Kaldera Toba untuk "Geopark"
Berita Kompas, Selasa (30/7/2019), mewartakan tentang pembenahan kawasan Danau Toba agar menjadi destinasi wisata berkelas. Pemerintah menganggarkan dana Rp 3,5 triliun untuk membangun kawasan itu.
Pertanyaannya adalah bagaimana arah pembangunan itu supaya menjadi kawasan berkelas? Kita tahu, untuk menjadi kawasan berkelas dunia harus memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan 10 destinasi wisata lain di Indonesia dan di antara pelbagai danau dunia.
Satu potensi Danau Toba adalah menjadi geopark yang dapat masuk dalam daftar UNESCO Global Geopark (UGG). Untuk itu pemerintah bersama masyarakat harus bisa menjadikan Danau Toba sebagai kawasan dengan unsur geologi terkemuka, memiliki fungsi konservasi, geologi, biologi, dan budaya. Saat ini sudah ada 101 taman di 32 negara yang masuk UGG.
UNESCO mensyaratkan enam hal hingga suatu kawasan disebut geopark, yaitu memiliki aneka jenis unsur geologi sebagai warisan alam, menjadi sarana pengenalan warisan bumi, memiliki situs-situs yang harus dilindungi, tempat pengembangan geowisata yang bernilai ekonomi, menjadi sarana kerja sama dengan masyarakat lokal, serta tempat implementasi pengetahuan dan teknologi.
Kaldera Toba belum memenuhi rekomendasi konservasi lingkungan. Agar Kaldera Toba masuk dalam UGG, banyak hal harus dikerjakan, di antaranya Badan Otorita Danau Toba bersama masyarakat perlu secara berkala membersihkan danau dari eceng gondok dan sampah, mencegah pendangkalan dan kerusakan danau akibat sedimentasi, serta mempertimbangkan ulang kehadiran keramba jaring apung.
DRS Hasiholan Siagian Jatipadang, Pasarminggu, Jakarta Selatan
Harga Koran
Saya belajar literasi dari koran sejak SD. Melalui koran, saya melihat dunia luar. Tahun 1980-an, jumlah koran cukup banyak dan penerbitannya pun stabil. Saat itu, koran benar-benar menjalankan salah satu fungsi media, yaitu memberdayakan masyarakat melalui informasi tepercaya, mendidik, menginspirasi, dan menghibur.
Saya termasuk yang lebih menyukai informasi dalam format cetak. Selain itu, media cetak juga bermanfaat ganda, yaitu media sosial, ekonomi, dokumen, publikasi, dan persuasif.
Kalau Vita Priyambada (Kompas, 21/8/2019) mengatakan kurang nyaman membaca koran versi digital, sebenarnya itu mewakili kami para pembaca. Saya bahkan belum pernah berhasil akses Kompas.id meski dipromosikan habis-habisan. Mungkin telepon seluler saya tidak mendukung.
Mencermati tren koran mengurangi halaman, maka saya mengusulkan menaikkan harga koran. Semoga para pembaca tidak keberatan.
YES SUGIMO Melatiwangi, Cilengkrang, Bandung 40616
Tiket KRL
Sebagai pengguna kereta komuter tidak tetap, saya naik KRL dengan membeli tiket. Biasanya saya naik dari rumah di bilangan Bintaro menuju Stasiun Palmerah.
Ketika hendak pulang ke Bintaro, Selasa (13/8/2019), saya membeli tiket di konter elektronik, tetapi semua tidak berfungsi. Lalu saya menuju loket untuk membeli tiket, ternyata menurut gadis penjual tiket, Stasiun Palmerah tidak lagi melayani penumpang yang bukan langganan. Stasiun ini hanya untuk pelanggan dan tidak ada keharusan melayani penumpang insidental.
Saya dianjurkan naik dari Stasiun Kebayoran Lama sesuai arah tujuan untuk membeli tiket. Hari itu calon penumpang yang kecewa seperti saya cukup banyak, termasuk seorang ibu hamil yang ingin ke arah Jatinegara. Apa tujuan kebijakan KAI membuat Stasiun Palmerah hanya untuk pelanggan? Bukankah seharusnya penumpang berhak naik dan turun di stasiun mana pun sesuai dengan tujuan masing- masing?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar