AFP PHOTO / ALEX HALADA

Kanselir Austria Sebastian Kurz (kanan) dan Presiden Iran Hassan Rouhani memberikan keterangan pers di sela-sela pertemuan keduanya di Vienna, 4 Juli 2018. Iran bersiap-siap menghadapi sanksi ekonomi dari Amerika Serikat.

Iran berharap pertemuan Vienna adalah kesempatan terakhir negara penanda tangan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada 2015.

Perundingan antara Iran dan enam kekuatan dunia, terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Perancis, China, Rusia, dan Jerman, sudah dimulai tahun 2006. Namun, setelah Donald Trump terpilih menjadi presiden, secara sepihak AS mengundurkan diri dari kesepakatan itu. AS memberikan sanksi tambahan kepada Iran dan yang paling akhir memasukkan Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei dalam daftar hitam.

Tidak hanya itu, AS juga menggolongkan Garda Revolusi Iran sebagai kelompok teroris dan sebelumnya AS mengarahkan kapal induk berlabuh di perairan Teluk Persia. Namun, AS menegaskan tak ingin berperang dengan Iran, sebaliknya Iran menyatakan siap menghadapi kondisi apa pun.

"Saya pikir ini akan menjadi peluang terakhir bagi negara yang tersisa untuk melihat bagaimana mereka memenuhi komitmen mereka terhadap Iran," ujar Abbas Mousavi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran. Mousavi menambahkan, Inggris, China, Perancis, Jerman, dan Rusia mendukung sikap Iran dalam beberapa pernyataan mereka. Namun, mereka tidak mengambil tindakan apa pun terhadap sikap AS kepada Iran.

Kelima negara itu membujuk Iran untuk tidak melakukan pengayaan uranium sesuai kesepakatan, yakni 300 kilogram. Namun, Iran mengultimatum akan keluar dari kesepakatan pengayaan karena mereka tak membantu meringankan sanksi ekonomi kepada Iran.

Seorang pejabat Iran kepada Reuters mengatakan, permintaan utama Iran adalah untuk menjual minyak dalam jumlah yang sama dengan sebelum Washington menarik diri dari perjanjian itu. "Kami telah kehilangan kesabaran dengan para penanda tangan Eropa. Sudah setahun kami melatih kesabaran. Sekarang giliran orang Eropa melatih kesabaran untuk dapat menemukan solusi," ujarnya.

Inggris, Perancis, dan Jerman menyiapkan jalur khusus agar perdagangan Iran dan Eropa terus berlanjut tanpa mendapat sanksi dari AS. Jalur khusus itu disebut mekanisme Instex, tetapi Eropa belum mengumumkan jenis komoditas yang bisa ditransaksikan dengan Iran melalui Instex karena khawatir dipantau AS.

Mekanisme ini dibuat agar Iran bersedia menghentikan pengayaan nuklirnya karena jika itu dilakukan hanya akan meningkatkan eskalasi konflik di kawasan. Apalagi, PM Australia Scott Morrison telah menyatakan akan mempertimbangkan serius apa pun permintaan AS untuk tindakan militer terhadap Iran.