Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-34 Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) itu berlangsung di Bangkok, 23 Juni lalu. Peran Republik Indonesia dalam menggagas konsep ini juga mendapat pujian dari pemimpin ASEAN. Selanjutnya, konsep akan dijadikan sebagai panduan dalam pengembangan kerja sama ASEAN dengan negara lain di wilayah Indo-Pasifik. Diharapkan, negara kawasan eksternal ASEAN bisa mendukung dan bekerja sama dengan area utama yang dipaparkan dalam pandangan Indo-Pasifik.
Semua itu tak berhenti dalam lingkup teknis, semisal dalam bidang ekonomi. Namun, kesediaan negara-negara itu dilihat sebagai kontribusi mereka dalam menjaga perdamaian dan upaya peningkatan kemakmuran di kawasan.
Dalam kaitan ini, kita ingin menyampaikan apresiasi atas kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan kegigihan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam mengampanyekan konsep yang penting ini dalam berbagai forum ASEAN.
Konsep Indo-Pasifik, antara lain, lahir dari pandangan visioner bahwa ada ancaman kompetisi keras di antara negara besar Asia-Pasifik dan Samudra Hindia, seperti Amerika Serikat, China, India, Australia, dan Jepang. Persaingan di antara mereka akan memengaruhi Asia Tenggara.
Pekerjaan rumah setelah Konsep Indo-Pasifik diterima adalah mengimplementasikan dalam ranah operasional sehingga konsep tidak berhenti di tingkat wacana. Ada prioritas untuk mengutamakan dialog daripada persaingan. Pastilah dialog di antara negara-negara di kawasan perlu ditingkatkan dalam berbagai forum yang ada atau forum yang diadakan khusus untuk menampung aktivitas Indo-Pasifik.
Kita garis bawahi pula penekanan pada pentingnya pembangunan dan kesejahteraan menyeluruh serta perhatian pada sektor kemaritiman dalam pengembangan kawasan.
Menanggapi fenomena perang dagang antara AS dan China, negara-negara ASEAN perlu menengok kondisi domestik masing-masing, apakah cukup tangguh menahan dampaknya. Jika dampak itu besar, apakah skema kerja sama antaranggota ASEAN bisa dimanfaatkan untuk menambah ketahanan setiap anggota dan juga ASEAN secara keseluruhan.
Daya dan pengaruh kuasa yang bertarung, dalam hal ini AS dan China, demikian besar sehingga diperlukan ketahanan nasional yang tangguh bagi anggota ASEAN untuk menahan pengaruh perang yang ada, terkait potensi kelesuan yang timbul. Jika hal itu terjadi, apakah aktivitas perekonomian di ASEAN bisa menjadi bemper penyangga? Dalam skala lebih luas, apakah ASEAN bisa menggerakkan kerja sama dengan bangsa-bangsa di lingkungan Indo-Pasifik yang tidak terlibat langsung dalam perang dagang?
Selanjutnya, meningkatkan daya ungkit ASEAN sehingga bisa jadi pengaruh untuk melunakkan pertarungan di antara kuasa besar itu. Harapan kita tentu Konsep Indo-Pasifik yang dikampanyekan Indonesia bisa menjawab tantangan riil itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar