ARSIP PRIBADI

Samsuridjal Djauzi

 

Ibu saya, 58 tahun, penderita diabetes melitus. Sebenarnya, ibu dapat mengendalikan gula darah dengan mengatur pola makan, berolahraga, dan minum tablet penurun gula darah dari dokter, satu tablet per hari. Namun, ibu kemudian tergoda menjalani pengobatan dengan obat herbal. Sebab, pada pengobatan itu tidak perlu diet asalkan minum obat herbal secara teratur.

Ibu rajin minum obat herbal, tetapi badannya semakin gemuk dan sendi lutut sebelah kanan mulai bermasalah. Sendi tersebut nyeri jika berjalan lama, apalagi jika naik turun tangga. Ibu minum obat penghilang nyeri dan tidak mau ke dokter.

Setelah minum obat nyeri yang dibeli di toko obat selama 4 bulan, ibu mulai merasa lemah dan merasa kencingnya sedikit. Saya membujuk ibu kembali berkonsultasi ke dokter. Kali ini, beliau bersedia.

Pada pemeriksaan dokter ternyata hasil gula darah ibu tinggi. Namun, yang (lebih) mengkhawatirkan saya, ibu mengalami gangguan fungsi ginjal cukup serius. Ureum dan kreatinin tinggi, dan kapasitas fungsi ginjal ibu yang normalnya di atas 90 persen hanya tinggal 27 persen. Ibu juga mengalami penurunan hemoglobin. Biasanya 12, sekarang hanya 9.

Dokter menjelaskan, ibu harus mengendalikan kembali gula darahnya, harus mengatur diet dan minum obat penurun gula darah. Untuk kelainan sendi, dokter menyarankan ibu berkonsultasi dengan dokter spesialis ortopedi. Hasil konsultasi, sendi lutut ibu mulai ada kelainan, tetapi belum perlu dioperasi. Ibu disarankan menggunakan obat dan tongkat.

Karena pada umumnya obat nyeri mengganggu fungsi ginjal, dokter memilihkan obat dan menyesuaikan dosis obat nyeri agar tidak memberatkan ginjal ibu. Selain itu, berat badan ibu perlu diturunkan.

Saya mulai mencari informasi mengenai kemungkinan penyebab penurunan fungsi ginjal ibu. Menurut dokter yang mengobati diabetes melitus ibu, kemungkinan besar karena gula darah yang tidak terkendali. Selain itu, kemungkinan karena obat penghilang nyeri.

Saya tanyakan apakah obat herbal juga dapat mengganggu ginjal, menurut dokter pada umumnya obat herbal jarang menurunkan fungsi ginjal, tetapi tetap harus hati-hati. Sebab, dari sekian banyak obat herbal, ada juga yang mengganggu fungsi hati dan ginjal.

Sekarang, ibu mulai patuh mengendalikan gula darah. Dia rajin berkonsultasi ke dokter, mengatur makan, dan mengonsumsi obat. Ibu hanya berolahraga jalan keliling rumah dengan menggunakan tongkat, ditemani asisten rumah tangga kami. Pertanyaan saya adalah keadaan apa saja yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal?

Apakah obat bebas yang dijual di toko dapat menurunkan fungsi ginjal? Bagaimana jika pasien memerlukan antibiotik, tetapi antibiotik itu berpotensi menurunkan fungsi ginjal? Kapan pasien harus menjalani cuci darah atau cangkok ginjal? Terima kasih.

C di S

Kita sudah sering membahas pada ruang konsultasi ini bahwa pengobatan diabetes melitus yang terbaik sampai saat ini masih tetap pengaturan makan, olahraga, dan obat penurun gula darah.

Di samping itu, pasien dan keluarga harus memahami penyakit diabetes melitus, termasuk komplikasi, cara kerja obat, serta cara memakai obat. Sekarang juga tersedia alat pemeriksa gula darah mandiri yang dapat digunakan untuk memantau hasil pengobatan.

Pemerintah mendorong penggunaan obat herbal, tetapi posisinya dalam pengobatan harus jelas. Obat herbal dapat membantu meningkatkan nafsu makan, mengatasi masalah tidur, serta menyegarkan badan.

Untuk menurunkan gula darah, selain pengaturan makan dan berolahraga, tetap dianjurkan minum obat penurun gula darah yang telah terbukti manfaatnya serta diketahui efek sampingnya.

Jadi, sampai sekarang ini, dokter tidak menganjurkan obat penurun gula darah diganti dengan obat herbal. Juga dokter tidak menganjurkan penyandang diabetes untuk bebas makan, termasuk mengonsumsi gula.

Pengaturan makan di samping berolahraga merupakan upaya penting dalam mengendalikan gula darah. Gula darah yang tidak terkendali akan bisa menyebabkan perubahan pada pembuluh darah mikro dan makro.

Akibatnya, dapat terjadi komplikasi pada ginjal, mata, pembuluh jantung koroner, serta pembuluh darah kaki.

Gangguan ginjal dapat bersifat sementara, tetapi juga dapat menjadi menetap. Pada keadaan gagal ginjal kronik sulit untuk memulihkan kembali fungsi ginjal.

Upaya kita lebih pada agar fungsi ginjal tidak semakin menurun. Jika fungsi ginjal turun terus, terjadilah gagal ginjal terminal, dan pada tahap ini diperlukan upaya cuci darah atau cangkok ginjal.

Terapi gagal ginjal kronik terdiri dari diet, obat, serta menghilangkan penyebab penurunan fungsi ginjal. Diabetes melitus harus diobati dengan baik. Obat-obat yang memengaruhi fungsi ginjal harus dihindari.

Jika obat yang diperlukan tidak dapat diganti obat lain yang lebih aman bagi ginjal, dosis obat harus disesuaikan dan fungsi ginjal harus dipantau secara lebih ketat.

Diet yang dianjurkan adalah pembatasan protein sesuai keadaan fungsi ginjal. Cairan yang masuk juga harus dipantau, disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan cairan yang keluar. Selain itu, beberapa elektrolit seperti kalium juga dipantau.

Penyebab penurunan fungsi ginjal selain diabetes melitus adalah glomerulonefritis (penyakit autoimun), hipertensi, batu ginjal, infeksi saluran kemih kronik, serta obat. Obat herbal mungkin lebih aman. Namun, jika ada gangguan fungsi ginjal, sebaiknya bertanya kepada dokter sebelum menggunakannya.

Bagaimana dengan obat bebas? Beberapa obat bebas, terutama obat penghilang nyeri, dapat memengaruhi fungsi ginjal. Jadi, jika minum obat bebas, jangan berlama-lama. Jika masih ada keluhan, periksakan diri ke dokter dan tanyakan tentang informasi obat bebas yang sedang diminum, apakah boleh dilanjutkan atau harus dihentikan.

Sekarang, penyandang gagal ginjal kronik di negeri kita banyak. Sebagian mereka memerlukan terapi cuci darah. Kita saksikan hampir di semua rumah sakit layanan hemodialisis penuh. Padahal, selain dengan mesin hemodialisis, cuci darah juga dapat dilakukan di rumah dengan peritoneum perut.

Namun, semua tindakan ini harus atas anjuran dan pengawasan dokter. Biaya cuci darah cukup mahal, dan salah satu risiko cuci darah adalah infeksi.

Kita prihatin menyaksikan mereka yang harus menjalani cuci darah dua atau tiga kali seminggu. Kehidupannya amat tergantung pada mesin cuci darah.

Kita harus menjaga kesehatan kita, termasuk memelihara kedua ginjal kita supaya berfungsi baik. Caranya? Kita harus menjalankan gaya hidup sehat, minum cukup, menghindari obat yang tidak perlu, secara berkala memeriksakan diri ke dokter, termasuk memantau fungsi ginjal kita. Sebagian penyandang gagal ginjal kronik mengalami keluhan sehingga cepat terdiagnosis.

Namun, juga ada penyandang gagal ginjal kronik yang merasa sehat saja, barulah pada pemeriksaan fungsi ginjal didapati fungsi ginjalnya sudah jauh menurun.

Di Indonesia cangkok ginjal sudah lama dilaksanakan sehingga dokter kita sudah terampil melaksanakannya. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo hampir seminggu sekali dilakukan cangkok ginjal.

Cangkok ginjal merupakan operasi besar dan biayanya mahal, tetapi kualitas hidup penderita menjadi lebih baik. Oleh karena itu, cukup banyak penderita yang menjalani cuci darah mempersiapkan diri untuk cangkok ginjal.
Semoga kesehatan ibu Anda bertambah baik.

Kompas, 23 Februari 2019