Isu lingkungan lama hanya menjadi isu kesadaran semata. Orang hanya merasa diingatkan akan ancaman kerusakan lingkungan. Beberapa mulai bertindak. Namun, isu lingkungan bukan lagi sekadar isu kesadaran, melainkan telah memasuki fase aksi dan kontribusi.
Isu lingkungan bakal menjadi gaya hidup dan menjadi panduan pemilihan produk. Teknologi digital telah mampu mendeteksi perubahan tren itu. Pemilik merek perlu mengantisipasi dan mengadopsi tren itu.
Laporan "2019 Years in Search Indonesia" yang belum lama diluncurkan memperlihatkan pencarian tema-tema lingkungan makin meningkat secara pesat. Google menyimpulkan, konsumen Indonesia makin sadar atas dampak mereka terhadap lingkungan. Orang mulai membuat keputusan membeli berdasarkan keinginan untuk menjalani gaya hidup yang ramah lingkungan. Mereka memilih produk yang dampak ke lingkungannya rendah.
Kesimpulan itu berdasarkan peningkatan beberapa pencarian melalui Google Search, seperti kualitas udara naik 3,9 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, sedotan stainlesstumbuh 3 kali lipat, pencarian tas daur ulang tumbuh 6,3 kali lipat, kendaraan listrik naik 2,7 kali lipat, dan penelusuran dengan kata sustainabletumbuh 1,5 kali lipat.
Pencarian di topik yang lain seperti otomotif juga diketahui bahwa orang Indonesia mengaitkannya dengan kelestarian lingkungan, seperti pencarian catalyst naik 1,2 kali dibandingkan tahun sebelumnya, mobil hybrid tumbuh 3,5 kali lipat, motor listrik naik 1,6 kali lipat, danelectric car naik 2,7 kali lipat.
Dalam topik makanan, pencarian dengan kata kunci healthy food danhealthy recipes naik 1,5 kali lipat. Penelusuran dengan kata kunci sepertivegan, sugar free, shurataki, dan nasi merah naik 1,8 kali lipat, dan penelusuruan untuk bumbu masak yang sehat naik 2,3 kali lipat.
Topik lain dengan kata kunci kebakaran hutan naik 2,7 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Tema lingkungan merupakan tema terpopuler kedua yang dibaca oleh generasi Z (berumur 18 tahun hingga 24 tahun).
Tren ini sebenarnya juga merupakan tren global. Sebuah laporan dariFinancial Times beberapa waktu lalu tentang generasi mendatang juga menyebutkan, di Amerika Serikat sekitar 50 persen orang dewasa peduli dengan isu perubahan iklim, sementara hampir 60 persen generasi mendatang (15-21 tahun) peduli dengan isu itu.
Tidak mengherankan apabila generasi mendatang lebih merespons persoalan perubahan iklim sehingga pilihan-pilihan konsumsi pun selalu menyandarkan diri pada dampaknya terhadap alam.
Sebuah perusahaan perjalanan membuat paket-paket wisata bagi anak muda dengan tema kelestarian lingkungan. Mereka melakukan perjalanan dan bertemu dengan penduduk lokal untuk berbagi pengetahuan tentang nilai-nilai yang mereka pegang. Paket wisata ini sangat sukses sehingga pada tahun depan mereka menawarkan sebanyak 15 paket kepada publik.
Tidak mengherankan pula, paket wisata dengan makanan-makanan vegetarian juga bermunculan. Sebuah survei di Inggris menyebutkan, sekitar 54 persen warga berusia 18-34 tahun memilih vegetarian. Alasannya, mereka tidak mau makan daging karena harus disembelih dan mereka juga makin peduli dengan isu lingkungan.
Tidak mengherankan, muncul paket wisata dengan makanan-makanan vegetarian.
Mengapa mereka begitu peka dengan isu lingkungan? Isu-isu global seperti perubahan iklim, kekurangan pangan, dan kekurangan air telah disadari banyak kalangan. Generasi mendatang akan terkena akibat dan mengalami masalah itu apabila mereka tak segera bersikap.
Oleh karena itu, pilihan-pilihan itu merupakan tindakan mereka untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cuek karena merasa mereka tak akan sampai pada masalah itu.
Mereka tampaknya tidak lagi senang dengan seremoni terkait dengan perubahan iklim, tetapi ingin terlibat dan berkontribusi langsung. Oleh karena itu, mereka akan memilih cara konsumsi yang sedapat mungkin menekan perubahan iklim.
Fenomena ini yang harus diantisipasi perusahaan mapan agar mereka bisa relevan dengan pandangan konsumen generasi baru. Konsumen mendatang akan sensitif dengan berbagai isu lingkungan. Mereka tidak mau terlibat merusak semesta tempat tinggal mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar