AFP/NICOLAS ASFOURI

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) berjalan beriringan dengan Presiden China Xi Jinping dalam kunjungan Trump ke Beijing, China, pada 9 November 2017. Perang dagang antara AS dan China dikhawatirkan sejumlah pihak menimbulkan efek negatif bagi perekonomian global. 

Pertarungan" antara Amerika Serikat dan China terus berlanjut. Kali ini terlihat dalam langkah yang dilakukan sejumlah anggota Kongres Amerika Serikat.

Seperti diberitakan harian ini, Jumat (18/1/2019), beberapa anggota Kongres AS baik dari Demokrat maupun Republik mengusulkan rancangan undang-undang yang melarang penjualan cip atau komponen pengolah informasi buatan AS kepada perusahaan telekomunikasi China, termasuk Huawei serta ZTE. Dalam RUU ini, perusahaan China dicegah mendapatkan produk cip buatan AS karena dinilai melanggar regulasi negara itu mengenai sanksi.

Khusus untuk Huawei, tekanan juga datang dari penyidik federal AS yang sedang menginvestigasi perusahaan pemasok peralatan telekomunikasi terbesar di dunia itu. Huawei dituduh mencuri rahasia bisnis operator telekomunikasi seluler AS, T-Mobile, dan perusahaan AS lainnya.

Semua itu menambah panjang daftar tekanan terhadap Huawei. Sebelumnya, pejabat tinggi Huawei ditangkap di Kanada atas permintaan AS karena dituduh melakukan tindakan yang dikategorikan mendukung dilanggarnya sanksi atas Iran. Insiden penangkapan putri pendiri Huawei itu mendapatkan perhatian besar dari publik domestik China serta memunculkan sentimen nasionalisme.

Pejabat Huawei di Polandia, salah satu anggota NATO, juga ditangkap atas tuduhan melakukan mata-mata untuk China. Perusahaan Huawei membantah terlibat dalam tindakan yang dilakukan karyawannya itu. Huawei juga menyatakan telah memecat karyawan itu.

Tekanan datang pula lewat langkah bersama AS dan sejumlah sekutunya yang melarang Huawei terlibat dalam proyek peningkatan jaringan telekomunikasi 5G. Hal ini merupakan pukulan telak mengingat produk Huawei selama ini sudah masuk di banyak negara, termasuk sekutu AS.

Patut dicatat, tekanan terhadap Huawei berlangsung saat AS dan China menjalankan negosiasi guna mencari titik temu perselisihan dagang di antara mereka. Negosiasi bertujuan merampungkan isu pemaksaan perusahaan AS untuk melakukan transfer teknologi kepada perusahaan China serta defisit perdagangan yang dialami oleh AS.

Isu teknologi merupakan salah satu poin utama perselisihan kedua negara setelah Beijing mengumumkan program yang bertujuan membuat China menjadi raksasa teknologi. Lewat program itu, China ingin tidak lagi tergantung dengan asing dalam hal pengadaan cip.

Negara China selama ini memang cukup tergantung dengan cip buatan asing, khususnya AS, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Perkembangan teknologi dalam kehidupan sehari-hari (ponsel cerdas, gawai, dan teknologi kecerdasan buatan) di China telah membuat negara itu membutuhkan begitu banyak cip.