu diperbanyak walau harus dalam posisi miring terhadap sumbu jalan.

Untuk pintu keluar, memang lebih banyak dipengaruhi kemacetan di jalan arteri yang seakan tidak bisa diatur.

Di kolong jembatan, yang seharusnya bebas dari kegiatan nonjalan, penuh dengan pedagang, WC umum, pangkalan ojek, tempat turun naik penumpang angkot, plus putaran balik arah di sembarang jalan.

Semoga semua pihak terkait mencarikan solusinya.

Yustus Sulardjo
Lippo Karawaci, Tangerang, Banten

Layanan Bank Mengecewakan

Sabtu, 15 September 2018 pukul 20.55, saya menyetor uang via mesin setoran tunai di Kantor BNI Tenggarong Rp 1,5 juta. Saat menyetor, muncul informasi transaksi gagal, tetapi uang sudah tertelan mesin. Saya melapor kepada satpam jaga dan diarahkan melapor ke layanan nasabah (LN).

Pada Senin (17/9) pukul 08.30, saya melapor ke LN dan diteruskan ke call center (CC). Saya diminta mengirim nomor laporan dan menunggu 14 hari. Pada Jumat (28/9), saya menghubungi CC BNI lagi. Dijawab agar menghubungi LN di Kutai Kartanegara. Hari itu juga saya menemui pemimpin BNI Cabang Kutai Kartanegara.

Setelah berkoordinasi, ia menyampaikan pengembalian uang akibat mesin setoran tunai yang eror akan langsung disampaikan via rekening hari itu juga atau paling lambat Senin (1/10).

Hingga Jumat (5/10), uang saya belum juga kembali.

Efri Novianto

Mangkurawang, Tenggarong

Kompas, 16 Oktober 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger