Hukum alam ini menunjukkan kerekatan adalah keniscayaan, baik di antara yang memiliki kesamaan, maupun yang memiliki perbedaan.

Keagungan hukum alam ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua di negeri ini, yang baru saja menyelenggarakan pemilihan umum presiden/wakil presiden, dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dewan perwakilan rakyat daerah provinsi, dan DPRD kabupaten/kota secara serentak pada 17 April 2019.

KOMPAS/ SYAHNAN RANGKUTI

Pemilih Berkostum Pahlawan Super dan Gatotkaca Ahmad Yani, warga Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru, Riau  memakai kostum pahlawan super Spiderman dan temannya Rizky memakai kostum Gatotkaca pada Pemilu 2019 di TPS 01, RT 02/RW 01 Pematang Kapau, Kelurahan Tangkerang Timur. Penampilan mereka mengundang senyum warga pemilih. Menurut Ahmad Yani mereka sengaja memakai kostum unik agar warga bergembira di pesta demokrasi, sekaligus mengajak warga datang ke TPS menggunakan hak pilih. 

Dinamika politik yang berkembang pada pemilu, terutama pilpres, telah mengondisikan anak bangsa terpisah satu dengan yang lain akibat perbedaan pilihan politik. Adanya eksploitasi politik identitas semakin menjauhkan lagi. Mencermati interaksi di media sosial, pesta demokrasi seakan menjadi perang. Hajatan pun menjadi penuh hujatan.

Kini, pemilu hampir usai. Para kandidat dan segenap tim sukses sudah mengerahkan segala upaya memengaruhi pemilih untuk mendulang suara; pemilih sudah mencoblos memberikan suara; sejumlah lembaga survei kredibel telah mengumumkan hasil hitung cepat; dan tinggal menunggu pengumuman perolehan suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Agenda penting selanjutnya ke depan adalah merekatkan kembali hubungan yang semakin berjarak.

Pancasila sebagai dasar negara mencantumkan Persatuan Indonesia sebagai sila ketiga, yang mendahului sila keempat yang mengatur demokrasi. Semangat persatuan menjadi landasan bagi kita untuk berdemokrasi. Dengan semangat persatuan kita berpemilu dan hendaknya kita pun bisa memperkuat persatuan setelah berpemilu, bukan sebaliknya.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Bermacam poster berisi ajakan mewujudkan Pemilu damai karya mahasiswa Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dipajang di Pedukuhan Nayu, Kadipiro, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/4/2019).

Untuk membangun kohesi sosial, dibutuhkan interaksi sosial. Pertemuan sosial pun akan terjadi, apabila ada rasa saling membutuhkan dan kemudian terbentuk mekanisme saling membantu. Di sini peran dari seorang pemimpin menjadi sangat penting.

Soekarno-Hatta, sebagai bapak bangsa, menunjukkan teladan itu. Dwitunggal ini membebaskan negeri ini dari belenggu penjajahan hingga keluar masuk penjara juga pengasingan. Namun, hubungan keduanya pun sempat retak ketika tidak sejalan dalam pilihan politik. Namun, perbedaan pilihan politik tidak sampai menghilangkan hubungan personal keduanya. Saat Soekarno sakit, Hatta pun tetap menjenguknya sebagai laiknya sahabat karib. Relasi serupa pun tecermin dalam hubungan Soekarno dengan Abdul Malik Karim Amrullah atau dikenal sebagai Buya Hamka. Perbedaan pilihan politik tak memisahkan hubungan keduanya sebagai insan.

Oleh karena itu, kita patut memberikan jempol atau simbol kemenangan kepada para tokoh, baik dari partai politik, birokrasi, intelektual, agamawan, budayawan, maupun kekuatan masyarakat madani lainnya, yang terus bergerak untuk merekatkan, bukan yang memisahkan, apalagi menjauhkan.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO