Hasil survei PWC di Amerika Serikat tahun 2017 menyatakan, bagi masyarakat lintas generasi, memiliki kebebasan finansial adalah salah satu poin penting dalam kesejahteraan keluarga. Setiap orang memiliki potensi untuk dapat meraih kemerdekaan finansial. Hambatan umumnya datang dari pola pengeluaran atau gaya hidup yang dianut oleh seseorang beserta keluarganya.
Namun, sebenarnya apa saja tanda bahwa kita sudah bebas secara finansial?
Pertama, Anda tidak lagi memiliki permasalahan cash flow bulanan. Rumah tangga dikatakan merdeka jika berhasil mencapai sebuah kondisi kehidupan bagi setiap individu untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanpa harus bekerja secara aktif.
Setiap bulan rumah tangga tersebut sanggup membayar semua biaya operasional hidup rutin seperti membeli makan dan minum, bayar transportasi, beli pulsa, bayar uang sekolah anak, dan lainnya tanpa menunggu-nunggu tanggal muda lagi.
Kedua, bebas dari utang yang konsumtif. Perbedaan mendasar utang konsumtif dengan produktif adalah biaya hidup didanai oleh bantuan pinjaman. Karena itu, utang konsumtif dalam berbagai turunannya sebaiknya segera diselesaikan. Utang umumnya berbentuk utang kartu kredit, cicilan tunai dari pembelanjaan kartu kredit, tarik tunai dari kartu kredit, pinjaman tanpa agunan, hingga pinjaman online.
Selama kehidupan harian masih dibantu oleh pinjaman online, kartu kredit, ataupun pembayaran tunda, maka sulit sekali untuk mencapai kemerdekaan finansial. Saya selalu mengingatkan, "Biaya hidup itu murah. Biaya pamer itu yang mahal". Terkadang gengsi dan gaya hidup membuat seseorang terlena dalam membelanjakan semua penghasilan sampai akhirnya terbelit utang.
Hampir semua generasi mulai dari milenial hingga baby-boomers pun sepakat bahwa mereka merasa sudah mencapai kemerdekaan keuangan jika tidak lagi pusing setiap bulannya membayar cicilan pinjaman. Bebas finansial artinya juga bebas dari stres dengan kondisi keuangan dan jeratan utang. Pahami bahwa utang jenis ini umumnya membuat ketergantungan dari pemakainya, sedangkan biaya administrasi dan suku bunga pinjaman cukup memberatkan.
Ketiga, punya rumah tinggal sendiri. Dari semua tujuan keuangan, memiliki hunian sendiri adalah salah satu tanda bahwa rumah tangga sudah bebas secara finansial. Tentu saja semakin cepat KPR lunas, maka status bebas pun semakin dekat. Itu sebabnya, sangat penting bagi rumah tangga untuk juga memprioritaskan pelunasan KPR.
Keempat, selalu siap dengan dana darurat. Memiliki kemampuan untuk selalu siaga dalam berbagai kondisi darurat adalah tanda bahwa seseorang sudah bebas secara finansial. Hal tak terduga bisa saja terjadi, mulai dari sakit, musibah celaka, barang di rumah rusak, hingga hal lain seperti kemalingan. Apabila saldo kas dan dana darurat cukup, pastinya seseorang merasa hidup lebih tenang.
Setiap orang wajib punya dana darurat setidaknya tiga kali pengeluaran rutin bulanan. Jadi, jika rumah tangga perlu Rp 5 juta per bulan untuk hidup, jumlah dana darurat minimal menjadi Rp 15 juta. Dana darurat ini sebaiknya berbentuk aset likuid dan nilainya tidak turun, seperti tabungan, deposito, dan reksa dana pasar uang. Jika saat ini tidak punya dana darurat, mulailah menyisihkan 10 persen dari penghasilan, sedikit demi sedikit hingga hasil ideal tercapai.
Kelima, punya aset investasi dan tabungan untuk menikmati hidup. Semangat berinvestasi itu tujuannya bukan mencari kondisi kaya raya semata, melainkan mencari kondisi di mana kita bisa menikmati hidup.
Misalnya, yang senang quality time dengan keluarga, maka pasti butuh liburan; yang senang dengan makan-makan, pasti ingin jajan terus; dan lainnya. Bahkan, tidak sedikit dari peserta survei yang menyatakan masih tetap ingin bekerja meski sudah memasuki usia 60 tahun ke atas. Ini bukan semata-mata karena besaran gajinya, tetapi demi aktualisasi diri (self-actualization).
Pos penting
Ada dua pos investasi penting bagi setiap rumah tangga. Perencanaan dana pensiun sangat vital untuk seseorang yang tidak rela menurunkan gaya hidup di masa depan. Idealnya, 10 persen dari penghasilan saat ini disisihkan untuk kebutuhan masa depan. Bagi seseorang yang berinvestasi Rp 1 juta setiap bulan ke reksa dana saham dengan asumsi hasil rata-rata 15 persen per tahun, maka potensi dana pensiunnya akan berkembang menjadi Rp 2 miliar.
Seorang karyawan pada umumnya telah menyisihkan 8 persen dari gaji dalam bentuk JHT BPJS Ketenagakerjaan dan produk DPLK. Tetapi,
jumlah ini tidak cukup! Usahakan untuk menyisihkan penghasilan ke produk investasi yang sesuai untuk dana pensiun. Jika ada bonus atau THR, maka sebaiknya digunakan untuk menambal kekurangan investasi sebelumnya.
Perencanaan dana pendidikan juga sebaiknya disiapkan orangtua sejak anak masih kecil. Bagaimana tidak? Dengan kenaikan biaya pendidikan yang rata-rata bisa melebihi 10 persen per tahun, jangan pertaruhkan masa depan anak dengan gagal mempersiapkannya. Kebutuhan dana pendidikan anak sebaiknya dihitung dengan benar, kemudian kebutuhan dana dipenuhi dengan berinvestasi.
Itulah lima tanda yang dapat menjadi acuan apakah seseorang sudah mencapai kebebasan finansial. Setiap masalah hadir dengan solusi yang menyertai. Semoga perencanaan keuangan yang baik dapat membantu setiap rumah tangga mencapai kesejahteraan dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar