Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 16 November 2019

INVESTASI: Mengenal Investasi Berpendapatan Tetap (PRITA HAPSARI GHOZIE)


ARSIP PRIBADI

Prita H. Ghozie

Dalam setiap sesi seminar saya selalu mendapatkan pertanyaan, "Mbak Prita, investasi apa yang paling cocok untuk saya?" Tak kenal lelah juga saya mengedukasi, semua investasi itu baik dan cocok selama sesuai dengan tujuan keuangan yang dimiliki oleh setiap investor.

Setiap tahun alternatif investasi di Indonesia pun berkembang. Oleh karena itu, sebagai investor, Anda diharapkan untuk juga tak kenal lelah dalam belajar dan memahami.

Salah satu alternatif investasi yang mulai dikenal masyarakat adalah investasi berpendapatan tetap. Mari kenali lebih jauh tentang alternatif investasi ini dan bagaimana menyesuaikannya dengan rencana keuangan rumah tangga.

Di pasar modal Indonesia ada instrumen investasi yang rendah risiko dan bahkan memberikan keuntungan investasi bersifat tetap atau fixed, dikenal dengan istilah instrumen berpendapatan tetap. Dalam regulasi disebutkan bahwa efek atau surat berharga yang dikeluarkan dalam hubungannya dengan perjanjian peminjaman kerap disebut sebagai surat utang.

Pihak peminjam mengeluarkan (atau menjual) surat utang kepada si pemberi pinjaman untuk sejumlah uang. Perjanjian mensyaratkan pihak yang menerbitkan obligasi untuk melakukan pembayaran sesuai dengan tanggal dan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Bagi investor ritel, instrumen berpendapatan tetap dapat diakses dalam bentuk obligasi pemerintah, obligasi swasta, reksa dana pendapatan tetap, dan SBN Ritel.

SBN Ritel terdiri dari surat utang negara dan surat berharga syariah negara yang diterbitkan Pemerintah Indonesia dan ditujukan untuk masyarakat luas. Ada empat jenis SBN Ritel yang saat ini kerap ditawarkan oleh pemerintah, yaitu ORI, SBR, Sukuk Ritel, dan Sukuk Tabungan.

Instrumen tersebut bisa diperoleh oleh masyarakat luas melalui agen penjual berupa bank, perusahaan efek, dan penyedia jasa teknologi finansial (fintech) sehingga pembelian bisa dilakukan dengan daring. Masih bingung? Sederhananya seperti ini.

SBN Ritel yang berbasis surat utang ditawarkan dalam bentuk Obligasi Ritel Indonesia atau ORI dan Savings Bond Ritel atau SBR. Adapun SBN Ritel yang berbasis syariah ditawarkan dalam bentuk Sukuk Ritel dan Sukuk Tabungan.

Persamaan di antara keempat investasi tersebut adalah semuanya produk instrumen berpendapatan tetap yang memberikan kepastian hasil dalam bentuk kupon secara berkala. Dalam hal ini, keempat SBN Ritel memberikan bagi hasil setiap bulan.

SBN Ritel memiliki jangka waktu investasi yang bervariasi, mulai dari dua tahun hingga empat tahun. Dengan demikian, instrumen berpendapatan tetap adalah alat investasi jangka menengah.

Jika dikategorikan dari karakteristiknya, ORI umumnya serupa dengan Sukuk Ritel, sedangkan SBR serupa dengan Sukuk Tabungan. Terdapat perbandingan karakteristik di antara kedua kategori besar tersebut. Pertama, kepastian bagi hasil atau kupon. ORI dan Sukuk Ritel memberikan kupon dalam jumlah tetap dan umumnya di atas suku bunga deposito bank BUMN.

Adapun SBR dan Sukuk Tabungan memberikan kupon mengambang, yaitu dimulai dari imbal hasil dasar yang kemudian dapat menyesuaikan kondisi pasar apabila tren suku bunga meningkat. Menariknya, apabila tren suku bunga menurun, imbal hasil dasar tetap tidak turun.

Kedua, pencairan sebelum jatuh tempo. Investor ORI dan Sukuk Ritel memiliki fleksibilitas untuk dapat menjual kembali instrumen investasinya di pasar modal sekunder. Berbeda dengan SBR dan Sukuk Tabungan, investor wajib menahan dana investasi hingga jatuh tempo.

Ketiga,potensi mendapatkan tambahan keuntungan. Karena adanya fleksibilitas untuk diperdagangkan di pasar sekunder, pemilik ORI dan Sukuk Ritel dapat memperoleh tambahan keuntungan apabila ada selisih harga beli dan harga jual.

Aspek risiko

Di sisi lain, jika berbicara mengenai potensi keuntungan, maka juga harus dipertimbangkan aspek risiko dalam berinvestasi. Risiko terbesar dari berinvestasi dalam SBN Ritel adalah risiko likuiditas apabila membutuhkan dana segera, sedangkan investasi belum dapat dijual di pasar sekunder, atau bahkan dalam hal SBR dan Sukuk Tabungan yang memang harus menunggu hingga jatuh tempo.

Risiko lain yang menyertai adalah adanya risiko pasar apabila tren suku bunga meningkat sehingga pemilik ORI dan Sukuk Ritel akan menikmati hasil yang lebih rendah dibandingkan rata-rata pasaran saat itu. Akan halnya risiko gagal bayar tergolong sangat rendah karena penerbit SBN Ritel adalah Pemerintah Indonesia.

Lalu, bagaimana memanfaatkan investasi dalam bentuk SBN Ritel? Instrumen investasi ini sangat cocok bagi investor yang memiliki tujuan keuangan mendapatkan tambahan penghasilan setiap bulannya. Oleh karena itu, para pensiunan atau freelancer dapat memanfaatkan investasi ini untuk mendapatkan kepastian hasil di luar penghasilan lain.

Instrumen ini juga sangat cocok bagi para milenial yang masih memiliki dana terbatas, karena SBN Ritel saat ini dapat dibeli dengan dana Rp 1 juta. Saya pribadi telah berinvestasi sejak penerbitan ORI 001 tahun 2006 yang memberikan kupon 12,05 persen per tahun dan Sukuk Ritel 001 tahun 2009 yang memberikan kupon 12 persen per tahun.

Alat investasi tersebut membantu keluarga kami dalam menyiapkan dana pendidikan anak pertama untuk masuk jenjang SD dan dana naik haji kami tahun 2014 silam.

Salah satu hal menarik yang bisa diperoleh investor selain keuntungan adalah kesempatan untuk turut berkonstribusi terhadap pembangunan Indonesia. Hasil penjualan SBN Ritel akan digunakan untuk pendanaan APBN negara sehingga bisa berkontribusi dalam pembangunan nasional.

Pahamilah, SBN Ritel hanya ditawarkan dalam waktu yang terbatas, biasanya memakan waktu kurang dari satu bulan, seperti Sukuk Tabungan 006 yang akan berakhir pada 21 November mendatang. Apabila sesuai dengan tujuan keuangan, tidak ada salahnya untuk turut serta menjadi investor SBN Ritel.

Live a Beautiful Life!

Kompas, 16 November 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger