REUTERS / RAMZI BOUDINA / FILE FOTO

Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika (posisi duduk) dalam sebuah kesempatan di Aljir, Aljazair 9 April 2018.

Di tengah demo besar selama tiga hari sejak Jumat hingga Minggu kemarin, Presiden Aljazair Abdel- aziz Bouteflika tetap berniat ikut lagi dalam pemilihan presiden.

Manajer kampanye Bouteflika, Abdelghani Zaalene, mendaftarkan Bouteflika ikut pemilu pada Minggu (3/3/2019) di Algiers, ibu kota Aljazair. Namun, Bouteflika berjanji hanya akan menjalani satu tahun masa pemerintahannya jika dia terpilih dalam pemilu 18 April nanti. Dia berjanji akan menggelar pemilu pada 2020.

Zaalene menggantikan Abdelmalek Sellal yang pernah menjadi perdana menteri dan tiga kali mengantar Bouteflika ke puncak kekuasaan, Sabtu (2/3), semalam sebelum batas waktu pendaftaran. Dalam pemilu ini sudah terdaftar enam kandidat untuk bersaing dengan Bouteflika, antara lain Jenderal (Purn) Ali Ghediri yang berjanji akan membawa perubahan di Aljazair. Pengusaha Rachid Nekkaz, yang cukup populer di Facebook, berniat ikut pemilu tetapi dianggap tidak memenuhi syarat. Nekkaz mendaftarkan sepupunya yang juga bernama Rachid Nekkaz untuk maju dan dirinya sendiri menjadi manajer kampanyenya.

Dua partai oposisi, Partai Buruh dan Gerakan Masyarakat Islam untuk Perdamaian (IMSP), memboikot pemilu. Penantang utama Bouteflika yang berkuasa sejak 1999 pada pemilu sebelumnya, Ali Benflis, tidak ikut pemilu.

Seorang jurnalis di Algiers, Maher Mezahi, mengatakan, janji Bouteflika menjalani satu tahun pemerintahan ditujukan untuk membendung demonstrasi. "Ini langkah menarik karena dia (presiden) mengakui ada sesuatu dengan protes-protes ini. Mereka telah menangkapnya. Pertanyaannya, apakah ini akan memadamkan mereka atau akankah ini mengintensifkan mereka," kata Mezahi.

Pemilu multipartai tahun 1991 telah memicu perang saudara di Aljazair dengan korban lebih dari 200.000 orang tewas. Perang berakhir dengan kembalinya kelompok otoriter ke puncak kekuasaan. Dan, itulah yang selalu dipakai pemerintahan Bouteflika memimpin Aljazair selama 20 tahun.

"Untuk waktu lama, pemerintah selalu menggunakan itu untuk menakut-nakuti kami. Kami tidak ingin ini menjadi perang saudara tahun 1990-an. Kami tidak ingin ini menjadi seperti Musim Semi Arab. Lihat apa yang terjadi pada semua negara itu. Itu yang selalu diingatkan mereka," kata Mezahi.

Demonstrasi yang sebagian besar diikuti kaum muda berlangsung Senin (4/3) pagi menyusul pendaftaran Bouteflika. Demo juga berlangsung di beberapa kota di Aljazair. Namun, pada demonstrasi ini belum tampak ada pemimpin yang memberikan arah pada perjuangan.