Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 05 Maret 2019

PILPRES 2019: Masih Saja Memperdebatkan Hasil Debat (Capres) - ILHAM KHOIRI

MICE UNTUK KOMPAS
Kartun Mice di Harian Kompas, 3 Maret 2019

Sudah lebih dari dua pekan berlalu, debat calon presiden kedua, antara Joko Widodo versus Prabowo Subianto, Minggu (17/2/2019). Namun, di media sosial, perdebatan soal hasil debat itu masih berlangsung seru sampai sekarang. Tentu saja, masing-masing kubu mengklaim kemenangan. Apa saja yang masih diributkan?

Lewat layar televisi, publik mengikuti debat capres kedua yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) malam itu. Panggung di Hotel Sultan, Jakarta, hanya menampilkan Jokowi dan Prabowo. Keduanya saling berhadapan alias head to head.Cawapres masing-masing, KH Ma'ruf Amin dan Sandiaga S Uno, tidak menemani di panggung.

Kali ini, debat mengambil tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Jokowi dan Prabowo bergantian menyampaikan pernyataan, pertanyaan, jawaban, gugatan, atau kritik satu sama lain. Dipandu dua moderator, Tommy Tjokro dan Anisha Dasuki, debat berlangsung lebih seru dibanding debat pertama.

Bersamaan dengan debat di KPU, berlangsung pula debat lebih seru di media sosial. Tentu saja, di lini masa (terutama Twitter), debat berjalan tanpa moderator, tanpa batasan waktu, nyaris tanpa sensor. Baik pendukung Jokowi maupun Prabowo sudah "ngegas", bahkan sejak debat resmi belum dimulai.

Berbagai tagar berseliweran. Sebut saja, di antaranya: #DebatPilpres2019 #DebatSebel #PrabowoMenangDebat #DebatPintarJokowi #DebatJokowiPintar #CurhatPilpres2019. Masing-masing kubu berjibaku mengorkestrasi obrolan agar dapat mendominasi lini masa dan sebisa mungkin mengukuhkan citra kemenangan. Setiap muncul hal menarik di panggung KPU langsung disamber dan  "dimainkan" di media sosial. Isu yang seksi didramatisir, dibanjiri komentar, dan diposting ulang agar menjadi viral.

KOMPAS/DOK DEPARTEMEN MEDSOS
Tangkapan layar atas lini masa trending topic di Twitter, Minggu (17/2/2019) malam

Obrolan makin seru setelah sejumlah media mengeluarkan card (kartu) yang berisi kutipan, fact chek (periksa fakta), atau meme-meme menarik seputar isi debat. Card dan meme itu menjadi peluru tambahan untuk saling serang, saling klaim, dan saling unjuk kekuatan. Usai debat Minggu malam, pasukan media sosial masing-masing capres terus menghidupkan isu-isu yang menguntungkan jagoan dan melemahkan lawan.

Apa saja itu yang terus dipersoalkan sampai sekarang? Departemen Media Sosial Harian Kompas membuat semacam ikhtisar (ringkasan) terkait enam isu debat yang masih ramai disoroti sampai sekarang. Keenam isu ini dinilai paling banyak dibicarakan, meski debat sudah berlalu dua pekan lebih.

1. Luas jalan yang dibangun Jokowi
Dalam salah satu sesi debat, Jokowi menyebut bahwa dalam masa pemerintahannya, pemerintah telah membangun banyak infrastruktur untuk masyarakat. Salah satunya, telah digelontorkan Rp 187 triliun dana desa ke desa-desa. Apa yang kita dapat dari dana ini? "Rp 180 triliun dana desa, telah dibangun 191.000 kilometer jalan desa dan 58.000 unit irigasi," katanya.

KOMPAS/ DOK DEPARTEMEN MEDIA SOSIAL
Pernyataan Jokowi tentang pembangunan jalan desa pada debat kedua pemilihan presiden di Jakarta, Minggu (17/2/2019).

Angka 191.000 kilometer jalan desa itu kemudian menjadi viral. Benarkah angka pembangunan jalan desa sepanjang itu? Jangan-jangan data tersebut hanya klaim semata. Soal ini terus saja diulik warga internet.

Dalam akun Twitter, Koordinator Juru Bicara Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, meragukan data jalan yang dinilai teralu panjang. Dia menjangka, 191.000 kilometer itu sama dengan 4,8 kali keliling Bumi atau 15 kali diameter Bumi.

Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Eko Putro Sandjojo, merespons. Dia bilang, pemerintahan Jokowi memang menggenjot pembangunan jalan desa.

Ada juga tanggapan dari @rustamibrahim yang menilai angka tersebut masih wajar dan masuk akal. Merujuk data statistik tahun 2016, jumlah desa di Indonesia mencapai 74.754. Jika total jalan yang dibangun mencapai 191.000 kilometer, artinya itu bisa jadi rata-rata 2,56 kilometer per desa.

2. Kebakaran hutan
Ketika masuk ke isu lingkungan, Jokowi menyebut bahwa dalam tiga tahun masa pemerintahannya tidak terjadi kebakaran lahan hutan dan gambut. "Kenapa dalam tiga tahun kita bisa atasi kebakaran hutan dan lahan gambut? Salah satunya dengan penegakan hukum yang tegas pada siapapun," katanya.

Soal ini memicu banyak reaksi. Greenpeace Indonesia mengajukan fakta berbeda. Menurut lembaga swadaya masyarakat berjejaring internasional ini, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terus terjadi setiap tahun hingga sekarang.

3. Konflik agraria
Pernyataan Jokowi soal konflik agraria juga mendapat sorotan tajam dari warga internet. Dalam debat, dia memeberkan bahwa dalam 4,5 tahun ini hampir tidak ada konflik dalam pembebasan lahan.

Klaim ini dipersoalkan sebagian netizen. Mereka mengabarkan, masih terjadi konflik agraria dengan sejumlah korban. Beberapa aktivis lingkungan juga belum lepas dari kriminilasiasi.

4. Lahan yang dikuasai Prabowo
Jokowi menylikan kejutan dalam debat. Secara terbuka, dia menyebut Prabowo menguasai lahan cukup luas. Katanya, "Saya tahu Pak Prabowo memiliki lahan yang sangat luas di Kalimantan Timur, sebesar 220.000 hektar. Juga di Aceh Tengah sebesar 120.000 hektar. "

KOMPAS/ DOK DEPARTEMEN MEDIA SOSIAL
Pernyataan Jokowi tentang lahan yang dikuasai Prabowo pada debat kedua pemilihan presiden di Jakarta, Minggu (17/2/2019).

Di ujung debat, Prabowo dapat kesempatan merespons. Dia mengakui soal kepemilikannya atas lahan yang disebut Jokowi. Namun , dia menegaskan siap menyerahkan pada negara saat diperlukan. "Setiap saat negara dapat ambil kembali. Daripada jatuh ke orang asing, lebih baik saya kelola karena saya nasionalis dan patriot," katanya.

KOMPAS/ DOK DEPARTEMEN MEDIA SOSIAL
Pernyataan Prabowo Subianto tentang lahan yang dikuasainya pada debat kedua pemilihan presiden di Jakarta, Minggu (17/2/2019).

Tentu saja, isu kepemilihan lahan Prabowo memantik debat panjang di media sosial, bahkan sampai sekarang. Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsuddin Haris, misalnya, merasa heran atas pengakuan Prabowo yang menguasai 340.000 hektar lahan. Padahal, selama ini, capres itu sering mengkritik, setengah kekayaan negara dikuasai kurang dari 1 persen orang terkaya.

Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amani menyokong Jokowi. Bagi dia, mengungkap data kepemilihan lahan Prabowo bukanlah serangan personal yang dilarang. Tindakan itu justru menjadi bagian dari upaya untuk memberi informasi tentang kekayaan capres pada publik.

Komentar yang cukup nyelekit soal ini dilontarkan komedian Cak Lontong. Dia menyindir Prabowo yang kerap menuding tanah di Indonesia dikuasai segelintir orang saja. Ternyata, kemudian terungkap dalam debat bahwa capres itu menguasai lahan yang luas.

Kompas, 5 Maret 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger