Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 13 September 2019

”Jasmerah”//Nasib Paket//Sudoku ”Kompas” (Surat Pembaca Kompas)


"Jasmerah"

Empat belas eks anggota Harakah Islam Indonesia, Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)), dan Negara Islam Indonesia (NII) berikrar setia kepada Pancasila, UUD 1945, dan NKRI. Ikrar diucapkan di depan Menko Polhukam di Jakarta, Selasa (13/8/2019).

Sejarah panjang negeri ini mencatat berbagai peristiwa pergolakan gerombolan yang ingin menegakkan ideologi yang bertentangan dengan kesepakatan founding fathers, para pendiri republik ini.

Beberapa waktu lalu, Cyrus Network, sebuah lembaga survei, membuat jajak pendapat pada 22/7/2019 hingga 28/7/2019, terhadap 1.230 responden di 34 provinsi. Tujuannya, mengetahui sikap dan akseptasi masyarakat terhadap ideologi Pancasila.

Hasil survei menunjukkan, 70,3 persen responden tegas menerima Pancasila sebagai ideologi serta perekat bangsa. Lainnya, 13 persen menyatakan Indonesia harus berlandaskan syariat Islam, dan 4,7 persen responden terang-terangan mendukung khilafah.

Hasil itu memberi gambaran nyata potensi ancaman terhadap NKRI dan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Oleh karena itu, kita harus banyak belajar dari sejarah. Rentetan catatan sejarah mengingatkan adanya bahaya laten yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Maka, kita harus menggaungkan kembali pesan dan wanti-wanti Bung Karno, "jasmerah": jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Merawat dan menjaga Pancasila sebagai way of life, falsafah, dan ideologi bangsa. Menjadi kewajiban kita agar "kacang tak lupa pada kulitnya".

Kita berpedoman pada Pancasila sebagai pengikat, alat pemersatu. Keberagaman suku, agama, ras, etnis, bahasa, dan budaya adalah keniscayaan, yang membuat bangsa ini kuat. Keberagaman merupakan berkah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus disyukuri.

Budi Sartono Soetiardjo
Graha Bukit Raya, Cilame, Ngamprah, Bandung


Nasib Paket

Saya mengirim paket makanan ke Belanda via Kantor Pos Kelapa Gading, Jakarta Utara, 1 Juli 2019. Menurut petugas akan sampai 14-20 hari, tetapi sampai saya menulis surat ini belum sampai.

Saya ke Kantor Pos Kelapa Gading lagi, 2 Agustus 2019. Oleh petugas diberi dua nomor seluler untuk tanya ke CS. Ternyata yang satu salah nomor, yang lain selalu sibuk.

Tanggal 9 Agustus saya ke kantor pos lagi, disarankan telepon ke call center 161. Petugas 161 berjanji membuatkan laporan.

Tanggal 14 Agustus 2019, saya telepon lagi ke call center, diberi tahu bahwa paket saya baru dikirim 25 Juli 2019. Semoga paket tidak rusak.

Bagaimana tanggung jawab kantor pos sebagai ujung tombak pengiriman paket?

Guntoro
Kelapa Nias, Kelapa Gading, Jakarta 14240

Sudoku "Kompas"

Semula saya berniat tidak akan berlangganan harian Kompas lagi ketika mendapat kabar Kompas tidak akan memuat lagi Sudoku (Kompas Minggu, 30/6/2019).

Namun, gairah timbul kembali setelah Sudoku muncul dengan tingkat kesulitan yang berbeda pada harian Kompas, Kamis (11/7/2019). Sudoku itu akan terbit setiap Senin, Kamis, dan Minggu.

Nyatanya tidak seperti yang dijanjikan, Sudoku muncul lagi Senin (15/7/2019), dan Sabtu (20/7/2019), dengan beberapa kesalahan soal dan menyusul Minggu (21/7/2019). Kemudian Senin (22/7/2019), Sudoku muncul lagi dengan tingkat kesulitan tertentu.

Saya tidak setuju kalau harian Kompas dicap amburadul, tetapi saya kecewa dengan cara menangani Sudoku.

Sjahid
Jl Gatot Subroto, Kedunguter, Kabupaten Banyumas


Catatan Redaksi:

Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang Anda alami. Kami akan perbaiki dan semoga ke depan selalu menjadi teman setia pembaca.

Kompas, 13 September 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger