Diterpa isu pengaturan skor pertandingan, bukan hanya jajaran pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) seolah bergeming, melainkan hampir semua pemilik hak suara di arena kongres tahunan PSSI di Bali seperti bungkam seribu bahasa. Bahkan, mundurnya Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi tak membuat mereka terentak untuk berbenah.

KOMPAS/YULVIANUS HARJONO

Suporter dari berbagai klub sepak bola berunjuk rasa di depan lokasi Kongres PSSI, Minggu (20/1/2019). Mereka menuntut reformasi total di PSSI lewat pergantian pengurus dan perbaikan sistem pengawasan di PSSI.

Wacana mengubah kongres tahunan menjadi kongres luar biasa (KLB) gagal terwujud. Dari 85 pemilik suara, hanya Ketua Umum Asosiasi Provinsi DKI Jakarta Uden Kusuma yang berani mewacanakan KLB. "Tidak cukup dengan mundurnya Pak Edy untuk membenahi PSSI. Masa iya mau begini terus sepak bola kita. Prestasi timnas (tim nasional) senior tidak menggembirakan dan masalah pengaturan skor kian meluas," kata Uden seusai kongres (Kompas, 21/1/2019).

Bukan pertama kali upaya membenahi PSSI harus melalui jalan berliku. Saat Ketua Umum PSSI dijabat Nurdin Halid pun upaya pembenahan sulit dilakukan. Nurdin yang mendekam di penjara masih memimpin PSSI, sampai akhirnya digantikan Djohar Arifin Husin pada 2011 lewat KLB di Solo.

Pada kepemimpinan Djohar terjadi dualisme kepengurusan sehingga pada pertengahan April 2015, lewat KLB di Surabaya, PSSI memilih La Nyalla Mattalitti sebagai ketua umum. Namun, kepengurusan La Nyalla ini dibekukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi.

Ketika Menpora membekukan PSSI dan semua kegiatannya pada April 2015, hal itu merupakan puncak perseteruan PSSI dengan pemerintah. Meski dibekukan, kepengurusan La Nyalla bertahan setahun lebih, sebelum akhirnya PSSI memilih Letjen Edy Rahmayadi, yang saat itu menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat.

Di tengah kepengurusan yang tidak solid ini, bisa dibayangkan prestasi sepak bola Indonesia di dunia internasional. Jika Indonesia pernah mengajukan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia, itu hanyalah cara Nurdin memberikan harapan kepada pencinta sepak bola di Tanah Air.

Penetapan empat tersangka kasus pengaturan skor Liga 2 dan Liga 3 tahun ini semestinya dapat menjadi momentum pembersihan sepak bola nasional. Namun, melihat jalannya kongres tahunan PSSI di Denpasar, optimisme untuk membersihkan PSSI sepertinya membutuhkan jalan panjang.