Di tengah perundingan damai di Qatar dan Kabul, perang saudara yang melibatkan Taliban, pasukan pemerintah, dan suku-suku di Afghanistan terus berkecamuk.
Wakil Pemerintah AS dan Taliban memulai kembali perundingan di Qatar untuk mengakhiri perang 17 tahun di Afghanistan, Rabu (1/5/2019). Di dalam negeri, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menjadi tuan rumah pertemuan sekitar 3.200 warga, termasuk pemimpin suku, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan politisi dari total 34 provinsi, yang berkumpul di Kabul, Senin (29/4).
Pertemuan di Kabul ini digelar untuk mengondisikan pembicaraan damai dengan Taliban. Pertemuan yang biasa disebut Loya Jirga ini biasanya bersifat konsultatif, tetapi kali ini cukup signifikan untuk kondisi sosial politik Afghanistan.
Pada perundingan di Qatar, tak ada perwakilan Pemerintah Afghanistan yang hadir. "Tidak akan ada pihak lain kecuali perwakilan AS dan Taliban dalam pertemuan itu, tetapi beberapa pejabat Qatar akan tetap hadir sebagai tuan rumah," kata Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban.
Utusan Khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad mengunjungi Kabul dan Islamabad, pekan lalu. Di Kabul, Khalilzad menyarankan Pemerintah Afghanistan menggelar dialog intra-Afghanistan jika Afghanistan ingin memiliki masa depan yang damai dan inklusif. Di Pakistan, Khalilzad bertemu dengan pemimpin militer dan sipil agar mereka mau menjauh dari Taliban dan kelompok yang tidak segaris dengan Pemerintah Afghanistan.
Untuk membuat perdamaian di Afghanistan sedikit langgeng, Pakistan harus terlibat atau dilibatkan, mengingat Pakistan punya hubungan cukup erat dengan suku dan Taliban. Afghanistan sendiri ingin agar kedekatan Pakistan dengan Taliban itu bisa berkurang agar pemerintahan berjalan efektif.
Langkah strategis itulah yang disarankan AS kepada Ashraf Ghani untuk menggelar pertemuan intra-Afghanistan. Di sisi lain, AS berunding langsung dengan Taliban tanpa melibatkan wakil Afghanistan karena sudah lima kali pertemuan yang dihadiri wakil pemerintah gagal membuahkan hasil.
AS ingin menarik pasukannya dari Afghanistan dengan baik sehingga berunding dengan Taliban menjadi kebutuhan. Di sisi lain, Pemerintah Afghanistan menginginkan Taliban menghargai keberadaannya.
Kita berharap perundingan damai yang digagas AS itu dapat segera terwujud mengingat warga Afghanistan dalam 17 tahun terakhir ini sudah sangat menderita. Jumlah tentara dan polisi yang tewas mencapai 45.000 orang. Itu hanya dalam empat tahun terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar