Penandatanganan disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan 30 Tahun Hubungan Kemitraan ASEAN-Korsel di Busan. Dengan penandatanganan deklarasi itu, kita selangkah lebih maju menuju penandatanganan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA), yang ditargetkan awal 2020. IK-CEPA adalah kemitraan komprehensif bidang perdagangan barang, jasa, investasi, ketentuan asal barang, serta kerja sama ekonomi. Penyelesaian IK-CEPA menjadi tonggak sejarah baru hubungan ekonomi dua negara (Kompas, 26/11/2019).
Di atas kertas, dengan efektif berlakunya IK-CEPA, nilai perdagangan bilateral kedua negara yang saat ini sekitar 19 miliar dollar AS ditargetkan bisa meningkat menjadi 30 miliar dollar AS pada 2022. Bagi Indonesia, Korsel mitra dagang ketujuh terpenting dan investor kedelapan terbesar. IK-CEPA diharapkan bisa membantu kedua negara menghindari tekanan perlambatan ekonomi dan proteksionisme global.
Seperti kemitraan komprehensif lain, IK-CEPA membuka akses dan peluang peningkatan ekspor dari Republik Indonesia ke Korsel dan masuknya investasi dari Korsel ke Indonesia, selain kerja sama bidang ekonomi lainnya. Hal sebaliknya juga berlaku bagi Korsel sebab komitmen ini sifatnya resiprokal.
Bagi Indonesia, Korsel mitra dagang ketujuh terpenting dan investor kedelapan terbesar.
Pasar dalam negeri kita kian terbuka untuk invasi produk Korsel, dengan diturunkannya bea masuk dan hambatan lain bagi produk Korsel. Kesiapan dan kesigapan akan menentukan apakah kita akan mampu mengambil keuntungan terbesar dari adanya IK-CEPA.
Peluang lebih terbuka sebab Indonesia saat ini satu-satunya negara ASEAN yang sudah menyepakati CEPA dengan Korsel. Kekhawatiran Indonesia dibanjiri produk Korsel mestinya tak perlu dan bukan ancaman. Produk kedua negara itu bersifat komplementer. Namun, seperti diungkapkan Ketua Tim Perunding RI, IK-CEPA tak serta-merta meningkatkan ekspor RI dan investasi Korsel di Indonesia. Ada pekerjaan rumah yang harus dikerjakan agar peluang itu bisa direalisasikan. Perbaiki iklim usaha dan daya saing produk ekspor itu salah satunya.
Tidak kalah penting peluang menarik investasi dari Korsel. Sebelumnya, Presiden Jokowi sempat mengeluhkan tak ada satu pun dari 33 relokasi perusahaan China memilih Indonesia. Hal serupa juga terjadi untuk investasi dari Jepang dan Korsel. Dengan adanya IK-CEPA, diharapkan lebih banyak investor Korsel masuk. Indonesia mengaku mengantongi banyak komitmen investasi Korsel setelah reaktivasi negosiasi IK-CEPA. Presiden Jokowi juga menyempatkan bertemu para pimpinan 10 konglomerasi terbesar Korsel.
Komitmen investasi dari chaebol, seperti Hyundai, Lotte, dan Posco, diharapkan bisa jadi pancingan investor Korsel lain yang selama ini enggan masuk. Harapan kita, investasi yang masuk ini yang paling dibutuhkan untuk membantu Indonesia menggenjot ekspor dan lapangan kerja, keluar dari deindustrialisasi dan masuk lebih jauh ke rantai pasokan global.
Kompas, 27 November 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar