Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah Murid SDN 03 / 05 Muara Angke, Penjaringan, Jakarta menerima pembagian makanan tambahan untuk anak sekolah berupa susu UHT dan bubur kacang hijau, Senin (2/4/2018). Program pembagian makanan tambahan oleh Pemprov DKI ini bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi dan meningkatkan ketahanan fisik bagi murid sekolah.

Indonesia harus bekerja keras meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan skor Indeks Modal Manusia 2017 di bawah rata-rata dunia.

Di dalam Indeks Modal Manusia (IMM, Human Capital Index) 2017 yang diumumkan Bank Dunia, Kamis (11/10/2018), dalam pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional di Bali, nilai indeks Indonesia 0,53 sementara rata-rata dunia 0,57. Nilai IMM 2017 Indonesia itu naik dari nilai tahun 2012 sebesar 0,50 dan termasuk tinggi di antara negara-negara di dalam satu kelompok pendapatan. Selain itu, IMM Indonesia lebih rendah dari yang diperkirakan untuk tingkat pendapatan negara kita.

Indeks ini penting karena mengukur lima indikator: peluang hidup hingga usia lima tahun, harapan lama sekolah, nilai ujian sekolah yang diharmonisasi untuk mengukur kualitas pendidikan, tingkat harapan hidup pada usia 15-60 tahun, dan jumlah anak pendek. Kelimanya dianggap modal utama untuk produktivitas seorang anak saat mencapai usia 18 tahun, kemampuannya beradaptasi pada lapangan pekerjaan, dan menentukan tingkat pendapatannya.

Dari lima indikator itu, Indonesia harus bekerja keras memperbaiki pendidikan dan kesehatan. Meskipun rata-rata lama sekolah anak Indonesia 12,3 tahun, ketika diharmonisasi dengan skor uji ternyata rata-rata kualitas capaian akademis anak Indonesia setara dengan lama sekolah hanya 7,9 tahun.

Dari sisi kesehatan dan gizi, 34 persen anak Indonesia bertubuh pendek. Keadaan pendek mencerminkan kekurangan gizi, membuat anak berisiko mengalami hambatan kecerdasan dan keterbatasan fisik sepanjang sisa hidupnya.

Kita perlu menyikapi serius laporan IMM tersebut, terutama bila dikaitkan dengan bonus demografi. Laporan ini seyogianya menjadi dasar pemerintah menata strategi dan kebijakan investasi pembangunan infrastruktur sosial, terutama kesehatan dan pendidikan, setelah infrastruktur fisik.

Negara berkembang berpeluang besar melompat menjadi negara maju saat mendapatkan bonus demografi sebab jumlah penduduk berusia produktif lebih besar dari yang belum memasuki usia produktif atau sudah tidak produktif lagi. Penduduk usia produktif ini menjadi modal bermanfaat bagi perekonomian dan pembangunan bila memiliki produktivitas tinggi. Dalam pengalaman negara-negara maju, hal itu hanya dapat tercapai bila penduduk memiliki pendidikan dan derajat kesehatan baik dan berkualitas.

Untuk mendapatkan manusia unggul pembangunan harus berjangka panjang dengan sasaran sehat seumur hidup. Hal tersebut dimulai dari ibu hamil harus mendapat gizi cukup dan seimbang, anak sejak lahir hingga usia 18 tahun juga mendapat gizi cukup dan seimbang, lingkungan dan tempat tinggal layak, serta pendidikan berkualitas.