Berita dari AS di atas tak jauh berselang dengan terbitnya hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi atas kecelakaan pesawat B-737 MAX 8 PK-LQP milik Lion Air, 29 Oktober 2018, yang menyebabkan 189 orang meninggal. Hampir lima bulan kemudian terjadi musibah yang melibatkan pesawat bertipe sama milik Ethiopian Airlines pada 11 Maret 2019.
Ini menjadi pukulan telak bagi Boeing. Sebelumnya Boeing merupakan pabrikan pesawat terkemuka dunia dengan produk mengagumkan dan sukses di pasaran seperti jumbo B-747 dan juga B-777, dan yang terakhir B-787 Dreamliner yang termasuk pesawat berdesain revolusioner.
Boeing mengantongi lebih dari 4.600 pesanan untuk pesawat yang sangat irit bahan bakar ini.
Namun, reputasi mengagumkan itu runtuh dengan dua musibah yang melibatkan B-737 MAX, versi paling mutakhir dari 737 yang sebelumnya menjadi pesawat rute regional yang amat sukses dari segi penjualan. Hingga terjadinya musibah tersebut, Boeing mengantongi lebih dari 4.600 pesanan untuk pesawat yang sangat irit bahan bakar ini. Selain Lion Air, Garuda Indonesia juga sudah memesan 737 MAX.
Dalam upaya mengejar efisiensi penggunaan bahan bakar, Boeing untuk 737 MAX menerapkan desain baru yang konsekuensinya harus memodifikasi tinggi sayap guna mengakomodasi mesin dengan ukuran lebih besar. Ini juga yang membuat pusat gravitasi bergeser, pesawat bisa cenderung mendongak. Boeing pun memasang sistem sensor untuk setiap kali membetulkan postur pesawat saat terbang.
Setelah musibah, para penyelidik memfokuskan perhatian pada sistem kontrol 737 MAX yang dikenal sebagai MCAS (maneuvering characteristics augmentation system), yang dirancang untuk secara otomatis menundukkan hidung pesawat manakala ada bahaya stall. Sistem ini belum sempurna atau cara kerjanya tak cukup diinformasikan oleh Boeing kepada pilot, sehingga pada kedua musibah yang terjadi pilot kalah dalam upaya menstabilkan pesawat.
Menyusul dengar pendapat dengan Kongres, Ketua Komite Perdagangan Senat AS Senator Roger Wicker menyatakan, AS tak akan mengizinkan Boeing 737 MAX terbang lagi hingga warga dan pembuat kebijakan AS yakin 99,9 persen pesawat ini aman. Sungguh tak mudah bagi Boeing untuk memulihkan kepercayaan maskapai dan penumpang. Ini bencana yang boleh jadi paling serius yang pernah dialami Boeing.
AS tak akan mengizinkan Boeing 737 MAX terbang lagi hingga warga dan pembuat kebijakan AS yakin 99,9 persen pesawat ini aman.
Selain menyangkut Boeing, kita diingatkan untuk menyampaikan pesan agar Pemerintah Indonesia mengampanyekan keselamatan penerbangan. Lepas dari kekurangan kita di dunia penerbangan masa lalu, untuk kasus musibah Lion Air JT-610, penyebab kecelakaan bukan di pihak Lion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar