Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 22 Januari 2020

SERANGAN JENDERAL SOLEIMANI: Kecerdasan Buatan Memudahkan Spionase dan Sekaligus Menakutkan (1) - SIMON SARAGIH


AP/KANTOR PEMIMPIN TERTINGGI IRAN

Dalam foto tanggal 18 September 2016 ini, Pejabat Garda Revolusi Jenderal Qassem Soleimani (tengah) menghadiri pertemuan di Teheran, Iran.

Jenderal Qassem Soleimani sempat menghilang dari pantauan pelacak penerbangan nomor 6Q501 Cham Wings Airlines. Ini maskapai komersial yang bermarkas di Damaskus, Suriah. Tokoh penting militer Iran yang sangat disegani Mayjen Qassem Soleimani tidak memakai pesawat pribadi karena sadar sedang jadi incaran.

Tim penyerang dari AS sudah khawatir dan rencana serangan hendak dibatalkan. Namun, informan melaporkan bahwa pesawat masih berada di Damaskus. Pesawat hanya terlambat terbang dari jadwal pukul 7:30 malam waktu Damaskus menuju Baghdad, Kamis (2/1). MasalahnyaMayjen Qassem Soleimani yang sedang diincar belum muncul.

Intelijens Israel membantu AS soal informasi itu dari Damaskus. Tim investigasi Irak kemudian menyebutkan informan ada di bandara Damaskus, yakni petugas lapangan Cham Wings Airlines dan juga satu orang lagi ada di dalam pesawat, Reuters, 10 Januari 2020.

Tim kembali bersiaga atas kedatangan pesawat, kurang lebih tiga jam terlambat dari rencana semula. Pesawat pun mendarat pada pukul 12:26 keesokan harinya Jumat (3/1) di Baghdad, setelah terbang satu jam lima menit dari Damaskus.
Dua mobil, Hyundai Stark dan Toyota Avalon, sudah menunggu Soleimani dan rombongan di parkiran bandara, menurut Middle East Eye, sebuah media online berbasis di London yang ditangani mantan jurnalis The Guardian dan Alzajeera.

AP/KANTOR PERS PERDANA MENTERI IRAK

Foto yang dirilis oleh Kantor Pers Perdana Menteri Irak ini menunjukkan kendaraan yang terbakar di Bandara Internasional Baghdad setelah serangan udara, di Baghdad, Irak, Jumat, 3 Januari 2020. Pentagon mengatakan militer AS telah membunuh Jenderal Qassem Soleimani, kepala Pasukan Quds.

Komandan milisi utama Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, menyambut Soleimani. Menurut beberapa pemimpin Syiah di Irak, tujuan Soleimani biasanya ke zona hijau di Baghdad, lokasi rumah Muhandis.

Saat menaiki mobil, di atas mereka sudah menunggu 3 pesawat nirawak, MQ-Reapers yang bisa terbang hingga ketinggian 50.000 kaki. Tembakan ke arah Soleimani terjadi lebih 20 menit setelah pesawat mendarat.

Tembakan pun tidak sembarangan. Soleimani, Muhandis dan iring-iringannya diserang saat agak jauh dari landasan Bandara Internasional Baghdad, dan tidak sedang ramai lalu lintas. Kalkulasi serangan tampaknya dilakukan matang.
Pesawat nirawak MQ-9 Reaper, dioperasikan dari Qatar, sudah tahu beberapa hari sebelumnya soal rencana ini lewat jaringan satelit. Gerakan Soleimani sudah diamati dari pesawat nirawak dan mengirimkan mobilitas sang jenderal ke Pentagon dan CIA. Serangan bisa diamati dari berbagai lokasi oleh AS, termasuk oleh Direktur CIA sedang berada di markas CIA di Langley, Virginia, AS. Ini bagian dari rencana yang dirancang 18 bulan sebelum realisasi serangan oleh tim Presiden AS Donald Trump seperti dituliskan harian AS The New York Times, 11 Januari.

Memilih lokasi serangan

Tim penyerang sempat menyatakan susah menargetkan Soleimani. Namun, mereka mengetahui Soleimani sering bepergian ke Suriah dan Irak. Dari informasi itu, rencana difokuskan ke pengembangan agen-agen di 7 badan terpisah, yaitu Tentara Suriah, Pasukan Quds di Damaskus, kelompok Hezbollah di Damaskus, di bandara Damaskus, di bandara Baghdad, Kataib Hezbollah, dan pasukan Popular Mobilization di Irak.

Rencana serangan muncul saat terjadi ketegangan di tengah serangan pada tanker-tanker minyak di Teluk Persia. Penasihat Keamanan Nasional Presiden Trump, Tim John Bolton ketika itu masih menjabat. Pada September 2019, United States Central Command dan Joint Special Operations Command dilibatkan dalam serangan itu.

Saat AS memilih akan menyerang di Suriah atau di Irak, pilihan Suriah dibatalkan karena kebebasan militer AS agak kurang dibandingkan di Irak. Pilihan lokasi serangan di Suriah dibatalkan untuk menghindari risiko perang antara Suriah dengan Israel.

Mengapa Soleimani ada di Irak?Beberapa sumber menyatakan dia sedang merancang sebuah serangan. Informasi lain menyebutkan dia sedang meredakan tensi Iran dengan Arab Saudi.

AFP/ ATTA KENARE

Para pelayat Iran berkumpul di pemakaman almarhum Jenderal Qasem Soleimani, di kota kelahirannya, Kerman, Iran, Selasa (7/1/2020). Soleimani tewas di luar Bandara Baghdad, pada Jumat (3/1/2020), setelah diserang oleh pesawat nirawak Amerika Serikat.

Untuk itu agen-agen di Suriah dan Irak direkrut. Mereka melaporkan dari waktu ke waktu pergerakan Soleimani. Dari pantauan ini terlihat Soleimani terbang dengan menggunakan sejumlah penerbangan. Dia kadang membeli beberapa tiket sekaligus untuk mengelabui pengejarnya. Jika naik pesawat, memilih kelas bisnis sehingga bisa masuk pesawat belakangan dan keluar duluan.
Dia bisa memasuki Irak lewat Najaf atau lewat perbatasan Munthiriya di wilayah Diyala, sekitar 120 KM di timur Baghdad. Kadang dia masuk lewat Bandara Internasional Baghdad. Kadang dia terbang ke wilayah Kurdi di Irak, lalu lewat mobil menuju Baghdad.

Sebelum serangan, Soleimani tebang dari Iran ke Damaskus. Dengan mobil dia melanjutkan perjalanan ke Beirut untuk bertemu Nasrallah, pemimpin Hezbollah. Di sore hari yang sama, dia kembali ke Damaskus.
Nasrallah sempat mengingatkan, media AS sedang fokus tentang dia dan menerbitkan fotonya. "Ini media dan persiapan politik untuk pembunuhannya," kata Nasrallah, yang mengenang kalimat Soleimani bahwa dia berharap wafat sebagai martir dan meminta Nasrallah mendoakan.‎

Soleimani berhati-hati

Sadar ada dalam incaran, Soleimani menghindari penggunaan teknologi modern. Dia mengikuti prosedur keamanan ketat agar terlepas dari jangkauan AS. Orang yang bisa menemui Soleimani sangat terbatas. "Ini prosedur keamanan ideal yang mereka ikuti. Selalu bepergian tanpa jadwal teratur dan tidak tertulis serta tidak mengumumkan tujuan, dan menggunakan penerbangan biasa," kata sumber, seorang pemimpin yang dekat ke Muhandis.

"Mereka melewati jalur khusus saat paspor mereka dicap stempel. Tidak memakai telepon cerdas, berjalan dengan kendaraan biasa dengan sedikit anggota rombongan. Secara umum sebenarnya sulit melacak mereka. Hanya saja bandara di Damaskus dan Baghdad penuh orang-orang terkait intelijen AS. Inilah yang memungkinkan mereka terjangkau," kata sumber itu.

AP PHOTO/EBRAHIM NOROOZI, FILE

Dalam foto tanggal 11 Februari 2016 ini, Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds Iran, menghadiri rapat umum tahunan untuk memperingati peringatan revolusi Islam 1979, di Teheran, Iran.

Mobilitas Soleiman tidak melewati jalur rutin. Namun tak ada rute yang aman untuk Soleimani karena dia telah dikhianati dengan terbongkarnya rute perjalanannya selama 36 jam terakhir menjelang serangan. Tampaknya dia sudah dimonitor sejak berangkat dari Teheran hingga Damaskus dan berakhir di Baghdad.

Bandara Internasional Baghdad memiliki prosedur keamanan ketat, dikelola perusahaan keamanan Inggris, G4S, sejak 2003, bekerja sama dengan intelijen dan jasa keamanan nasional Irak. Pihak AS juga terlibat pengamanan bandara, jalan dan udara Irak bekerja sama dengan pasukan kontra-terorisme Irak. G4S mencatat semua penumpang dan kendaraan yang lalu lalang ke dan keluar bandara. Ada kemudahan lain untuk mengenali Soleimani. Tangan kirinya memakai gelang unik besar, raut wajah warna kemerahan.

Para pendukung diinvestigasi

Usai serangan pada Soleimani, beberapa hari kemudian muncul investigasi pada orang-orang yang diduga turut mengkhianati Soeliman. Masalahnya, bagaimana gerak-geriknya bisa diketahui padahal tidak terdaftar dalam manifesto penerbangan, menurut petugas Cham Wings.

Investigasi atas serangan itu membuat agen-agen Keamanan Nasional Irak menyegel bandara dan mencegah belasan staf keamanan pulang, termasuk polisi, petugas pemeriksa paspor dan agen intelijen. Investigasi difokuskan pada bagaimana para informan di bandara Damaskus dan Baghdad berkolaborasi dengan militer AS untuk melacak dan menetapkan posisi Soleimani. Sasaran penelitian adalah dua petugas bandara Baghdad, dua pejabat kepolisian dan dua staf Cham Wings Airlines.

REUTERS/OFFICIAL PRESIDENT WEBSITE

Presiden Iran Hassan Rouhani, Sabtu (4/1/2020), mengunjungi rumah keluarga Jenderal Qassem Soleimani di Teheran. Soleimani adalah komandan Brigade Al-Quds, unit elite Garda Revolusi Iran, yang terbunuh dalam serangan udara di Baghdad, Irak, Jumat lalu.

Investigasi dipimpin oleh Falih al-Fayadh, penasihat National Security Advisor Irak dan Kepala PMF, sebuah badan yang mengoordinasikan hampir semua milisi Syiah dan Irak, yang didukung Iran dan dekat dengan Soleimani.
Para penyelidik memiliki indikasi kuat bahwa sebuah jaringan spionase di bandara Baghdad terlibat membocorkan rincian pergerakan Soleimani.

Penyelidikan menyasar seorang agen di bandara Damaskus dan satu agen lagi di dalam pesawat, serta dua staf bandara Baghdad. Empat orang yang belum berhasil ditangkap ini bekerja untuk kepentingan AS. Dua staf Cham Wings diinvestigasi oleh intelijen Suriah.

"Temuan-temuan awal oleh tim investigasi Baghdad mengindikasikan bahwa informasi pertama tentang Soleimani datang dari bandara Damaskus," kata pejabat. "Tugas jaringan di bandara Baghdad adalah mengonfirmasikan sasaran dan rincian rombongan."

AFP/ATTA KENARE

Para pelayat Iran berkumpul di sekitar sebuah kendaraan yang membawa peti jenazah Mayor Jenderal Qasem Soleimani (62) yang terbunuh akibat serangan Amerika Serikat selama tahap akhir prosesi pemakaman, di kota kelahirannya, Kerman pada Selasa (7/1/2020).

Para pejabat AS, berbicara secara anonim, mengatakan pergerakan Soleimani telah dipantau. Sumber ini menolak rincian pelaksanaan di lapangan.

Beberapa jam setelah serangan penyelidik di Irak memeriksa semua pangilan dan pesan SMS masuk oleh petugas malam bandara Baghdad. Seorang staf keamanan di bandara Baghdad mengatakan agen-agen menanyai dia selama 24 jam sebelum dilepaskan. Dia ditanyai dengan siapa bicara dan berkirim SMS sebelum Soleimani mendarat dan telepon selulernya diciduk. "Mereka menanyai saya sejuta pertanyaan."

Kompas, 20 Januari 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger