REUTERS/COURTESY OF SAUDI ROYAL COURT/BANDAR ALGALOUD

Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (tengah) berjalan diiringi sejumlah pejabat China saat mengunjungi Tembok Besar China di Beijing, Kamis (21/2/2019). Dalam kunjungannya ke China, Pangeran Mohammed bin Salman, Jumat (22/2), menandatangani kesepakatan senilai 10 miliar dollar AS untuk proyek pembangunan kompleks penyulingan minyak dan petrokimia di China.

China menjadi ajang proksi bagi sejumlah negara di Timur Tengah. Terakhir, Putra Mahkota Arab Saudi berkunjung ke China seusai Beijing menerima Menlu Iran.

Pangeran Mohammed bin Salman tiba di Beijing, Kamis (21/2/2019), melakukan kunjungan ke China, sementara Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif melakukan pembicaraan dengan Penasihat Negara China, Wang Yi, Selasa (19/2). Pada kunjungan ke China, Zarif didampingi antara lain Ketua DPR Iran Ali Larijani dan Menteri Perminyakan Bizan Zanganeh.

China ingin memainkan peran berimbang di antara kedua negara yang saling berebut pengaruh di Timur Tengah. Tidak heran jika di Beijing, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) bertemu Wakil Perdana Menteri Han Zheng, Jumat pagi, dan malamnya dijadwalkan bertemu Presiden Xi Jinping.

Dalam banyak kasus, netralitas China di kawasan membuat nyaman baik Arab Saudi maupun Iran. Dalam kasus pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi, misalnya, China sama sekali tidak ikut berkomentar yang bisa memanaskan suasana. Sebaliknya, Arab Saudi menganggap masalah umat Islam Uygur sebagai persoalan dalam negeri China.

Begitu juga dengan Iran yang tidak berkomentar akan kasus umat Islam Uygur. Saat Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan Washington kembali menerapkan sanksi ekonomi kepada Iran, dan memaksa negara yang memiliki hubungan dagang dengan AS ikut memberikan sanksi kepada Iran, China tetap mengimpor BBM dari Iran.

Pertengahan Januari lalu, Duta Besar China untuk Arab Saudi Li Huaxin memuji proyek Visi 2030 Arab Saudi. Ia menyerukan integrasi lebih erat, upaya diversifikasi ekonomi Arab Saudi, dan Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) China. Pujian Li untuk reformasi Arab Saudi menunjukkan kemitraan antara Beijing dan Riyadh cukup kuat, yang memunculkan kekhawatiran AS.

Kalau dalam sepekan ini China menerima kunjungan Putra Mahkota dan Menlu Iran, itu adalah upaya mengokohkan peranan Beijing di kawasan lewat soft-power, tanpa intervensi. Pola yang biasa digunakan China dalam merebut pengaruh di Afrika, Asia Selatan, dan beberapa negara di kawasan Pasifik.

Arab Saudi sebagai eksportir terbesar BBM China, kemarin, menandatangani kesepakatan investasi kilang dan pabrik petrokimia senilai 10 miliar dollar AS. China melihat potensi besar ekonomi Arab Saudi di bawah Putra Mahkota dan menginginkan lebih banyak kerja sama teknologi tinggi.