Dengan tema peringatan 74 tahun Indonesia Merdeka, "SDM Unggul Indonesia Maju", kita dituntut dapat mendefinisikan, merumuskan dan merealisasikan SDM unggul secara tepat.
Pembangunan manusia adalah sebuah proses yang tak pernah berhenti, menuju keadaan manusia Indonesia yang lebih baik. Pada pidato kenegaraan 16 Agustus, Presiden menyampaikan, "antara 2020 hingga 2024 kita berada di puncak periode bonus demografi.
Jika kita lebih fokus mengembangkan kualitas SDM dan menggunakan cara-cara baru, maka saya yakin bonus demografi menjadi bonus lompatan kemajuan kita." Secara langsung Presiden menekankan, SDM unggul merupakan prasyarat transformasi bonus demografi menjadi bonus lompatan kemajuan indonesia, dengan cara-cara baru.
Ada lima ukuran tingkat keunggulan SDM. Pertama, kemampuan berpikir seseorang atau intelegensianya. Sangat ditentukan kualitas gizi saat dalam kandungan dan balita, tingkat dan kualitas pendidikan, serta kemampuan literasi. Kedua, kualitas fisik yang lebih menggambarkan kondisi kesehatan seseorang. Dapat tercermin dari tingkat kesakitan dan kematian di setiap kelompok umur.
Secara langsung Presiden menekankan, SDM unggul merupakan prasyarat transformasi bonus demografi menjadi bonus lompatan kemajuan indonesia, dengan cara-cara baru.
Secara agregat digambarkan oleh usia harapan hidup saat lahir. Ketiga, tingkat kesejahteraan individu yang diukur dari kemampuan bekerja, pendapatan, dan pemenuhan standar hidup tertentu. Ketiga ukuran ini menjadi komponen perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Keempat, tercermin dari karakternya yang berhubungan dengan kualitas spiritualitas, kematangan emosi, sikap mental, perilaku dan sebagainya. Memiliki intelegensia tinggi dan berbadan sehat saja tak cukup. Seperti disampaikan Presiden, "kita butuh SDM unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila. Kita butuh SDM unggul yang terus belajar bekerja keras, berdedikasi." Ideologi Pancasila harus jadi falsafah hidup dalam berperilaku. Bekerja keras dan berdedikasi menjadi ciri. Ada spirit untuk berperan membangun bangsa yang dilandasi jiwa nasionalisme.
Kelima, mampu mengenali dan mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Potensi untuk memimpin, mengembangkan kewirausahaan, mengatasi masalah yang kompleks, melakukan inovasi, mengembangkan kerja sama dan sebagainya.
Kita butuh SDM unggul yang terus belajar bekerja keras, berdedikasi.
Singkat kata, SDM unggul Indonesia ialah manusia Indonesia yang memiliki intelegensia tinggi, sehat secara fisik, berpendapatan layak untuk mampu memenuhi standar hidup tertentu, memiliki karakter kuat yang dilandasi nilai-nilai spiritualitas, jiwa nasionalisme dan ideologi Pancasila, serta mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal.
Tantangannya
Setidaknya tiga dari lima ciri SDM unggul diukur dengan IPM. Data BPS 2018 menunjukkan IPM Indonesia mencapai angka 71,39 (kategori high human development). Naik dari 2010 yang baru 66,53. Namun capaian IPM antardaerah sangat beragam. Hanya sembilan provinsi memiliki IPM di atas rata-rata nasional: Sumbar, Riau, Kepri, DKI Jakarta, DIY, Banten, Bali, Sulut, dan Kaltim. Tapi kita juga mencatat prestasi membanggakan. Tahun 2010, masih ada empat provinsi berstatus low human development: Sulbar, NTT, Papua, dan Papua Barat. Namun di 2018, tak ada lagi yang berstatus low human development.
Tantangannya, kenaikan tingkat pendidikan penduduk belum dibarengi perbaikan kualitasnya. Penelitian Pritchett (2016) menunjukkan keahlian tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi (PT) di Indonesia setara tenaga kerja lulusan SMA ke bawah di Denmark. Skor Programme for International Student Assessment (PISA) untuk Indonesia tahun 2016 tak mengalami perkembangan signifikan dalam kurun 15 tahun, di bawah angka 400. Sementara, semua negara OECD rata-rata di atas 500.
Skor PISA Indonesia untuk bidang matematika 386, jauh di bawah Singapura (564) dan Vietnam (495). Untuk kemampuan membaca, skor PISA Indonesia (397) juga jauh di bawah Singapura (535) dan Vietnam (487). OECD memperkirakan skor PISA matematika, IPA dan membaca Indonesia baru mampu mencapai rata-rata skor negara OECD pada 2065 mendatang.
Penelitian Pritchett (2016) menunjukkan keahlian tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi (PT) di Indonesia setara tenaga kerja lulusan SMA ke bawah di Denmark.
Di sisi kesehatan, untuk mewujudkan SDM unggul masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Ada tiga dari 10 anak Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting (gagal tumbuh). Di 2017, rasio tenaga kesehatan (nakes) dengan penduduk, baru mencapai angka 3,7 nakes per 10.000 penduduk. Jauh di bawah Malaysia yang 15,1. Menurut WHO (2018), 23 persen remaja laki-laki usia 13-15 tahun di Indonesia merokok.
Dalam hal perbaikan produktivitas, peran perusahaan Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja masih minim. Kurang dari 10 perusahaan memberikan pelatihan formal. Bandingkan dengan Filipina, di mana lebih dari 60 persen perusahaan memberikan pelatihan formal bagi pekerja. Bagaimanapun juga, tanggung jawab mewujudkan SDM unggul Indonesia bukan hanya milik pemerintah semata, melainkan juga para pemangku kepentingan lainnya.
Mewujudkan SDM Unggul
Kita menyadari, pembangunan pendidikan dan kesehatan berkualitas, pengembangan keterampilan, pembangunan karakter, dan pemenuhan pangan berkualitas bagi penduduk jadi prasyarat mutlak menciptakan SDM unggul. Namun, dalam konsep besar, setidaknya ada empat strategi dasar untuk mewujudkan SDM unggul.
Dalam hal perbaikan produktivitas, peran perusahaan Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja masih minim.
Pertama, pembangunan manusia harus menggunakan pendekatan siklus hidup (life cycle approach), di mana ada tantangan dan kebutuhan berbeda di setiap tahapan. Kehidupan manusia dibagi jadi dua kelompok besar: tahapan ketergantungan (stage of dependency) dan tahapan produktif. Tahapan ketergantungan terbagi menjadi dua yaitu masa kanak-kanak dan lanjut usia. Merumuskan kebijakan yang tepat di setiap kelompok tahapan sangatlah penting.
Membentuk manusia unggul dimulai sejak konsepsi dalam rahim. Penelitian menunjukkan apa yang terjadi sejak masa janin, akan memengaruhi kualitas hidup anak di masa depan hingga mereka mencapai usia dewasa. Membangun SDM unggul harus dilakukan sedini mungkin. Setiap bayi lahir butuh ibu yang sehat, asupan yang baik, dan lingkungan yang mendukung perkembangan anak, khususnya pada dua tahun pertama kehidupan mereka.
Kedua, pembangunan keluarga. Sering kita lupa keluarga adalah wahana pertama dan utama dalam pembentukan SDM unggul. Sebagian orang lupa pentingnya peran institusi keluarga dan menyerahkan tanggung jawab ini ke institusi di luar keluarga. Kita harus berkomitmen memastikan konseling pranikah tentang keluarga bagi setiap pasangan akan menikah.
Penelitian menunjukkan apa yang terjadi sejak masa janin, akan memengaruhi kualitas hidup anak di masa depan hingga mereka mencapai usia dewasa.
Ketiga, pembagian peran yang jelas dalam peta jalan pembangunan SDM unggul. Meski peran pemerintah penting, tanggung jawab pembangunan manusia bukan hanya domain pemerintah. Pemerintah, swasta, dunia akademik, organisasi nonpemerintah, dan keluarga harus bahu-membahu sesuai perannya. Perusahaan harus ikut serta memberi pelatihan formal, meningkatkan keterampilan bekerja baik bagi pekerja kita. Pembagian peran pemerintah pusat dan daerah juga harus jelas dengan indikator terukur.
Presiden berulang kali menekankan, saat ini, bukan yang besar mengalahkan yang kecil, bukan yang kuat mengalahkan yang lemah, namun yang cepat akan mengalahkan yang lambat. Pembangunan SDM itu jangka panjang dan tak instan. Kita butuh terobosan yang dapat memotong waktu untuk meraih kemajuan. Oleh karenanya, strategi keempat ialah segera mewujudkan institusi khusus yang mengelola manajemen talenta.
Institusi ini bertugas mengidentifikasi, menganalisis, mengembangkan, dan mendayagunakan talenta yang dibutuhkan untuk akselerasi kemajuan Indonesia. Tak hanya talenta di dalam negeri, tetapi juga diaspora Indonesia di luar negeri. Bukan hanya sepakbola saja yang bisa mengumpulkan pemain berbakat berdarah Indonesia di luar negeri, namun juga seluruh jenis talenta yang dibutuhkan untuk lompatan kemajuan Indonesia. Dengan strategi yang tepat, kita dapat mentransformasikan kebanggaan dan rasa cinta tanah air mereka menjadi sumbang nyata bagi Indonesia maju.
Pembangunan SDM itu jangka panjang dan tak instan. Kita butuh terobosan yang dapat memotong waktu untuk meraih kemajuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar