Orang Belanda yang mulai belajar bahasa Indonesia sering sempat heran jika ia menemukan betapa banyak kata Belanda dipakai dalam bahasa Indonesia. Malah ada kata majemuk yang secara utuh diambil alih dalam bahasa Indonesia, seperti misalnya omzet dan wastafel. Namun, kebanyakan kata Belanda tampak dalam bahasa Indonesia menurut bentuk yang disesuaikan dengan ucapan lidah Indonesia, seperti buku, permak, sekolah, sekrup, sekring, skors, dan banyak lain lagi.

Kalau orang Belanda itu bertemu dengan orang Indonesia dalam konteks spesifik barangkali ia lebih heran lagi. Misalnya, ia berbicara dengan montir mobil generasi tua (konteks teknik otomotif) atau dengan kapten kapal laut (konteks maritim). Mereka memakai banyak sekali istilah Belanda dan belum tentu semua istilah itu dimuat juga dalam kamus bahasa Indonesia. Di sini memang harus ditambah montir atau kapten dari generasi tuakarena mereka dari generasi muda hampir pasti lebih akrab dengan peristilahan bahasa Inggris.

Akan tetapi, ada juga kata Indonesia yang dengan jelas diambil alih dari bahasa Belanda tetapi dalam bahasa Indonesia mendapat arti baru. Salah satu contoh yang menarik adalah kata rentenir. Dengan variasi kecil kata ini ditulis dalam bahasa Belanda sebagai rentenier. Di Indonesia kata ini mempunyai arti sangat negatif. Belum lama ini dalam Kompasdapat kita baca judul "Menyelamatkan Nelayan dari Jerat Rentenir" (29/10/2018, halaman 16). Rentenir adalah lintah darat. Karena si peminjam uang dalam keadaan susah, rentenir memakai kesempatan menuntut bunga uang yang tidak wajar. Nelayan yang segera mau melaut dan menangkap ikan membutuhkan uang untuk dapat membeli solar dulu. Terpaksa oleh keadaan ia masuk perangkap rentenir.

Dalam bahasa Belanda orang yang menyengsarakan sesama dengan minta bunga uang tinggi disebut woekeraar. Dari segi moral orang seperti itu sangat jelek. Namun, rentenier mempunyai arti netral atau barangkali malah arti baik. Orang itu hidup dari rente (bunga uang) yang diperoleh dari simpanan di bank. Dengan demikian ia dapat menikmati hasil kerja keras selama sekian tahun.

Kini di Belanda tidak ada banyak rentenierlagi dalam arti harfiah ini sebab bank tidak memberi bunga lagi untuk deposito atau hanya bunga kecil sekali. Di sana orang yang mempunyai uang akan membeli saham. Dengan itu ia harus menanggung risiko juga bahwa satu hari ia kehilangan kekayaannya. Di sisi lain untungnya bisa menjadi jauh lebih besar daripada untung pemilik deposito dulu. Sebetulnya arti lebih modern ini pun sudah ditampung dalam definisi kamus bahasa Belanda; di sana rentenier diterangkan sebagai "orang yang hidup dari bunga uang, hasil harta bendanya atau modalnya" (Van Dale Groot Woordenboek der Nederlandse Taal, 1984).

Mendengar perbedaan arti dua kata ini, siapa tidak lebih suka menjadi rentenier di Belanda ketimbang rentenir di Indonesia?