
Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi (tengah) berjabat tangan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman di Istana Kepresidenan di Carthage, daerah pinggiran timur ibu kota Tunis, Tunisia, Selasa (27/11/2018).
Wartawan Tunisia, Abderrazak Zorgui, membakar diri karena frustrasi pada kondisi ekonomi dan janji yang tak dipenuhi pemerintah sejak Musim Semi Arab.
Menyusul aksi bakar diri itu, terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan di Kasserine. Insiden ini mengingatkan pada bakar diri Mohamed Bouazizi pada 2011, yang memicu revolusi yang menggulingkan pemerintah otokrat pimpinan Presiden Zine al-Abidine Ben Ali, yang kemudian dikenal sebagai Musim Semi Arab.
Ben Ali terpaksa lari dan bersembunyi di salah satu negara Arab. Sejak itu, Tunisia dipuji banyak negara di dunia karena kemajuan demokrasinya. Namun, sejak saat itu pula Pemerintah Tunisia gagal membangun perekonomiannya sehingga gagal pula menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam sebuah video di Facebook, Zorgui mengatakan, setiap kali penganggur di kotanya bersiap untuk demonstrasi, serangan diluncurkan untuk membungkam mereka. "Ini adalah seruan kepada orang-orang Kasserine, saya akan melakukan revolusi sendiri," katanya dalam video. Serikat jurnalis Tunisia mengeluarkan pernyataan yang meminta negara bertanggung jawab atas apa yang disebutnya korupsi yang menjangkiti media.
Pertanyaannya, apakah aksi Zorgui kembali akan menjalar ke beberapa negara di Arab seperti pada tahun 2011? Kondisi negara Arab yang terkena arus Musim Semi Arab, seperti Libya, Yaman, dan Suriah, sampai sekarang porak-poranda. Dari sekian banyak negeri, hanya Mesir dan Aljazair yang relatif stabil meski dari sisi ekonomi belum juga bisa beranjak.
Libya masih terpecah antara Libya Timur dan Libya Barat, Yaman dan Suriah masih dilanda perang saudara. Mesir dan Aljazair masih berjuang memulihkan ekonominya untuk dapat menyamai kondisi sebelum revolusi Musim Semi. Artinya, Musim Semi Arab yang membawa arus demokratisasi belum menampakkan hasil apa pun bagi banyak negara di kawasan.
Maka, kalaupun Zorgui membakar diri, dampaknya tidak akan sebesar yang dilakukan Bouazizi. Kondisi di Timur Tengah maupun Tunisia tahun 2011 sangat berbeda dengan situasi dan kondisi akhir tahun 2018. Aljazair, Libya, dan Mesir yang merupakan tetangga terdekat Tunisia masih belum stabil secara ekonomi. Kawasan Timur Tengah pun masih bergejolak, yang dipicu perebutan pengaruh antara Iran dan Arab Saudi.
Sekarang banyak warga Tunisia beremigrasi ke Perancis, bekas negara penjajah Tunisia, untuk mencari kerja. Justru membanjirnya warga negara maghrib ini menimbulkan persoalan di dalam negeri Perancis sehingga muncul suara untuk membatasi migran dari negeri di tanduk Afrika ini.
Kita ikut prihatin terhadap aksi bakar diri Zorgui. Ia geram dan gamang atas kondisi negerinya. Situasi yang dihadapi Zorgui juga dihadapi banyak wartawan di dunia dengan skala yang beragam. Kalaupun sistem demokrasi diakui sebagai sistem terbaik, tetapi sistem ini belum menjamin mereka yang terpilih benar-benar bekerja untuk rakyat. Kita berharap kondisi di Tunisia tidak terpuruk seperti di Suriah yang memunculkan perang saudara.
Kompas, 26 Desember 2018

Tidak ada komentar:
Posting Komentar