AP PHOTO/MANUEL BALCE CENETA

Wakil Jaksa Agung Amerika Serikat Rod Rosenstein berbicara dalam konferensi pers di Departemen Kehakiman di Washington, Kamis (20/12/2018). Departemen Kehakiman AS mengajukan tuntutan kepada dua warga China yang diduga melakukan peretasan ekstensif untuk mencuri data dari perusahaan AS. Surat dakwaan untuk Zhu Hua dan Zhang Shilong telah diajukan Kamis. Mereka diduga mampu meretas komputer lebih dari 45 entitas di 12 negara bagian.

Larangan Presiden AS Donald Trump memakai produk telekomunikasi buatan China dipastikan akan mendorong eskalasi perang dagang di antara kedua negara.

Presiden Trump mempertimbangkan untuk melarang perusahaan-perusahaan AS menggunakan produk-produk telekomunikasi buatan dua perusahaan besar China, Huawei dan ZTE. Langkah ini diperkirakan akan semakin memicu eskalasi perang dagang kedua negara yang mengeras sepanjang 2018.

Gedung Putih berkesimpulan kinerja kedua perusahaan China itu berada dalam kontrol otoritas Beijing yang memanfaatkan produk telekomunikasi mereka untuk kegiatan spionase terhadap AS. Aturan yang mengacu pada UU Keadaan Darurat itu kemungkinan akan dikeluarkan Trump menjelang AS menerapkan teknologi 5G.

China diyakini akan membalas langkah AS. Awal Desember lalu AS meminta penahanan Direktur Keuangan Huawei Technologies Meng Wan Zhou, yang merupakan putri dari CEO dan pendiri Huawei, saat transit di Kanada.

AS yang meminta Meng diekstradisi menuduh Meng telah melakukan transaksi dengan Iran yang saat ini dikenai sanksi ekonomi oleh AS. Langkah Kanada itu langsung dibalas dengan penahanan tiga warga Kanada di China.

Akar dari persaingan ini adalah keamanan dan ekonomi. Bisnis infrastruktur telekomunikasi sangat menguntungkan dan Huawei merupakan salah satu perusahaan pembuat perlengkapan jaringan telekomunikasi terdepan di dunia.

Jika Huawei menguasai ladang bisnis ini, dominasi AS di industri ini lama-kelamaan akan tergeser. Mengenai tuduhan bahwa kedua perusahaan China itu memata-matai AS melalui infrastruktur telekomunikasi, sebetulnya sudah lebih dulu dipraktikkan AS.

Menurut bocoran yang diungkapkan mantan kontraktor CIA, Edward Snowden, pada 2014, perusahaan telekomunikasi AS, seperti Verizon, memberikan data rekaman telepon puluhan juta warga AS kepada Badan Keamanan Nasional AS (NSA).

Snowden yang memperoleh suaka sementara di Rusia karena dituduh sebagai mata-mata oleh Pemerintah AS juga mengungkapkan bahwa NSA menyadap peladen (server) sembilan perusahaan internet besar, termasuk Google, Microsoft, Facebook, dan Yahoo, untuk menyadap alur komunikasi daring melalui program pengawasan yang bertajuk "Prism".

Bahkan Snowden juga mengungkapkan, sejak lama NSA telah melakukan 61.000 operasi peretasan di seluruh dunia, termasuk di Hong Kong dan China (BBC, 17/1/2014).

Terungkap juga, NSA menyadap jaringan internal komputer Uni Eropa di Washington dan 27 negara anggota UE di PBB. Yang lebih memalukan, NSA juga menyadap telepon genggam Kanselir Jerman Angela Merkel hingga sempat menimbulkan krisis diplomatik.

Semua ini menunjukkan bahwa perang ekonomi dan teknologi telekomunikasi antara China dan AS akan memasuki babak baru yang belum jelas ujungnya. Namun, yang pasti, kehilangan pasar AS akan sangat merugikan China dan kehilangan pasar China akan merugikan ekonomi AS.


Kompas, 28 Desember 2018