Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 06 September 2019

INDUSTRI DIGITAL: Privasi adalah HAM, Bisnis Eksploitasi Data Pribadi Bakal Mati (ANDREAS MARYOTO)


Perburuan data pribadi tak lagi hanya sekadar didapat dari proses yang sambil lalu atau mendapat durian runtuh saja. Perburuan itu kini sudah mencapai tahap eksploitasi data dari para pengguna laman atau aplikasi internet.

Berbagai cara dilakukan agar perusahaan digital bisa mendapatkan data itu dengan mudah dan tanpa melanggar rambu-rambu yang ada. Aturan kalah cepat dibandingkan dengan teknologi yang terus berkembang. Meski demikian, ada yang berani mengatakan, bisnis berbasis eksploitasi data bakal mati!

Google di Irlandia tengah menghadapi tuduhan menggunakan laman yang memasok data personal dari para penggunanya ke perusahaan iklan. Cara ini disebutkan sebagai merongrong aturan privasi di Eropa. Mereka juga mendapat tuduhan mengeksploitasi data personal tanpa kontrol yang memadai atau tanpa mengindahkan proteksi data personal.

AFP /LIONEL BONAVENTURE

Logo perusahaan teknologi Google, Twitter, dan Facebook. Pengguna tanpa sadar memasok data pribadi ketika berselancar atau memakai aplikasi di internet.

Financial Times melaporkan, otoritas setempat tengah menginvestigasi apakah Google menggunakan sejumlah data sensitif, seperti ras, kesehatan, dan pilihan politik dari penggunanya, untuk iklan yang bertarget. Google telah membantah tuduhan ini dan mengatakan perusahaannya tidak melayani iklan berbasis data personal.‎

Eksploitasi data personal sebenarnya cara yang lumrah dan sudah lama dilakukan, semisal dengan kartu loyalitas dan juga pengisian formulir. Akan tetapi, ketika muncul teknologi digital, maka pelacakan data personal makin mudah dan cepat, semisal dengan melacak jejak melalui data kita di media sosial, jejak konten di media sosial, jejak melalui gawai kita, dan bahkan jejak melalui baterai di gawai yang kita gunakan.

Pengguna tak pernah menyadari cara-cara eksploitasi itu karena penyedia layanan dan aplikasi membuat kenyamanan dan kemudahan sehingga para pengguna terlena untuk terus menggunakan layanan.

Pengguna tak pernah menyadari cara-cara eksploitasi itu karena penyedia layanan dan aplikasi membuat kenyamanan dan kemudahan sehingga para pengguna terlena untuk terus menggunakan layanan. Pada saat bersamaan, pengguna menyerahkan data seperti hobi, preferensi makanan, dan kesukaan. Pengguna tak pernah merasa dieksploitasi ketika mereka berselancar di dunia maya.

Di Indonesia, eksploitasi data makin mudah karena pengguna makin banyak dan orang dengan senang hati menyerahkan data personal. Ibarat perusahaan teknologi memiliki data lebih besar dibandingkan dengan dinas kependudukan atau catatan sipil di sebuah kabupaten atau kota.

Aturan-aturan yang ada pun tak mudah untuk membatasi eksploitasi data. Negara berusaha melindungi warganya dengan menyusun aturan-aturan perlindungan privasi. Namun, pengguna cenderung ingin cepat dan mendapat kemudahan sehingga meski di berbagai laman ditempeli kewajiban-kewajiban untuk membaca dan mengetahui aturan perlindungan data, konsumen cenderung menyetujui dan melewati begitu saja aturan privasi data.

Sebuah laman tentang privasi sampai membuat tes terhadap pengguna internet untuk memastikan apakah mereka waspada dengan kemungkinan penggunaan data personal atau tidak. Sebagian besar pengguna mengabaikan aturan-aturan privasi dan tidak waspada. Apabila disuruh memilih, pengguna sebenarnya lebih mencari kenyamanan daripada privasi.

SYAHRUL RAMDHANI UNTUK KOMPAS

Pengguna ponsel pintar tengah memakai aplikasi di ponselnya, Kamis(19/7/2018). Pengguna sering mengabaikan ketentuan privasi saat memanfaatkan aplikasi di ponselnya.

Di tengah perdebatan ini, beberapa kalangan mulai berani mengatakan bahwa inovasi teknologi ke depan adalah mereka yang tak lagi menggunakan dan tak membutuhkan data personal. Mereka akan menjembatani kenyamanan yang diinginkan konsumen dengan kebutuhan privasi yang sebenarnya juga diperlukan pengguna.

Mereka tak akan mengusik data personal yang telah banyak dimiliki oleh perusahaan digital. Cepat atau lambat, konsumen juga akan makin terganggu dengan penggunaan data personal meski sekarang mereka merasa nyaman berselancar di dunia maya.

Penulis Joshua Mariage di laman Medium mengatakan, mereka juga telah menyebut istilah dengan nama #Pritech atau Privacy Technology. Inisiatif mereka antara lain dengan menggunakan teknologi rantai blok(blockchain), mata uang kripto, identitas digital, dan juga chatbot.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Warga akan semakin sadar dengan pentingnya data pribadi mereka.

Belum ada rincian detail mengenai konsep-konsep bisnis tanpa data pribadi ini, tetapi mereka mulai berkampanye dengan mengatakan, bisnis dengan mengeksploitasi data pribadi akan mati. Sebuah perusahaan mengatakan, privasi adalah hak asasi manusia dan kami akan memenuhi janji itu. Kita tunggu revolusi ini yang tentu bakal kembali mengubah kehidupan kita.

Kompas, 5 September 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger