Kata bentukan open house sering digunakan untuk menunjukkan acara silaturahmi dan, anehnya, sering kali terkait dengan acara lebaran. Jika di Malaysia kata rumah terbuka sering didengar dari televisi dan dibaca di media, tetapi di sini pengguna dan pemerhati linguistik masih was-was dengan terjemahan harfiah. Tak pelak, dalam sebuah perbincangan di grup WhatsApp Klinik Bahasa, usulan griya binuka, sambang griya, gelar griya, danpisowanan mengemuka untuk mengelak penggunaan bahasa Inggris.

Sejatinya rumah terbuka bisa mengandaikan makna yang dikandung dalam pengertian asal kata tersebut. Dalam kamus Cambridge (1997: 988),open house ditakrif sebagai sebuah kegiatan selama sehari oleh organisasi, seperti sekolah, universitas, atau pabrik untuk memungkinkan khalayak luas berkunjung dan melihat apa yang terjadi di sana. Jelas, fungsi aktivitas ini adalah sebuah usaha hubungan masyarakat dari institusi yang menyelenggarakannya.

Dari definisi di atas tentu open house yang digelar pada bulan Syawal tak mencerminkan apa yang diandaikan dalam kamus asal. Betapa pun pemilik rumah membuka diri untuk menerima tamu, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal, namun pengunjung tidak menyisir kediaman yang bersangkutan untuk mengenal lebih dekat dan mendapatkan maklumat. Secara umum acara silaturahmi ini lebih menonjolkan jamuan makan, salaman, dan obrolan bebas antara pelawat. Namun, dari takrif kedua kamus di atas, open house adalah sebuah situasi ketika seseorang menerima pengunjung kapan saja, kita bisa menggunakannya untuk kegiatan yang sudah dikenal luas selama ini.

Sejatinya kunci dari istilah tersebut adalahopen 'terbuka'. Kata ini menjadi sifat dari banyak kata benda, seperti society, tender, mind, dan source. Mengingat keempat kata ini bisa dengan mudah ditemukan persamaannya, maka kata terbuka juga membayangkan makna dalam open yang menjadi penerang pada house, sangat mungkin. Apalagi, kita sering menggunakan kata yang menunjukkan arti kiasan dari kata dasar buka, seperti tangan terbuka, yang berarti menerima tanpa prasangka.

Tender terbuka sebagai sebutan untukopen tender adalah cara penawaran sebuah proyek yang dibuka kepada khalayak. Berbeda dengan lawannya, tender tertutupyang hanya memungkinkan akses terbatas dari kontraktor yang dekat dengan lingkaran kekuasaan. Demikian juga, open source adalah layanan digital yang bisa dimanfaatkan oleh khalayak tanpa merogoh kantong untuk mengoperasikannya. Semua ini lahir dari kehendak berbagi karena keterbukaan adalah pintu bagi kejujuran, kedermawanan, dan keberterimaan.

Apalagi secara semantik, pengertian terbuka dalam open house bisa dikaitkan dengan kata open society, sebagai istilah yang pertama kali digunakan oleh Henry Bergson. Istilah ini dijadikan buku oleh Karl Popper dengan judul Open Society and Its Enemies (1947). Lawannya adalah masyarakat tertutup (close society) yang ditandai dengan kepercayaan pada pantangan magis, yang bertentangan dengan masyarakat terbuka yang belajar dari ihwah kritis dari tabu dan mendasarkan keputusannya pada otoritas akal budi. Jika Bergson mengaitkan keterbukaan pada intuisi mistik, Popper menyebutnya sebagai kerinduan pada yang hilang.

Jadi, rumah terbuka pada hari raya bisa dimaknai sebagai peristiwa keagamaan yang menginginkan sesuatu yang telah raib dalam masyarakat, yaitu hubungan yang makin renggang akibat pengalihperhatian atau distraksi teknologi. Jika dalam keseharian, rumah-rumah warga tak pernah membuka kediaman, maka di hari tertentu para penghuni mendorong gagang pintu agar orang lain bisa datang untuk bersua muka, bukan melihat penggila telepon pintar.