INDRO UNTUK KOMPAS

Trias Kuncahyono, wartawan Kompas 1988-2018

Ketika mendapat kabar bahwa Bulik, adik almarhum Ibu, meninggal dunia karena tertabrak motor tanggal 3 Maret lalu, ingatan segera kembali ke peristiwa 25 tahun silam. Pada tanggal 1 Maret 1994, Ibu meninggal setelah tertabrak motor yang pengendaranya mabuk. Keduanya meninggal karena mengalami pendarahan di otak. Keduanya ditabrak di lokasi yang nyaris sama, hanya bergeser sekitar empat meter; bedanya ibu ditabrak petang hari saat mahgrib setelah mengunjungi orang sakit, sedangkan bulik ditabrak pagi hari saat akan belanja sayuran.

Apakah sejarah selalu berulang? Philip Guedalla (1889-1944) yang dikenal sebagai sejarawan dan esais, seorang pop kultur asal Inggris, jauh tahun sudah menjawab pertanyaan itu. Sejarawan kelahiran  Maida Vale, London dari sebuah keluarga Yahudi keturunan Spanyol ini mengatakan, "Sejarah berulang dengan sendirinya. Sejarawan saling mengulang satu sama lain."

Pepatah Perancis mengatakan, L'Histoire se Répète, sejarah mengulang dirinya sendiri. Adalah Keny Arkana, seorang rapper Perancis keturunan Argentina yang memberi judul lagunya L'Histoire se Répète.

Pepatah Perancis mengatakan, L'Histoire se Répète, sejarah mengulang dirinya sendiri.

Perempuan penyanyi yang lahir di Boulogne-Billancourt pada tahun 1982, dan menghabiskan masa kecilnya di Marseilles, sebuah kota pelabuhan di tepi Laut Mediterania, Perancis Selatan ini menegaskan yang dikatakan Philip Guedalla. Keny Arkana menggugat mengapa perang selalu berulang.

Namun seruannya agar tidak ada perang, tidak ada yang mempedulikan. Padahal, perang menghancurkan segala-galanya. Tetapi, manusia tidak peduli. Dan, Keny Arkana "hanya" bisa mengatakan, "Dan sejarah berulang dengan sendirinya … Et l'histoire se répète."

GETTY IMAGES/PAUL KANE

Carlos Santana

Santana, sebuah grup band rock—dengan gitaris Carlos Santana– pun dalam lagunyaOye 2014 memulai dengan pertanyaan,Who says history doesn't repeat itself? Tetapi, untuk apa sejarah selalu mengulang dirinya sendiri? Penyanyicountry AS, Buddy Starcher (1906-2001) dalam lagunya History Repeat Itself, mengisahkan peristiwa  aneh tapi nyata yang menegaskan bahwa "sejarah berulang dengan sendirinya."

Buddy Starcher mengisahkan peristiwa yang terpisah 100 tahun.  Presiden AS Abraham Lincoln (1809-1865) terpilih menjadi presiden pada tahun 1860; dan 100 tahun kemudian, pada 1960, John F Kennedy terpilih menjadi presiden AS. Kedua presiden sangat peduli terhadap hak-hak sipil. Yang menarik, keduanya tewas ditembak pada kepala bagian belakang. Keduanya ditembak pada hari Jumat. Penembak Lincoln adalah John Wilkes Booth lahir pada tahun 1839; sementara penembak Kennedy, yakni Lee Harvey Oswald lahir pada tahun 1939. Keduanya adalah orang Selatan.

Wilkes Booth menembak Lincoln dari teater dan setelah menembak ia lari ke gudang. Sementara Harvey Oswald, menembak dari gudang dan setelah menembak lari ke teater. Kata "Lincoln" dan "Kennedy" masing-masing terdiri atas tujuh huruf. Nama John Wilkes Booth dan  Lee Harvey Oswald, masing-masing terdiri atas 15 huruf.

THE DALLAS MORNING NEWS/JACK BEERS VIA AP FILE

Pembunuh Presiden AS John F Kennedy, Lee Harvey Oswald (diborgol) di bawah todongan pistol oleh Jack Ruby (depan) di lantai bawah garasi markas besar polisi di Dallas. File foto tanggal 24 November 1963.

Pengganti Lincoln dan Kennedy sama-sama bernama Johnson. Lincoln digantikan Andrew Johnson yang lahir pada tahun 1808; dan pengganti Kennedy adalah Lyndon Johnson yang lahir pada tahun 1908. Kelahiran mereka terpaut 100 tahun. Keduanya adalah dari Selatan, sama-sama Demokrat. Nama Andrew Johnson dan Lyndon Johnson sama-sama terdiri atas 13 huruf. Dan Buddy Starcher mengakhiri lagunya dengan "And friends, it is true; History does repeat itself; His truth is marching on."

Apakah itu kebetulan atau memang "digariskan?" Jarak kedua kejadian terpisah 100 tahun. Satu abad! Karl Marx mengatakan, Histoire se répète toujours deux fois: la première fois comme tragédie, la deuxième fois comme farce; sejarah selalu mengulang dirinya sendiri: pertama sebagai tragedi, kedua sebagai lelucon. Dalam tragedi, menurut seorang penulis asal Inggris Christopher Fry (1907-2005), setiap momen adalah keabadian; dalam komedi, keabadian adalah sebuah momen.

Sekadar contoh bahwa pengulangan sejarah tidak selalu seperti  yang dikemukakan oleh Karl Marx: dari tragedi menjadi lelucon. Yang terjadi di Suriah, pengulangan sejarah itu dari tragedi ke tragedi. Tidak ada leluconnya sama sekali. Mungkin leluconnya adalah, kegilaan seperti itu kok diulang kembali. Seperti yang ditulis Tom Blanton, di Foreign Policy (21 September 2012) dengan History Repeats Itself as Tragedy.Menurut Tom Blanton, yang dilakukan pasukan Bashar Assaad (pada tahun 2012) mengulangi yang dilakukan ayahnya, Hafez al Assad, mulai 2 Februari 1982.

AFP/ DELIL SOULEIMAN

Perempuan dan anak-anak dievakuasi dari Baghouz, wilayah pertahanan terakhir kelompok Negara Islam (IS). Mereka tiba di daerah penyaringan yang dikuasai oleh Tentara Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat, yakni di Provinsi Deir Ezzor, sebelah timur Suriah (6/3/2019). Perempuan-perempuan yang membawa bayi serta rombongan laki-laki yang terluka dengan kruk mereka, berjalan tertatih-tatih keluar dari desa jihadis terakhir setelah AS mendukung SDF menyerang dan mengepung desa tersebut. Serangan SDF diperkirakan akan membuat lebih banyak pejuang IS menyerah diikuti keluarga mereka, sebelum mereka menyerang lebih dalam ke benteng pertahanan terakhir IS.

Ketika itu, jet-jet tempur dan artileri Hafez al Assad  menggempur kota Hama untuk menghabisi pemberontakan pimpinan Muslim Brotherhood (Persaudaraan Muslim). Menurut laporan Dinas Intelijen Pertahanan (Defense Intelligence Agency/DIA) AS, korban tewas akibat serangan jet-jet tempur dan artileri itu mencapai 2.000 orang. Tetapi, pengamat independen yang mengunjungi Hama, serta laporan Komite Hak-hak Asasi Manusia  Suriah, menyebutkan korban tewas antara 20.000 sampai 40.000 orang. Jumlah korban tewas sebanyak itu, hanya selama bulan Februari saja.

Sementara, jumlah korban tewas akibat perang saudara (waktu itu, masih perang saudara) di Suriah selama 18 bulan atau hingga tahun 2012, mencapai 30,000 orang. Data itu diungkapkan oleh Centre for Documentation of Violations di Suriah dan Komisioner Tinggi urusan Pengungsi PBB. Bulan Agustus  2012 adalah bulan paling berdarah hingga saat itu.

Tragedi yang dialami bangsa Palestina juga menegaskan pengulangan sejarah itu dari tragedi ke tragedi.

Pada bulan itu, jumlah korban tewas lebih dari 5.000 orang. Sebagian besar yang tewas adalah penduduk sipil; jumlah orang bersenjata yang tewas di kedua belah pihak mencapai sekitar 3.000 orang. Hingga tahun 2018, jumlah korban tewas dalam perang di Suriah sejak 2011, mencapai  total 500.000 orang. Sepanjang tahun 2018 saja, korban tewas tercatat 20.000 orang. Tahun 2017, tercatat sekitar 33.400 orang tewas menurut The Syrian Observatory on Human Rights.

Tragedi yang dialami bangsa Palestina juga menegaskan pengulangan sejarah itu dari tragedi ke tragedi.  Saat pecah perang pada tahun 1948, yang berujung dengan lahirnya negara Israel, ratusan orang Palestina diusir dari kampung halaman mereka. Inilah gelombang pertama pengungsi Palestina. Tragedi yang sama terulang lagi setelah pecah Perang Enam Hari 1967, ketika tentara  Israel menduduki Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Jerusalem Timur.

Inilah gelombang pengungsian kedua. Dan, pada tahun 2002, di bawah Ariel Sharon, tentara Israel menciptakan gelombang ketiga pengungsi Palestina dengan menyerang kamp-kamp pengungsi. Orang ingat, 20 tahun sebelumnya, 1982, Sharon memimpin penyerangan kamp pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila, Beirut yang diduduki Israel.

AFP/ ABBAS MOMANI

Presiden Palestina Mahmoud Abbas (kanan tengah) berbicara di samping Ran Cohen (kiri tengah), mantan anggota parlemen Israel Knesset yang juga anggota partai sayap kiri Meretz, saat menghadiri Forum Kemerdekaan dan Perdamaian Palestina. Forum diselenggarakan di Ramallah, Tepi Barat, 6 Februari 2019 oleh Komite untuk Interaksi dengan Masyarakat Israel bentukan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Ketika orang mengatakan bahwa sejarah berulang dengan sendirinya, mereka umumnya memikirkan pola yang luas. Cara lain untuk menggambarkan pola atau hubungan ini adalah dengan menggambarkannya sebagai hubungan sebab dan akibat. Mereka berpikir tentang keberadaan dan kelanjutan.

Akan tetapi, Barry Turner dari Universitas Lincoln, Inggris berpendapat bahwa sejarah tidak mengulang dirinya sendiri. Karena sejarah bukan serangkaian peristiwa yang berurutan, melainkan sebuah rangkaian. Barry memberitakan contoh bahwa PD II adalah kelanjutan dari PD I; kedua perang besar itu bukan peristiwa yang terpisah tetapi sebagai episode dari suatu cerita. Dari tahun 1918 hingga 1939 bukan kedamaian melainkan gencatan senjata.

Pendapat Barry Turner tak jauh dengan pendapat Mark Twain. Petualang kondang–nama aslinya Samuel Langhorne Clemens—yang menulis novel klasik Amerika, The Adventures of Tom Sawyerdan juga Adventures of Huckleberry Finnini  mengatakan,  "Sejarah tidak terulang, tetapi itu berima." Mark Twain pula yang mengatakan bahwa Palestina adalah negeri kecil yang memiliki sejarah besar.

KOMPAS/ WISNU WIDIANTORO

Dua calon presiden, Prabowo Subianto dan Joko Widodo bersalaman saat Rapat Pleno Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2014 di Gedung KPU, Jakarta, Minggu (1/6). Pertemuan itu menjadi pertemuan pertama mereka paska maju sebagai capres dalam Pemilu 2014.

Para sejarawan percaya bahwa hampir setiap perkembangan di zaman moderen ini memiliki padanan di masa lalu, bahkan naik turunnya kekaisaran dan diktator, perang dan konflik politik, faktor sosial-ekonomi yang mengarah ke revolusi, genosida dan persekusi ras serta persekusi agama hanyalah kejadian yang berulang di seluruh waktu. Namun, pendapat itu memunculkan pertanyaan: Jika sejarah berulang, bukankah kita tidak bisa membuat prediksi tentang masa depan?

Bukankah Sang Pengkhotbah sudah mengatakan, nihil sub sole novum, tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Sesuatu yang pernah ada, itulah yang akan ada lagi. Sesuatu yang telah diperbuat, itulah yang akan diperbuat lagi. Tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Barang yang sudah ada itu juga akan yang akan ada; dan barang yang sudah diperbuat itu juga yang akan diperbuat; satupun tiada yang baru di bawah langit ini. Apa yang pernah terjadi, akan terjadi lagi. Apa yang pernah dilakukan, akan dilakukan lagi. Tidak ada sesuatu yang baru di dunia ini.

Apakah "sejarah juga akan mengulang dirinya sendiri" di Indonesia, saat ini?

Apakah "sejarah juga akan mengulang dirinya sendiri" di Indonesia, saat ini? Yang pasti, pertarungan untuk menjadi presiden Indonesia, mengulangi pertarungan Pemilu 2014, yakni antara Jokowi dan Prabowo. Pada tahun itu, Jokowi yang memperoleh mandat rakyat untuk menjadi presiden Indonesia.

Kemenangan Jokowi pada waktu itu telah memutus rantai kekuasaan politik dari para politisi masa lalu. Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945 hingga sebelum tahun 2014, hanya anggota elite politik dan militer yang terpilih sebagai presiden.  Jokowi adalah pemimpin pertama dari luar dua golongan tersebut yang terpilih sebagai orang nomor satu di Indonesia.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO (NUT)

Presiden terpilih 2014-2019, Joko Widodo, memperkenalkan Kepala Staf Rumah Transisi, Rini M Soemarno (kedua dari kanan) dan empat deputinya, dari kiri, Andi Widjajanto, Akbar Faisal, Anies Baswedan dan Hasto Kristiyanto usai meresmikan pembentukan Rumah Transisi Jokowi-JK di Jakarta, Senin (4/8). Rumah itu akan menjadi tempat untuk mempersiapkan jalannya pemerintahan hingga pelantikan presiden, termasuk membahas pembentukan kabinet dan APBN 2015.

Kemenangan Jokowi pada tahun 2014 telah memberikan pesan jelas bahwa sekarang ini siapa pun bisa menjadi presiden. Bahkan seorang tukang kayu, penjual mebel yang pernah tinggal di bantaran sungai pun bisa menjadi presiden, kalau rakyat pencinta damai, persatuan dan kerukunan, persaudaraan, keragaman Indonesia, toleransi, dan menginginkan Indonesia maju serta tetap utuh menginginkannya.

Orang kemudian bisa mengatakan, inilah demokrasi menurut Abraham Lincoln. Lincoln mengatakan demokrasi adalahgovernment of the people, by the people, and for the peoplepemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Memang, ada banyak definisi tentang demokrasi. Akan tetapi, ada tiga elemen pokok dari demokrasi yang bisa dikatakan sama yakni, pertama adanya kompetisi dan pemilihan yang fair atas jabatan publik dan dilakukan secara teratur tanpa penggunaan kekerasan; kedua, warga negara berpartisipasi dalam menyeleksi pemimpin; dan ketiga, adanya kebebasan sipil dan politik dalam melakukan persaingan politik dalam berpartisipasi.

Dan, sulit dipungkiri bahwa pencapaian Jokowi pada tahun 2014 bukan prestasi yang bisa dianggap biasa. Pencapaian itu sebuah sejarah bukan hanya bagi Jokowi, tetapi juga bangsa Indonesia.

KOMPAS/ C WAHYU HARYO PS

Presiden Joko Widodo memilih menggunakan pesawat komersial untuk menghemat anggaran negara, saat melakukan kunjungan kerja ke daerah. Tampak Presiden Jokowi berada di kursi 44A pada penerbangan menggunakan pesawat Garuda Indonesia GA 204 dari Jakarta menuju Yogyakarta, Selasa (9/12/2014), didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

Meskipun menurut profesor sejarah Amerika Latin dan direktur Institut Studi Sejarah pada Universitas Texas di Autin, Seth Garfield (2001), "Sejarah penting, bukan karena sejarah mengulang dirinya sendiri, tetapi karena narasinya dapat menghilangkan setan yang menyiksa orang yang tertindas, mengejutkan orang yang berpuas diri dan tidak patuh, lalu melakukan mawas diri, dan mengilhami untuk berprestasi bagi orang yang memiliki ketekunan dan kemauan."