Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 14 Desember 2019

BAHASA: Mempersoalkan ”Disabilitas” dan ”Difabel” (ROSDIANA SITOMPUL)


KOMPAS/SRI REJEKI

Penggunaan kata "disabilitas" atau "difabel" disesuaikan dengan konteks kalimat.

Kata disabilitas dan difabel biasa digunakan untuk menggantikanpenyandang cacat. Hal itu tergambar dalam kalimat berikut: "Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia mengatakan Presiden Jokowi telah menjamin pemenuhan HAM bagi penyandangdisabilitas di Indonesia". (Tribun, 2019)

Kalimat berikutnya adalah contoh penggunaan difabel: "Angkie Yudistia kemudian mendirikan Thisable Enterprise sebagai jembatan untuk menghubungkan kebutuhan di dunia kerja dengan kemampuandifabel". (Tempo.com, 2019)

Di Indonesia, undang-undang tentang penyandang cacat menggunakan istilah (penyandang) disabilitas, yaitu dalam butir 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Lebih rinci butir pertama undang-undang itu berbunyi, "Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak."

Jelaslah bahwa disabilitasmenggantikan istilah penyandang cacat. Sementara kata difabel tidak ditemukan dalam undang-undang tersebut.

KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR

Foto bersama usai dialog yang membahas tentang stereotip terhadap penyandang disabilitas, Selasa (10/12/2019), di Jakarta. Kata disabilitas berasal dari kata disability dalam bahasa Inggris.

Perlu diketahui bahwa UU No 8/2016 merupakan perubahan dari UU No 4/1997 tentang Penyandang Cacat, yang sudah tidak sesuai lagi dengan paradigma kebutuhan penyandang disabilitas sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru.

Demikian bunyi UU No 8/2016 butir d. Jadi, ada upaya menggantipenyandang cacat dengan istilah yang lebih halus, penyandang disabilitas.

Faktanya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cetak edisi keempat tidak ditemukan kata disabilitas, tetapi kata itu ada dalam KBBI daring. Fakta lainnya, KBBI cetak edisi keempat mencantumkan kata difabel dengan makna 'penyandang cacat' (n).

KOMPAS/SRI REJEKI

Tangkapan layar makna kata "disabilitas" pada laman KBBI daring pada laman kbbi.kemdikbud.go.id.

Baik kata disabilitas maupun difabelbelum ditemukan dalam KBBI cetak edisi ketiga. Untuk menyebut orang dengan kelainan kemampuan (keterbatasan), KBBI cetak edisi ketiga menawarkan kata tuna-, misalnyatunanetratunarungu, dantunawicara. Kata tuna- itu memiliki makna  'kurang'.

Dalam KBBI versi cetak juga daring, kata disabilitas masuk dalam kategori kata benda (nomina) dengan dua makna.

dis.a.bi.li.tas
keadaan (seperti sakit atau cedera) yang merusak atau membatasi kemampuan mental dan fisik seseorang
keadaan tidak mampu melakukan hal-hal dengan cara yang biasa‎

Sementara untuk kata difabel, KBBI daring menggolongkan sebagai nomina yang dalam maknanya mengandung makna persona.

di.fa.bel /difabêlpenyandang cacat

Berdasarkan uraian di atas, ketika kita menggunakan kata disabilitas untuk menggantikan penyandang cacat,diperlukan penambahan katapenyandang karena disabilitas belum mengandung makna persona (orang).

Sementara kita cukup menggunakan kata difabel, tanpa tambahanpenyandang, untuk menyebut penyandang cacat. Contoh kalimat pada awal tulisan ini sudah mewakili hal ini.

KOMPAS/SRI REJEKI

Makna kata "difabel" dalam KBBI edisi keempat.

Asal kata

Jika melihat bentuknya, disabilitasmemiliki kemiripan dengan disabilitydalam bahasa Inggris yang bermakna cacat atau ketidakmampuan, dan memiliki kelas kata sebagai nomina (Echols dan Shadily 2003, hlm 184). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa disabilitas merupakan pengindonesiaan dari disability.

Sumber lain pun, di antaranya Kamus Cambridge daring (https://dictionary.cambridge.org/) dan Kamus Merriam-Webster daring (https://www.merriam-webster.com/dictionary), memuat katadisability dengan makna yang sama dengan kamus Echols.‎

Meskipun demikian, dalam ketiga kamus tersebut tidak ditemukan bentuk difabel/difable atau yang menyerupainya. Dari sumber lain diketahui bahwa kata difabelmerupakan akronim dari different ability.

Akhmad Soleh dalam "Islam dan Penyandang Disabilitas: Telaah Hak Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Sistem Pendidikan di Indonesia" yang dimuat di Palastren(http://journal.stainkudus.ac.id/) menyinggung soal asal kata difabel.

Awalnya, dalam Konferensi Ketunanetraan Asia di Singapura pada tahun 1981, yang diselenggarakan oleh International Federation of The Blind (IFB) dan World Council for the Welfare of The Blind (WCWB), diperkenalkan istilah diffabled yang kemudian diindonesiakan menjadidifabel.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pelatihan pembuatan bermacam kerajinan bertujuan membantu warga difabel tetap produktif dan mandiri secara finansial di tengah bermasyarakat.

Istilah diffabled merupakan akronim dari differently abled, dan kata bendanya adalah diffability, yang merupakan akronim dari different ability, yang dipromosikan oleh orang-orang yang tidak menyukai istilahdisabled dan disability. (Soleh, 2014)

Terkait kata diffabled, Urban Dictionary mendefinisikannya sebagai "a person with a disability who is considered differently abled" (orang dengan keterbatasan/penyandang cacat yang dianggap berbeda kemampuannya). Dalam makna kata itu sudah terkadung unsur persona.‎

Jadi, deskripsi makna disabilitas dandifabel dalam KBBI sesuai dengan asal katanya. Maka tepatlah kalimat ini: "Thisable Enterprise merupakan pusat pemberdayaan ekonomi kreatif bagipenyandang disabilitas Indonesia" (Kompas.com 22 November 2019, 10:31).

Jika disabilitas diganti dengan difabel,kalimat akan menjadi: "Thisable Enterprise merupakan pusat pemberdayaan ekonomi kreatif bagidifabel Indonesia".

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Angkie Yudistia, pendiri Thisable Enterprise yang fokus membantu teman-teman difabel agar lebih berdaya dengan kemampuannya.

Lalu, bagaimana dengan penyebutan Hari Disabilitas Internasional? Jika mengacu pada bentuk Hari Buruh Internasional, semestinya digunakan Hari Difabel Internasional, fokus pada orangnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan menamai hari yang jatuh pada 3 Desember itu dengan International Day of People with Disability, dengan fokus pada orang/person/persona-nya, bukan kondisi atau keadaannya.

(Rosdiana Sitompul, Penyelaras Bahasa Kompas)

Kompas, 14 Desember 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger