Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 25 Juni 2019

Kalah-Menang Terhormat//Mencerdaskan//Terima Kasih (Surat Pembaca Kompas)


Kalah-Menang Terhormat

Sidang sengketa gugatan pemilihan presiden tengah berlangsung di Mahkamah Konstitusi (MK). Para pihak, yakni pemohon, termohon, dan pihak terkait, telah mengajukan argumen, saksi, dan saksi ahli. Persidangan ini menjadi pemelajaran hukum semua kalangan.

Sebuah pentas pembuktian kebenaran dengan menggunakan berbagai dalil dan teori hukum agar memperoleh keputusan dan kepastian hukum terbaik.

Menurut rencana MK akan mengumumkan hasil 28 Juni 2019, babak pamungkas dari serangkaian tahapan pemilu presiden yang sangat melelahkan. Pemilu serentak dengan korban para petugas KPPS yang jatuh sakit atau meninggal serta upaya untuk memicu kerusuhan 21-22 Mei 2019 yang juga menelan korban.

Apresiasi luar biasa bagi pengorbanan rakyat, panitia penyelenggara pemilu, pemerintah, petugas keamanan dan pengamanan pemilu, serta berbagai pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam penyelenggaraan pesta demokrasi ini.

Kegembiraan bagi yang menang dan kekecewaan bagi yang kalah adalah hal lumrah, konsekuensi suatu kontestasi. Melalui jalur MK, kehormatan direngkuh semua pihak yang bersengketa karena melalui sebuah proses persidangan yang kredibel, adil, dan bermartabat.

Tak perlu ada yang merasa dipermalukan atau tersanjung, apa pun hasil keputusan MK. Semua pihak telah berjasa atas tegaknya hukum dalam proses penyelenggaraan pesta demokrasi lima tahunan ini. Siapa pun presiden terpilih, bukan lagi milik golongan, kelompok, atau partai politik tertentu, melainkan telah menjadi milik bangsa dan rakyat Indonesia.

Tak ada gading yang tak retak. Karena itu, marilah kita kawal bersama hasil Pemilihan Presiden 2019 dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Buang jauh-jauh rasa kecewa dan syak wasangka. Kita terima putusan MK dengan sikap kenegarawanan, yang tak hanya milik para pemimpin dan elite politik, tetapi rakyat pun berhak menyandangnya.

Bersatu dan rukun adalah kunci untuk bangkit kembali, membangun peradaban dan kesejahteraan bangsa ini menjadi lebih baik, tanpa dibatasi oleh sekat-sekat agama, ras, suku, etnis, dan golongan.

Budi Sartono Soetiardjo
Graha Bukit Raya, Cilame,
Kabupaten Bandung Barat


Mencerdaskan

Kamis (20/6/2019), publik disuguhi tayangan TV yang menampilkan penjelasan ahli dari pihak termohon dalam sengketa hasil pemilu di MK.

Ahli itu, Marsudi Wahyu Kisworo, antara lain, menjelaskan tentang Situng yang dipakai KPU dengan cerdas, lugas, dan sopan. Juga tentang program yang dirinya ikut rancang plus embel-embel disclaimer.

Jumat (21/6), Kompas menyajikan artikel Johannes Eka Priyatma (JEP), Rektor Universitas Sanata Dharma. Ia menjelaskan akreditasi baru dari BAN-PT yang menggeser orientasi dari input dan proses ke output dan outcome. Penilaian JEP juga cerdas, lugas, dan sopan.

Baguslah, media massa ikut mencerdaskan publik.

L Wilardjo
Klaseman, Salam,
Salatiga


Terima Kasih

Kompas (4/6/2019), dalam Kolom Sosok "Menyelamatkan Pendidikan Anak Papua" ada Pak Wallace Wiley. Ia warga negara AS yang mendirikan Sekolah Harapan Papua untuk anak-anak Papua.

Berkat Pak Wiley, mereka tidak hanya belajar, tetapi juga mampu berbahasa Inggris. Dia bekerja sama dengan Universitas Pelita Harapan, Jakarta, yang memasok guru.

Pak Wiley menjadi WNI setelah empat dekade menjadi kepala maskapai penerbangan Mission Aviation Fellowship
di Papua. Padahal, tempat kelahirannya di Washington, indah dan tidak terlalu dingin.

Terima kasih Pak Wiley.

Suyadi Prawirosentono

Selakopi Pasir

Mulya, Bogor

Kompas, 25 Juni 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger