Pada Jumat pekan lalu, pasukan Iran menyita tanker Stena Impero berbendera Inggris di Selat Hormuz. Tanker dihentikan saat melalui Selat Hormuz oleh "sejumlah kapal kecil tak dikenal dan helikopter". Kapal disita bersama 23 awaknya, yang berasal dari sejumlah negara. Dalam video yang dirilis Garda Revolusi Iran, beberapa kapal kecil terlihat mengelilingi tanker. Di atasnya, helikopter militer melayang-layang dan orang-orang bertopeng turun dengan tali.

Penyitaan diklaim Teheran sebagai "aksi timbal balik setimpal" terhadap tindakan Inggris pada 4 Juli lalu yang menyita tanker Iran pengangkut lebih dari 2 juta barel minyak mentah. Penyitaan oleh Inggris di perairan Gibraltar itu terjadi karena tanker diduga membawa minyak ke Suriah, yang sedang dikenai sanksi ekonomi oleh Uni Eropa. Sejumlah laporan menyebutkan, Inggris berkomunikasi dengan Iran untuk menemukan solusi atas penyitaan tanker di perairan Gibraltar. Inggris berjanji melepaskan tanker jika Iran membuktikan bahwa tujuan kapal bukan ke Suriah.

Pada pekan lalu pula, seperti diberitakan di harian ini edisi Sabtu (20/7/2019), Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim kapal perang negara itu melumpuhkan pesawat nirawak Iran di sekitar Selat Hormuz. Tindakan ini dilakukan karena pesawat nirawak Iran dinilai mengancam kapal AS.

Rangkaian peristiwa yang meningkatkan ketegangan di Selat Hormuz ini berkaitan dengan keluarnya AS dari Kesepakatan Nuklir beberapa tahun silam. Beralasan Kesepakatan Nuklir tak mampu mencegah Iran mengembangkan kekuatan militer non-nuklir, AS hengkang dari kesepakatan yang dibuat pada era Presiden Barack Obama itu. Setelahnya, sanksi keras diterapkan lagi atas Iran oleh AS, termasuk larangan ekspor minyak. Sejumlah negara Eropa, seperti Inggris, selama ini berusaha mempertahankan kesepakatan.

Ketiadaan titik temu AS-Iran, sebagaimana telah diperkirakan para analis, memicu ketegangan di Selat Hormuz. Perairan yang berada di antara Teluk Persia dan Teluk Oman itu digunakan sebagai medan untuk saling memberi tekanan.

Hal itu bisa terjadi karena Selat Hormuz adalah satu-satunya penghubung Teluk Persia dengan perairan terbuka. Tanker negara-negara Teluk harus melintasi Selat Hormuz, yang lebarnya hanya 40 kilometer hingga 96 kilometer. Iran berada di sebelah utara selat, sementara di sebelah selatannya ada Uni Emirat Arab dan Musandam, wilayah di bawah kekuasaan Oman.