Di antara perusahaan teknologi digital, kini ada dua jenis mazhab layanan yang sedang bertarung. Perusahaan dengan layanan tunggal atau dengan sedikit tambahan fitur, sedangkan yang satunya adalah perusahaan dengan berbagai layanan. Ibarat kata, semua layanan ada di dalam satu aplikasi. Superaplikasi sepertinya bakal menjadi tren meski beberapa kalangan mulai mempertanyakan pengumpulan banyak data personal di satu perusahaan teknologi.
Di Amerika Serikat sebagian besar pengguna lebih memilih layanan tunggal seperti Uber untuk transportasi, Amazon untuk berbelanja, dan layanan pesan berfokus di layanan ini saja. Keadaan ini berbeda dengan Asia yang sebagian besar perusahaan teknologi memilih superaplikasi, satu aplikasi untuk berbagai jenis layanan karena konsumen bisa menerima layanan tersebut. WeChat adalah superaplikasi pertama di dunia. Di dalam WeChat terdapat berbagai layanan kebutuhan pribadi.
Di Indonesia Go-Jek adalah contoh superaplikasi. Di dalam aplikasi ini kita bisa menemukan berbagai layanan seperti ojek, pengantaran barang, jasa keuangan, pembelian makanan, pijat, salon, dan lain-lain. Perusahaan teknologi lainnya mengembangkan layanan tambahan, tetapi belum banyak. Pembukaan fitur baru biasanya berdasarkan data-data layanan sebelumnya. Dari data ini kemudian dianalisis sehingga memunculkan ide untuk layanan baru.
Perusahaan teknologi dengan strategi superaplikasi tentu mendapat keuntungan. Mereka bisa mengumpulkan data personal secara melimpah mulai dari angkutan yang digunakan, jumlah uang yang dibelanjakan, barang yang dibeli, gaya hidup setiap hari, cara berkomunikasi, orang yang diajak berkomunikasi, dan termasuk isi komunikasi.
Perusahaan teknologi bisa merekam semua kebiasaan kita itu. Semakin super aplikasi itu, maka semakin banyak data didapat. Dengan data ini mereka juga bisa menawarkan kepada pemasang iklan dengan target yang sesuai.
Meski pengguna di Amerika Serikat cenderung memilih layanan tunggal, pemain lama di industri digital seperti Facebook, Amazon, Airbnb, dan lain-lain mulai mengembangkan bisnis superaplikasi. Facebook terus memperbarui Facebook Messenger, Facebook Watch, gim, kanal berita, dan lain-lain.
Whatsapp yang juga dimiliki Facebook terus didorong untuk mengembangkan bisnis selain untuk layanan pesan semata. Layanan pesan kini mulai terintegrasi dengan informasi cuaca, gim, dan berita. Instagram juga didorong untuk memasuki bisnis yang lebih besar lagi. Mereka melihat peluang untuk membuka bisnis baru dengan menggunakan satu aplikasi saja.
Amazon dari semula berbisnis buku kini memasuki berbagai bisnis lainnya, yaitu ritel, jasa keuangan, komputasi awan, kesehatan, pangan, dan lain-lain. Airbnb dari semula pemesanan kamar kini telah masuk ke berbagai layanan seperti reservasi restoran dan layanan penjualan aktivitas berbasis pengalaman. Dari satu bisnis mereka memasuki bisnis lainnya melalui data yang didapat oleh fitur awal mereka.
Pengembangan superaplikasi seperti itu mungkin karena mempertimbangkan kultur dan geografi pengguna. Ada pengguna yang bisa menerima dan ada yang tidak bisa menerima superpalikasi. Tidak semua layanan bisa diterapkan di satu kultur tertentu.
Seperti ditulis di atas, di Amerika Serikat pengguna cenderung memakai layanan tunggal. Oleh karena itu, kesuksesan WeChat di China tidak mudah direplikasi di Amerika Serikat. Mereka perlu melihat sisi yang lain, yaitu sisi sejarah dan kultur berkomunikasi.
Di Amerika Serikat pengguna cenderung memakai layanan tunggal.
Seorang analis mengomentari kasus WeChat dengan mengatakan, kultur pengenalan internet dan layanan yang berbeda menjadi salah satu penyebab. Kultur di Amerika Serikat disebutkan mereka memiliki pengalaman yang berbeda terkait dengan kemunculan internet dan telepon pintar, sementara di China internet dan telepon pintar memberikan pengalaman yang sama.
Di China dengan sistem politik yang ada, maka komunikasi warga dengan pemerintah dan pebisnis menjadi satu sehingga layanan mudah "disatupaketkan", sementara di Barat dengan kekuatan demokrasi ,maka warga bebas memilih komunikasi dengan pemerintah dan bisnis. Perbedaan lainnya adalah persoalan privasi. Kultur di China tidak terlalu ketat, sementara di Barat persoalan privasi merupakan persoalan penting.
Di tengah tren superaplikasi, kritik muncul terhadap kecenderungan ini. Mereka mempertanyakan sejauh mana perusahaan teknologi itu berhak mengumpulkan data personal yang sangat melimpah. Satu perusahaan teknologi bisa memahami secara utuh gaya hidup dan perilaku seseorang hingga detail.
Kultur di China tidak terlalu ketat, sementara di Barat persoalan privasi merupakan persoalan penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar