Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 26 Februari 2020

AKRONIM: Memahami Pembentukan Akronim (TEGUH CANDRA)


KOMPAS/SRI REJEKI

Dasar pembentukan akronim yang tidak benar dapat menciptakan kebingungan berbahasa.

Dalam berita yang muncul di media massa, baik media cetak, media elektronik, maupun media daring, sering ditemukan penggunaan akronim dengan beragam cara penulisan. Tidak dapat dimungkiri, ketika menggunakan akronim dalam tulisan berita, kita terkadang kurang memahami bagaimana akronim yang kita tuliskan itu terbentuk.

Akibat kurang memahami proses pembentukan akronim dan karena seringnya sebuah akronim tertentu digunakan, tidak jarang kita menuliskannya tanpa memikirkan kembali apakah akronim yang kita gunakan sudah benar dan apakah telah sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Dengan demikian, apabila akronim yang kita gunakan dalam penulisan berita ternyata tidak memiliki dasar pembentukan yang benar, tanpa sadar kita pun terjebak dan berperan dalam menciptakan kebingungan berbahasa, khususnya soal penulisan akronim.

Hal itu sangat dimungkinkan terjadi akibat banyaknya aturan pembentukan akronim, baik yang telah dibakukan maupun yang di luar kaidah resmi, yang belum kita pahami.

Kebingungan itu berdampak besar terhadap kehidupan berbahasa di masyarakat yang telanjur karut-marut. Pasalnya, apa yang kita tuliskan di media massa adalah pendidikan yang dicerna masyarakat secara langsung melalui proses membaca.

Kita tahu bahwa akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar, seperti mayjen (mayor jenderal), rudal (peluru kendali), danpemilu (pemilihan umum).

REUTERS/WANA

Suasana di sebuah tempat pemungutan suara saat pemilu legislatif Iran di Teheran, Iran, Jumat (21/2/2020). Pemilu adalah singkatan dari pemilihan umum.

Dalam bahasa yang lain, ahli linguistik Felicia N Utorodewo mengatakan bahwa akronim merupakan hasil dari proses pemendekan dengan menggabungkan huruf, suku kata, atau bagian lain dari kata yang ditulis dan dilafalkan sesuai dengan kaidah pelafalan bahasa yang bersangkutan.

Dengan mengetahui jenis-jenis akronim yang sering tersua dalam penulisan berita, kita dapat memahami prinsip dasar pembentukan akronim.

Tulisan ini tidak untuk mempermasalahkan seperti apa akronim yang benar atau tidak benar, tetapi lebih untuk memetakan jenis-jenis akronim yang muncul dalam penulisan berita di media massa. Tulisan ini juga dibuat untuk mencari tahu dasar pembentukan akronim sehingga diharapkan dapat menambah pemahaman bersama.

Keterbatasan ruang tulis berita yang dialami media cetak, seperti surat kabar, tabloid, dan majalah, saat ini memunculkan tantangan baru, yaitu bagaimana menyampaikan informasi secara utuh kepada pembaca dalam ruang yang sangat terbatas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan pemilihan kata yang tepat, selain hemat.

KOMPAS/SUCIPTO

Salah satu rudal di bagian sayap pesawat tempur F-16 di Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Dhomber, Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (15/2/2020). Rudal adalah singkatan dari peluru kendali.

Pola pembentukan akronim

Untuk memenuhi unsur hemat tersebut, penggunaan akronim dapat menjadi salah satu pilihan. Berikut ini adalah pola akronim yang muncul di media massa beserta contohnya.

Akronim yang dibentuk berdasarkan gabungan huruf pertama dari setiap kata: Doktrin Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)—kini TNI—adalah bertempur hingga tetes darah penghabisan.

Akronim yang dibentuk dari gabungan suku kata terakhir setiap kata yang diwakilinya: Kegiatan pra-resimen mahasiswa (menwa) bagi praja senior di IPDN dihentikan.‎

Akronim yang pembentukannya merupakan gabungan suku kata pertama dari setiap kata: Orde Baru (Orba) berhasil merekayasa pemilu untuk kemenangan Golongan Karya pada kurun 1971-1987.

Selain tiga jenis akronim di atas, masih terdapat beberapa akronim yang pola pembentukannya didasarkan pada prinsip enak didengar atau keindahan bunyi dengan cara pembentukan menggunakan gabungan dari beberapa proses yang telah disebutkan di atas.

Akronim yang dibentuk dari penggabungan suku kata pertama sebuah kata dengan suku kata terakhir dari kata yang lain: Suku Dinas Kependudukan Jakarta Timur kesulitan memperoleh akses data penghuni setiap rumah susun sederhana sewa (rusunawa).

KOMPAS/RIZA FATHONI

Rusunawa Embiro Semper Barat, Jakarta Utara, Senin (23/9/2019). Rusunawa adalah akronim dari rumah susun sederhana sewa.

Kata rusunawa merupakan gabungan dari suku kata pertama dari katarumah, suku kata terakhir dari katasusunsederhana, sewa. Karena secara bunyi terdengar enak dan dapat dilafalkan dengan mudah, pembentukan akronim dengan pola seperti ini pun akhirnya diterima masyarakat.

Akronim yang dibentuk dari gabungan suku kata dengan pelesapan huruf atau bunyi: Ari Santoso, Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekom) Pendidikan, menyatakan dana bantuan operasional sekolah bisa dipakai untuk berlangganan internet. 

Jika diuraikan, Pustekom terdiri dari kata pusat, teknologi, dantelekomunikasi. Agar enak didengar dan mudah dilafalkan, huruf atau bunyi k dari kata teknologi dilesapkan sehingga dibaca Pustekom, bukanPustekkom.‎

Akronim yang dibentuk dari penggabungan suku kata dengan menambahkan atau menyertakan huruf atau bunyi yang diambil dari suku kata berikutnya: Sarundajang berharap pemerintah kabupaten/kota menggabungkan program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). 

Jika dijabarkan, kata Jamkesdamerupakan gabungan dari katajaminan, kesehatan, dan daerah. Jika menggunakan hanya gabungan suku kata, akronim itu akan menjadiJakeda, yang tentunya secara fonetis tidak menarik untuk diucapkan, bahkan mungkin akan mudah dilupakan. Tipe pembentukan yang sama berlaku untuk kata puskesmas, yang merupakan gabungan dari tiga huruf pertama setiap kata.

Akronim yang dibentuk dengan menggabungkan antara suku kata dan huruf atau bunyi: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengemukakan, pembangunan proyek pipa gas hendaknya tepat waktu. Akronim Kadin merupakan hasil gabungan suku kata /ka/ dari kata kamar, bunyi /d/ dari katadagang, dan suku kata /in/ dari kataindustri.

KOMPAS/ANITA YOSSIHARA

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani dalam pembukaan Rapat Pimpinan Nasional Kadin di Nusa Dua, Bali, Jumat (29/11/2019). Kadin adalah akronim dari Kamar Dagang dan Industri yang terbentuk dari gabungan suku kata dan huruf.

Akronim yang terbentuk dari penggabungan suku kata yang tidak semuanya lengkap: Seorang anggota satuan pengamanan (satpam), Anggi Wahidan, dirampok sepeda motornya saat pulang bekerja, kemarin. Jika diperhatikan, pam adalah pemendekan dari kata pengamanan yang dibentuk dengan menggabungkan dua suku kata menjadi suku kata baru.

Akronim yang dibentuk dari penggabungan kata dengan akronim sehingga menghasilkan akronim baru:Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) mengadukan 191 perusahaan ke Mabes Polri.

Selain proses pembentukan akronim yang telah dikelompokkan di atas, ditemukan juga akronim yang dibentuk dengan menambahkan huruf atau bunyi yang tidak terdapat dalam unsur kata yang digabungkan, misalnyabentor (becak motor). Secara singkat dapat diuraikan bahwa munculnya huruf atau bunyi /n/ dalam katabentor merupakan usaha untuk menjadikan akronim ini lebih enak didengar dan diucapkan, menggunakan asas euphony.

Banyaknya jenis akronim yang muncul dalam penulisan berita di media massa tidak seharusnya membuat bingung penulis dan juga pembaca. Asalkan dapat memperjelas pemahaman terhadap sebuah berita dan membantu menuangkan ide secara tuntas dalam ruang tulis berita yang sangat terbatas, penggunaan akronim sangat disarankan, sebagai sebuah siasat dan kebutuhan. (Teguh Candra,Penyelaras Bahasa Kompas)

Kompas, 22 Februari 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger