AP PHOTO/ROMAN PILIPEY

Perdana Menteri China Li Keqiang (kanan) berjabat tangan dengan mitranya, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (kiri), saat bertemu di Balai Agung Rakyat, Beijing, Kamis (25/10/2018). Kunjungan Abe ke Beijing membuka upaya bagi kedua negara untuk memperbaiki hubungan yang telah terbelah oleh perselisihan wilayah, ekspansi militer dalam sejarah Pasifik, dan Perang Dunia II.

China dan Jepang tengah bergairah menjalin kerja sama ekonomi. Pertentangan sejarah dan geografis di antara keduanya untuk sementara dikesampingkan.

Untuk pertama kali dalam tujuh tahun, seorang perdana menteri Jepang melakukan kunjungan kenegaraan ke China. Hal ini terjadi saat PM Shinzo Abe bertandang ke China pada Kamis (25/10/2018) hingga Sabtu besok. Selain bertemu dengan PM China Li Keqiang, Abe juga dijadwalkan menemui Presiden Xi Jinping.

Terakhir kali seorang perdana menteri Jepang khusus datang ke Beijing untuk bertemu pemimpin China terjadi pada tahun 2011. Saat itu, pemimpin Jepang yang datang ke Beijing ialah PM Yoshihiko Noda.

Sekitar 1.000 wakil perusahaan-perusahaan Jepang ikut dalam rombongan Abe ke China. Jumlah ini tergolong besar untuk ukuran sebuah rombongan kunjungan kenegaraan.

Dalam kunjungan ini, perusahaan-perusahaan dari Jepang dan China menandatangani sekitar 500 perjanjian kerja sama, termasuk proyek di negara-negara ketiga. Hal ini merupakan bagian penting yang dikehendaki oleh Beijing di tengah upaya China untuk mencari mitra dalam menjalankan pembangunan infrastruktur internasional.

Upaya China dan Jepang untuk saling mendekat dalam bidang kerja sama ekonomi berlangsung di tengah keprihatinan mereka bersama atas kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Terhadap China, Gedung Putih melancarkan perang dagang berupa penerapan tarif terhadap produk-produk yang diimpor dari China. Hal ini menyebabkan barang-barang yang dibuat di China dan diekspor ke AS menjadi lebih mahal. Dalam situasi ini, China terdorong untuk menjalin relasi bisnis lebih erat dengan Jepang guna mendapatkan manfaat ekonomi.

Pada saat yang sama, seperti disampaikan Glen Fukushima, mitra senior pada Center for American Progress yang berbasis di Washington, dalam acara Squawk Box di CNBC, Jepang merasa diabaikan setelah Trump membatalkan keikutsertaan AS dalam Kemitraan Trans-Pasifik (TPP).

Kunjungan Abe ke Beijing mengingatkan kita bahwa selalu ada celah untuk kerja sama, bahkan di antara China dan Jepang yang secara politik "berseberangan". Dalam hal keamanan, Jepang tak diragukan merupakan sekutu dekat AS yang tengah beradu pengaruh dengan China di kawasan Laut China Selatan serta di bidang ekonomi dan teknologi. Secara historis, pengalaman buruk penjajahan Jepang pada Perang Dunia II masih menjadi ganjalan bagi China. Sengketa perebutan wilayah antara China dan Jepang juga masih terjadi.