Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 09 November 2018

Perseteruan Abadi//KA Bandara (Surat Pembaca Kompas)


Perseteruan Abadi

Saya amati belakangan ini makin banyak saja tawuran antarkampung atau RT, tawuran antarremaja, kerusuhan fan sepak bola. Sepertinya tawuran sulit dihentikan meskipun sudah ada penandatanganan ikrar perdamaian.

Demikian juga halnya dengan kedua kubu capres-cawapres 2019. Meskipun ada deklarasi pemilu atau pilpres damai, kenyataannya masih saja terjadi fitnah, hujatan, penghinaan, bahkan hoaks jahat.

Saya pikir jangan-jangan segala macam tawuran dan kerusuhan itu meniru perilaku para elite politik negeri ini. Soalnya, meski Pilpres 2014 sudah selesai, "rongrongan dan serangan" kelompok yang kalah terus berlangsung sepanjang pemerintahan yang sah berjalan.

Di Amerika Serikat, setelah pilpres selesai, hal begini tidak terjadi. Pihak yang kalah memberikan kesempatan kepada presiden terpilih bekerja dengan baik. Baru empat tahun kemudian, mereka akan bersaing lagi.

Di Indonesia, begitu capresnya kalah, para wakil rakyat yang berkuasa langsung merevisi UUMD3 agar bisa menguasai pimpinan DPR untuk merongrong presiden dan pemerintahan yang sah pilihan rakyat.

Sungguh menyedihkan melihat banyak antartetangga, bahkan antarsaudara, terus memelihara "perbedaan pilpres". Hal ini diperparah dengan cara-cara kampanye Pilgub DKI 2017 yang menurut saya "sangat brutal".

Para elite politik telah menciptakan perilaku jahat dan melanggengkan perseteruan di akar rumput. Jadilah para remaja, pencinta klub sepak bola, bahkan masyarakat biasa mudah terpicu emosinya lalu tawuran.

Pada kesempatan ini, saya mengimbau para elite politik agar menghentikan cara-cara yang tidak pantas ini. Berperilakulah dengan cara-cara beradab. Hentikan kampanye hitam, serangan tanpa data akurat, termasuk bicara asal bunyi dan tidak obyektif.

Kenyataannya, banyak yang sudah dicapai. Di antaranya harga BBM sama di seluruh negeri dan rakyat yang terjaga kesehatannya karena ditanggung BPJS.

Tentu tak ada pemerintahan yang sempurna, tetapi kita harus menghargai apa yang sudah dicapai. Jadi, para elite politik, tunjukkanlah sikap yang patut diteladani rakyat, jangan lagi menebar kebencian.

Warman
Jakarta Utara

KA Bandara

Saya sudah dua kali menggunakan kereta Bandara Soekarno-Hatta dengan rute Bandara Soekarno-Hatta-Stasiun Batu Ceper, Tangerang Kota.

Saat pertama kali menggunakan moda ini, saya berangkat dari Terminal 3 dan yang kedua berangkat dari Terminal 1C menuju stasiun kereta bandara lalu ke Stasiun Batu Ceper, Tangerang Kota. Saya bangga dan nyaman dengan kemajuan dan moda transportasi ini.

Beberapa hal yang sudah berjalan baik adalah ruang tunggu stasiun kereta Bandara Soekarno-Hatta yang bersih, keberangkatan kereta sesuai jadwal, petugas ramah dan membantu, serta harga tiket yang terjangkau dan mudah pembeliannya.

Agar semakin baik, saya menyarankan beberapa hal. Di antaranya penambahan jumlah kursi di ruang tunggu stasiun bandara serta kemudahan bagi penumpang dengan bagasi lebih dari satu, termasuk pintu dua daun otomatis, bukan putar.

Setiap pembelian tiket di stasiun kereta bandara tidak perlu mencantumkan nomor telepon untuk mempersingkat waktu antre dan membuat jalur penghubung antara kereta stasiun bandara Batu Ceper dan reguler, serta pendingin ruangan di stasiun kereta bandara Batu Ceper, terutama pada siang hari.

Selain itu, kawasan parkiran stasiun kereta bandara Batu Ceper perlu penataan ulang agar memudahkan penumpang melanjutkan perjalanan dengan moda transportasi lain.

Semoga beberapa saran itu bermanfaat dan membuat kereta bandara menjadi semakin baik dan nyaman.

Boma Sijabat
Huta I Mayang,
Desa Mayang, Kecamatan
Bosar Maligas, Simalungun,

Sumatera Utara 21184

Kompas, 9 November 2018
#suratpembacakompas 

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger