Prita H. Ghozie

 

Pekan lalu, saya dikejutkan oleh sebuah e-mail yang masuk ke kanal konsultasi gratis bersama konsultan keuangan ZAP Finance. Karyawan ini bertanya kepada kami tentang bagaimana menyelesaikan utangnya. Kasus tentang pengelolaan utang adalah hal yang wajar, tetapi tunggu sampai Anda membaca detailnya. Saldo utang yang dimiliki berjumlah hampir 10 kali lipat dari penghasilan bulanan dan diambil dengan fasilitas dari 15 pemberi pinjaman. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Dengan kemajuan teknologi, saat ini masyarakat memiliki banyak pilihan untuk mengakses fasilitas pinjaman, salah satunya melalui platform peer to peer lending atau yang kerap dikenal dengan istilah pinjaman online.

Kemudahan ini memang bisa menjadi hal positif bagi masyarakat yang mungkin belum memiliki akses terhadap produk perbankan biasa. Berikut ini langkah-langkah agar bijak dalam menyikapi pinjaman online.

Hal mendasar yang pasti saya tanyakan adalah kebutuhan apa yang perlu dibantu dengan dana pinjaman online? Saya kurang menyarankan masyarakat yang mengambil pinjaman semata untuk memenuhi kebutuhan biaya hidup.

Selain artinya hidup di luar batasan kemampuan, peminjam juga pasti akan kesulitan untuk membayar kembali pinjaman awal beserta biayanya.

Apalagi jika pinjaman diambil untuk membeli barang ataupun jasa yang sifatnya tidak produktif demi memenuhi keinginan gaya hidup semata. Namun, jika ada kebutuhan mendesak untuk mengambil pinjaman online, maka berikut ini poin-poin yang sebaiknya dicermati.

Pertama, jumlah pinjaman relatif kecil, mulai dari beberapa ratus ribu rupiah sampai lima juta rupiah. Namun, biasanya karena batas pinjaman yang kecil ternyata dapat memberikan efek psikologis untuk meminjam secara berkala.

Bahkan, dalam kasus yang masuk ke ZAP Finance, peminjam tanpa sadar mengajukan lagi pinjaman online di tempat lain dalam waktu dekat. Pada akhirnya, saldo pinjaman online yang dimiliki menumpuk hingga berkali-kali lipat dari gaji yang diperoleh.

Kedua, tingkat suku bunga pinjaman online relatif lebih tinggi daripada pinjaman perbankan. Secara psikologis, peminjam biasanya melakukan pertimbangan berdasarkan nominal rupiah yang dibayarkan. Contohnya pinjaman sebesar Rp 650.000 selama 2 minggu akan terkena biaya bunga sebesar Rp 158.500.

Kasus lain, ada nominal pinjaman sebesar Rp 1,2 juta selama 2 minggu dengan biaya bunga Rp 168.000. Sepertinya kecil. Akan tetapi, jika dihitung secara matematis, biaya bunga pinjaman yang dikenakan berkisar 10 persen-25 persen per 14 hari.

Ada beberapa faktor yang mendukung tingginya suku bunga pinjaman online. Hal mendasar yang harus dipahami adalah semakin tinggi risiko pinjaman akan semakin tinggi juga tingkat biaya yang dikenakan. Dalam hal pinjaman online yang terbilang instan dan tanpa agunan, maka pemberi pinjaman harus mempertimbangkan potensi risiko gagal bayar dari para peminjam.

Oleh karena itu, tingkat suku bunga akan lebih tinggi daripada rata-rata biaya pinjaman perbankan yang harus melalui berbagai tahapan analisis. Selain itu, hingga tulisan ini diturunkan, memang belum ada aturan batas atas yang menjaga suku bunga tertinggi yang bisa dikenakan.

Ketiga, kemudahan mendapatkan pinjaman berkali-kali secara instan. Apabila pinjaman diambil untuk memenuhi kebutuhan biaya hidup, maka besar kemungkinan peminjam akan mengambil pinjaman baru untuk menutup pinjaman yang jatuh tempo. Hal ini terjadi karena sebenarnya tidak ada kemampuan keuangan untuk membayar kembali.

Anda harus waspada. Sebab, meskipun tidak memiliki kemampuan keuangan, pinjaman baru tetap dapat dicairkan karena hingga saat ini analisis data peminjam melalui online belum terintegrasi dengan sistem otoritas. Berbeda dengan pengajuan pinjaman melalui perbankan yang tergolong lebih aman dalam hal menyesuaikan dengan kemampuan keuangan.

Dengan demikian, apabila Anda mengajukan pinjaman pada saat yang bersamaan ataupun berdekatan, bukan mustahil semua pinjaman yang diajukan akan disetujui sehingga akan memiliki kewajiban bayar yang sangat besar di kemudian hari.

Keempat, biaya administrasi yang cukup tinggi. Selain biaya bunga, ada biaya-biaya lain yang akan menambah jumlah pembayaran balik dari pinjaman online. Umumnya peminjam juga akan dikenakan biaya administrasi yang besarannya sangat bervariasi, biaya keterlambatan, hingga biaya penalti.

Dengan demikian, setiap calon peminjam sebaiknya menghitung secara lebih cermat berapa total dana yang perlu dikembalikan.

Kelima, kemungkinan kejadian tidak nyaman juga mungkin timbul jika terjadi kemacetan atas pembayaran pinjaman. Berdasarkan banyak kasus, jika peminjam mulai gagal bayar atau ada keterlambatan pembayaran, hanya butuh waktu 2-3 hari debt collector dari pinjaman online ini untuk menghubungi peminjam.

Hal itu berpotensi mengganggu kehidupan pribadi bukan hanya bagi peminjam, melainkan juga lingkungan sekitar seperti keluarga ataupun tempat bekerja.

Sebagai penutup, saya ingin mengingatkan setiap orang agar menyadari untuk apa mengambil pinjaman dan seperti apa syarat serta ketentuannya. Apabila tidak paham, sebaiknya bertanya kepada pihak pemberi pinjaman dengan catatan ilustrasi keuangan.