HANDINING

Anastasia Joice Tauris Santi, Wartawan Kompas

Sebagian besar orang beranggapan utang menyusahkan. Namun, sebenarnya ada utang yang dapat kita manfaatkan, bahkan memberi keuntungan bagi kita.

Seperti rumah tangga, pemerintah pun kadang kekurangan uang untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Arus kas tidak selalu selaras dengan cita-cita membangun jembatan dan jalan atau membeli satelit agar komunikasi berjalan lebih lancar. Untuk menambal kekurangan dana, seperti laiknya keluarga yang harus membayar berbagai kebutuhan padahal belum gajian, pemerintah pun berutang.

Ada utang dari luar negeri dengan mata uang asing. Ada pula utang dari dalam negeri. Pemerintah berutang, antara lain, dengan menerbitkan surat utang, yang menjanjikan utang akan dilunasi pada tanggal sekian, tahun sekian, dan setiap bulan, pemegang surat utang itu mendapatkan kupon bunga sebagai tanda terima kasih atas utang yang diberikan.

KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J

Seorang pekerja mula milenial sedang melihat infografis yang memaparkan pokok-pokok informasi tentang sukuk ritel ST-002.

Surat utang itu disebut obligasi pemerintah. Biasanya pemerintah meminjam dari berbagai institusi atau perusahaan. Institusi membeli obligasi dengan nilai minimal miliaran rupiah. Mereka lalu menikmati imbal hasil berupa kupon  bunga dan fluktuasi naik turunnya harga obligasi.

Hanya dengan Rp 1 juta, masyarakat sudah dapat membeli obligasi, instrumen investasi yang tadinya hanya dapat dijangkau oleh investor institusi kelas kakap.

Dalam 11 tahun terakhir, pemerintah juga memberikan kesempatan kepada masyarakat, yakni individu-individu yang ingin membeli obligasi negara tersebut.

Tidak perlu hingga puluhan miliar. Hanya dengan Rp 1 juta, masyarakat sudah dapat membeli obligasi, instrumen investasi yang tadinya hanya dapat dijangkau oleh investor institusi kelas kakap. Terdapat berbagai macam obligasi ritel pemerintah, seperti Sukuk Ritel, Saving Bond Ritel, Sukuk Tabungan, dan Obligasi Ritel Indonesia.

KOMPAS/KARINA ISNA IRAWAN

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman (kanan) dalam peluncuran sukuk tabungan seri ST-003 di Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Manfaat obligasi ritel

Awal Maret ini, pemerintah kembali menerbitkan obligasi sukuk ritel, SR-011. Tingkat imbal hasil yang dijanjikan sebesar 8,05 persen dengan jangka waktu tiga tahun. Masa penawaran berlaku sejak awal Maret hingga 21 Maret mendatang. Diharapkan pemerintah dapat menjual sukuk ritel ini hingga Rp 10 triliun.

Dilihat dari imbal hasilnya, SR-011 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan surat utang  pemerintah yang diterbitkan sebelumnya, yaitu Saving Bond Ritel SBR-005 dan Sukuk Tabungan ST-003 dengan imbal hasil masing-masing 8,15 persen. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan deposito atau tabungan, jelas imbal hasil SR-011 ini lebih tinggi.

Kupon bunga akan dibayarkan setiap bulan, langsung ditransfer ke rekening. Karena durasi obligasi ini berjangka tiga tahun, sebaiknya investor ritel juga mempersiapkan dana yang tidak terpakai hingga tiga tahun ke depan.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Pemantauan perdagangan surat utang (obligasi) didealing room Mandiri Sekuritas di Jakarta, Rabu (3/9/2014). Pemerintah menerbitkan surat berharga syariah negara atau sukuk global sebesar 1,5 miliar dollar AS untuk memenuhi sebagian pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014.

Harga obligasi ritel di pasar sekunder ada naik dan turunnya. Jadi, jika obligasi itu dijual sebelum jatuh tempo, harganya mungkin akan lebih rendah dibandingkan dengan harga ketika jatuh tempo.

Harga obligasi dinyatakan dengan persen. Ketika jatuh tempo, dana yang dikembalikan 100 persen dari pokoknya. Akan tetapi, obligasi yang dijual sebelum jatuh tempo, harganya berfluktuasi. Bisa saja obligasi bernilai Rp 1 juta dihargai hanya 90 persen atau Rp 900.000 saja.

Tingkat gagal bayarnya kecil karena pemerintah menjamin akan membayar baik pokok maupun kupon bunga obligasi ritel tersebut.

Obligasi pemerintah merupakan salah satu instrumen investasi yang aman. Tingkat gagal bayarnya kecil karena pemerintah menjamin akan membayar baik pokok maupun kupon bunga obligasi ritel tersebut.

Siapa saja yang cocok untuk berinvestasi pada obligasi ritel ini? Jika Anda merupakan investor yang konservatif, memiliki dana menganggur selama tiga tahun, dan ingin imbal hasil di atas tabungan dan deposito, SR-011 ini boleh dipertimbangkan.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Aktivitas karyawan yang memantau perdagangan obligasi atau surat utang di dealing room Bank BRI, Jakarta, Selasa (12/8/2014). Pemerintah saat itu kembali melelang tiga seri sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara dengan target indikatif Rp 1,5 triliun.

Apalagi bagi mereka yang baru mulai mengenal investasi di pasar modal, sukuk ritel ini dapat menjadi awal pengenalan investasi di pasar modal. Bagi para investor konservatif, porsi kepemilikan obligasi ritel ini dapat diatur hingga 50 persen.

Bagi investor yang agresif, tingkat imbal hasil yang ditawarkan SR-011 ini tentu kurang menarik. Alokasi untuk investasi pada obligasi pemerintah lebih rendah ketimbang para investor yang konservatif.

Nilai Surat Utang Makin Berkurang

SR-011 dapat diperoleh di bank-bank dan sekuritas yang telah ditunjuk sebagai agen penjual. Ada 22 agen penjual, antara lain Citibank NA Indonesia, BRI, BRI Syariah, BCA, Bank Commonwealth, Bank Danamon, DBS, HSBC, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Maybank Indonesia, Bank Mega, Bank Muamalat, BNI, OCBC NISP, Panin Bank, Bank Permata, BTN, CIMB Niaga, Standard Chartered Bank, MNC Sekuritas, dan Trimegah Sekuritas.