REUTERS/VATICAN MEDIA

Paus Fransiskus ikut serta dalam prosesi ibadat tobat dalam perayaan Rabu Abu di Roma, Italia, Rabu (6/3/2019). Dalam perayaan Rabu Abu, Paus mengingatkan agar umat tidak serakah.

Mengawali masa puasa umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus pada Rabu lalu mengingatkan agar manusia jangan sampai kehilangan arah hidup yang sesungguhnya.

Pesan Paus yang disampaikan dalam misa di Roma itu juga menyebutkan bahwa kesuksesan, kekuasaan, dan harta akan pergi serta hilang seperti "debu di tengah embusan angin". Karena itu, diingatkannya, manusia perlu menemukan kembali arah hidup. Jangan sampai orang kehilangan kemampuan mengenali arah sejati hidup. Jika kemampuan mengenali arah itu terganggu, manusia tak akan pergi "ke mana-mana".

Masa puasa bagi umat Katolik, menurut Paus, merupakan kesempatan untuk "hidup lebih melambat" karena selama ini manusia hidup begitu cepat tanpa arah. Dengan sedikit melambat, manusia bisa menghilangkan hal-hal yang mengganggunya mengenali tujuan pokoknya hidup di dunia.

Dalam konteks masyarakat dunia sekarang, apa sebenarnya yang dimaksud "hidup cepat dan tanpa arah?" Mungkin perlu ditentukan dulu persoalan pokok yang tengah dihadapi umat manusia. Rasanya banyak dari kita setuju, salah satu persoalan itu ialah ketimpangan ekonomi.

Pandangan itu diungkapkan pula oleh Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Michelle Bachelet, Rabu (6/3/2019). Di Geneva, ia mengatakan, ketimpangan pendapatan dan disparitas akses terhadap sumber daya menimbulkan ancaman serius atas hak asasi. Ketimpangan, menurut dia, telah memicu protes besar-besaran di beberapa negara, seperti Perancis dan Sudan.

Isu ketimpangan pendapatan juga menjadi kajian serius beberapa tahun terakhir. Ronald Inglehart dalam "Inequality and Modernization" (Foreign Affairs, Januari/Februari 2016) mengutip pandangan ekonom Thomas Piketty bahwa ketimpangan ekonomi merupakan bagian inheren dari kapitalisme. Inglehart menilai pandangan Piketty bahwa ketimpangan ekonomi meningkat pesat di sejumlah negara maju sangat akurat. Disebutkan bahwa ketimpangan meningkat tajam karena kaum kaya raya telah memanfaatkan "keunggulan-keunggulan" mereka untuk mengarahkan kebijakan publik agar mendukung praktik pemusatan kekayaan.

Selain itu, ketimpangan pendapatan dan disparitas akses terhadap sumber daya ini disebutkan dalam sejumlah laporan sebagai salah faktor pendorong kebangkitan kelompok ultrakanan di sejumlah negara. Ekstremisme menjadi dampak tak terelakkan dari ketimpangan pendapatan atau ketidakadilan.