Dua tahun lalu, Presiden Republik Korea (Korea Selatan) Moon Jae-in dalam kunjungan kenegaraannya ke Indonesia mengemukakan "Kebijakan Baru ke Arah Selatan" (The New Southern Policy). Kebijakan ini bertujuan meningkatkan hubungan Korea Selatan (Korsel) dengan ASEAN dalam tiap aspek ke tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Semenjak itu, langkah Pemerintah Korsel yang dipelopori Presiden Moon ini mengingatkan saya kepada peribahasa Indonesia, "Berjalan sampai ke batas, berlayar sampai ke pulau" atau "Walk the border, sail to the island". Dengan kata lain, Korsel telah melakukan segala upaya guna merealisasikan Kebijakan Baru ke Arah Selatan tanpa henti dan akan terus melanjutkan di tahun-tahun mendatang.
Secara diplomatis, Presiden Moon telah menepati janjinya untuk mengunjungi semua negara anggota ASEAN selama masa jabatannya dengan melakukan kunjungan ke Indonesia dan Filipina pada November 2017; Vietnam pada Maret 2018; Singapura pada Juli 2018; Brunei Darussalam, Malaysia, dan Kamboja pada Maret 2019; serta Thailand, Myanmar, dan Laos pada September 2019.
Secara institusional, Pemerintah Korsel telah membentuk Komite Presidensial untuk Kebijakan Baru ke Arah Selatan (Presidential Committee on New Southern Policy) yang menangani perumusan rekomendasi serta koordinasi kebijakan, juga pembentukan Biro ASEAN pada Kementerian Luar Negeri Korea untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Misi Korea untuk ASEAN juga bertambah besar tiga kali lipat serta level diplomatik dari Kepala Misi juga ditingkatkan. Dana Kerja Sama ASEAN-Korea (The ASEAN-Korea Cooperation Fund), yang merupakan salah satu sarana finansial pengimplementasian Kebijakan Baru ke Arah Selatan, meningkat dua kali lipat menjadi 14 juta dollar AS di tahun ini. Semua langkah ini menunjukkan keseriusan Korsel dalam berkomitmen mengimplementasikan Kebijakan Baru ke Arah Selatan.
Kebijakan Baru ke Arah Selatan merupakan kebijakan luar negeri yang berorientasi pada masa depan yang berlandaskan pada observasi empiris dari hubungan ASEAN dengan Korsel selama tiga dekade terakhir. Tiga puluh tahun lalu ketika dunia berada di ambang tatanan internasional baru setelah berakhirnya Perang Dingin, ASEAN dan Korsel mengukuhkan hubungan sebagai mitra wicara sektoral.
Penguatan kerja sama
Pada 1989, volume perdagangan bilateral keduanya tercatat hanya sekitar 8,2 miliar dollar AS. Setelahnya, angka itu meningkat secara eksponensial. Kami menantikan angka tersebut dapat mencapai 200 miliar dollar AS pada 2020. ASEAN telah menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi Korsel dan Korsel merupakan mitra dagang terbesar kelima bagi ASEAN. Angka pertukaran antarmasyarakat (people-to-people) yang hanya berjumlah 100.000 pada 1989 pun kini terus meningkat hingga melebihi 11 juta per tahun 2018. Semua gambaran tersebut membuktikan bahwa Korsel dan ASEAN telah menjadi mitra yang tak terpisahkan.
Pada akhirnya, hubungan diplomatik layaknya hubungan pribadi. Hubungan ASEAN dengan Korsel dapat menghasilkan suatu kemajuan pesat, yang tidak hanya berbasis pada kepentingan bersama, tetapi juga didasari asas saling percaya dan nilai bersama. Tentunya, ASEAN dan Korsel merupakan mitra yang natural dalam segala aspek.
Dalam aspek geografis, ASEAN dan Korsel sama-sama terletak di Asia Timur. Dari segi historis, kita juga berbagi pengalaman yang sama. Secara kultural, nilai-nilai kita juga memiliki banyak kemiripan. Dalam hal politik, kita sama-sama bercita-cita akan perdamaian. Hal-hal tersebut merupakan latar belakang dari Kebijakan Baru ke Arah Selatan yang mengejar penguatan jalinan persahabatan dan kerja sama dengan ASEAN dalam tiga pilar utama, yaitu masyarakat (people), kesejahteraan (prosperity), dan perdamaian (peace).
Dengan menyelenggarakan KTT ini, Korsel akan menjadi satu-satunya mitra wicara ASEAN yang melangsungkan tiga KTT setiap lima tahun secara berturut-turut sejak 2009.
Pada 25 dan 26 November mendatang, 10 kepala negara ASEAN beserta Presiden Moon akan bertemu di Busan, Korsel, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan ASEAN-Korsel (ASEAN-Korea Commemorative Summit) dalam rangka merayakan 30 tahun kemitraan wicara ASEAN-Korsel. Dengan menyelenggarakan KTT ini, Korsel akan menjadi satu-satunya mitra wicara ASEAN yang melangsungkan tiga KTT setiap lima tahun secara berturut-turut sejak 2009. KTT mendatang akan memberi kita sebuah kesempatan berharga untuk melihat kembali sejumlah capaian yang telah diperoleh Korsel dan ASEAN dalam tiga dekade terakhir, serta merencanakan sebuah rancangan cetak biru baru untuk 30 tahun ke depan.
Sebelum dan selama KTT, akan diadakan berbagai macam kegiatan penting dan menarik, seperti KTT CEO ASEAN-Korea, KTT Inovasi Budaya ASEAN-Korea (ASEAN-Korea Culture Innovation Summit), KTT Perusahaan Rintisan ASEAN-Korea (ASEAN-Korea Startup Summit), Pameran Kota Cerdas ASEAN-Korea (ASEAN-Korea Smart City Fair), dan Konser Musik Pop ASEAN-Korea (ASEAN-Korea Pop Music Concert).
Saya sangat berharap dan percaya KTT Peringatan ASEAN-Korea 2019 akan tercatat sebagai tonggak penting dalam sejarah hubungan ASEAN- Korsel. Dengan kata lain, KTT Peringatan ini akan menjadi peristiwa bersejarah bagi ASEAN dan Korsel yang akan memulai perjalanan baru "berjalan sampai ke batas, berlayar sampai ke pulau," untuk membangun komunitas perdamaian dan kesejahteraan yang berpusat pada masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar