Peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2019, menemukan momentumnya seiring dengan sudah terbentuknya Kabinet Indonesia Maju.
Setelah melalui kontestasi politik yang panas dan cenderung brutal akibat perilaku kasar elite politik dan pendukungnya, Presiden Joko Widodo mencoba menawarkan sinyal "rekonsiliasi" di tingkat elite. Masuknya calon presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan dan Edhy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, keduanya dari Partai Gerindra, merupakan langkah politik berani meskipun tetap punya risiko.
Meski miskin dalam narasi pembentukan Kabinet Indonesia Maju, kita bisa menangkap sinyal betapa pentingnya persatuan nasional. Betapa pentingnya rekonsiliasi elite. Sinyal coba ditawarkan Presiden Jokowi. Presiden Jokowi-Wapres Ma'ruf Amin berupaya mengakomodasi berbagai kelompok perwakilan dan wilayah untuk menjadi pembantunya di pemerintahan. Terlepas ada pula pandangan yang menyebut langkah itu merupakan bentuk demokrasi transaksional.
Narasi betapa pentingnya persatuan nasional, seiring dengan sumpah anak-anak muda 28 Oktober 1928, seharusnya disuarakan elite politik, termasuk Presiden Joko Widodo sendiri. Merawat keindonesiaan harus jadi narasi besar bangsa ini setelah terjadi pembelahan virtual. Indonesia adalah bangsa majemuk. Indonesia dibangun bukan oleh satu kelompok, melainkan oleh banyak kelompok. Nasionalisme Indonesia harus kian diperkuat seiring dengan masuknya Indonesia dalam revolusi industri 4.0.
Kita kutip kembali perkataan proklamator Mohammad Hatta. Sebagai salah seorang pendiri bangsa, Hatta kerap mengungkapkan, "Kita ini turunan bangsa besar, yang sejarahnya gilang-gemilang pada masa dahulu, dan kini harus menebusnya kembali."
Hatta di Juni 1945 pernah mengatakan, "Syarat pertama untuk menjadi satu bangsa yang merdeka ialah keinsafan bahwa kita adalah suatu bangsa yang bersatu padu, yaitu bangsa Indonesia, yang bertanah air Indonesia. Lenyaplah dalam hati perasaan termasuk ke dalam satu golongan kecil yang mempunyai kepentingan sendiri. Kepentingan semuanya harus didahulukan daripada kepentingan sebagian-sebagian."
Revolusi digital dan Palapa Ring yang sudah dimiliki Indonesia merupakan instrumen memperkuat keindonesiaan. Instrumen untuk merajut kembali tenun keindonesiaan yang sempat dikoyak-koyak perilaku elite politik saat pemilu.
Kita berharap kehadiran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mampu menjadikan anak bangsa yang tangguh, punya komitmen terhadap kemajemukan Indonesia, jujur, dan antikorupsi.
Pembangunan anak muda Indonesia berkarakter Indonesia melalui pendidikan menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa ini. Sektor pendidikan punya tanggung jawab besar menjadikan manusia Indonesia. Peta jalan harus dibangun menyongsong 100 tahun Republik, 17 Agustus 2045.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar