Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 26 Mei 2020

ANALISIS EKONOMI: Tiga Fase Menuju Pemulihan (ARI KUNCORO)


REUTERS / ALY SONG

Orang-orang yang memakai masker wajah berjalan melewati pusat perbelanjaan di Wuhan, Provinsi Hubei, 30 Maret 2020.

Ekspektasi pemulihan ekonomi akanterjadi dengan cepat ala huruf V setelah penguncian wilayah (lockdowndi Wuhan, China, dicabut, tampaknya tidak akan segera terwujud.Pembelajaran yang diperoleh, walaupun pertokoan, toko kelontong, restoran, dan lain-lain sudah buka, tetapi trauma danketakutan akan penularan Covid-19 menyebabkan masyarakat masihenggan melakukan aktivitas konsumsi.

Di sisi produksi, kerusakan pada rantai pasok tidak dapat segera diperbaiki sehingga pabrik-pabrik, bahkan rumah makan, tidak dapat segera beroperasi karena kekurangan bahan baku dan bahan mentah.Pertumbuhan China yang mengalami kontraksi 6,8 persen pada triwulan I-2020 juga menunjukkan Wuhan sebagai salah satu pusat rantai pasok manufaktur yang terkait dengan semua negara dan dunia.

Data pertumbuhan ekonomi terbaru menunjukkan, ada korelasi antara keketatan  penguncian wilayah dan pertumbuhan ekonomi. Amerika Serikat mencatat pertumbuhan negatif 4,8 persen di triwulan I-2020. Hal inimendorong 16 pemerintah negara-negara bagian untuk mulai membuka perekonomian.

Sementara negara-negara di Eropa yang melakukan karantina wilayahketat mengalami kontraksi ekonomi lebih dalam. Perancis dan Spanyol masing-masing mengalami pertumbuhan negatif 5,8 persen dan 5,2 persen serta Italia dengan minus 4,8 persen. Sebaliknya, negara-negara yang memilih karantina wilayah yang tidak terlalu ketat mencatat pertumbuhan lebih baik. Jerman dan Inggris mencatat pertumbuhan yang sama, yaitu minus 2,2 persen, sedangkan Swedia dan Belandamasing-masing tumbuh minus 0,3 dan dan minus 0,5 persen.

Jepang, salah satu negara pusat manufaktur dunia dengan perusahaan-perusahan subsider yang tersebar di seluruh dunia, barangkali merupakan negara yang paling sadar pentingnya menjaga rantai pasokan. Jepang  yang dari awal memang secara terbuka tidak mendeklarasikan karantina wilayah, melainkan darurat kesehatan, mengalami pertumbuhan minus 1,8 persen. Berita terakhir melaporkankondisi kedaruratan kesehatan untukOsaka sudah dicabut, yang memberi sinyal proses pemulihan sudah dimulai.

REUTERS / KIM KYUNG-HOON

Orang-orang yang memakai topeng pelindung membuat jalan mereka di distrik pasar lokal di tengah wabah penyakit coronavirus (COVID-19) di Tokyo, Jepang 13 Mei 2020.

Negara-negara yang disebutkan di atas mengklaim menggunakan data dan sains dalam mempertimbangkan pembukaan kembali ekonominya. Namun, waktu yang dipilih untuk melakukan relaksasi tampaknya juga dipengaruhi data pertumbuhan ekonomi yang memprihatinkan. Tidak tertutup kemungkinan mereka jugamemperhatikan data solvabilitas dan likuiditas perusahaan-perusahaanterdampakSalah satu yang sangat kompleks dalam relaksasi penguncian wilayah adalah menggiring ekspektasi masyarakat ke arah normal baru dengan menyeimbangkankedaruratan kesehatansekaligus menjaga perekonomian agar tetap berjalan.

Fase perlambatan

Di Indonesia, pencegahan penularan Covid-19 dilakukan dengan membatasi interaksi sisi permintaan dan produksi perekonomian melalui pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yangdirancang mempunyai fleksilibilitas dalam penyaluran logistik.

Kendati demikian, kondisi darurat kesehatan tetap berpengaruh pada keyakinan konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Aprilmelemah dengan tajam ke 84,8 dari 113,8 pada bulan sebelumnya.Ekspektasi negatif inikonsisten dengan penurunan konsumsi barang-barang tahan lama, seperti elektronik, furnitur, dan perkakas rumah tangga. Akibatnya, pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan I-2020 hanya 2,84 persen secara tahunan, turun dari 5,02 persen pada triwulan sebelumnya.   

Secara keseluruhan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) triwulan I-2020 sebesar 2,97 persen jugamenunjukkan dampak dari Covid-19 sudah mulai dirasakan pada Februari di sektor transportasi dan pariwisata. Hal ini bisa dilihat dari penurunan jumlah wisatawan dari luar negeri yang merambat ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Masyarakat tampaknya memerlukan suasana baru, yang merupakan dilema tersendiri bagi berbagai pemerintah daerah.

Transportasi dan pergudangan menurun dari 5,45 persen ke 1,27 persen Sektor perdagangan melemah ke 1,97 persen dari 5,21 persen pada triwulan sebelumnya. Hotel dan restoran terpangkas dari 5,87 persen ke 1,9persen. Berdasarkan pengalaman dari beberapa krisis sebelumnya di dalam negeri dan luar negeri, justru sektor-sektor ini yang akan pulih lebih dahulu. Potensinya sebagai jangkar pemulihan sangat besar, dengan syarat prosedur ketat pencegahan Covid-19 diterapkan dengan disiplin yang tinggi. Kuncinya, mencari keseimbangan yang tepat.

Daya beli masyarakat sebenarnya masih cukup besar setelah terkungkung di rumah sekian lama. Namun, tanpa penanganankedaruratan kesehatan yang baik, risiko penularan akan tinggi. Hal ini terlihat dari kerumunan orang di pasar tradisional dan pasar malam kagetan yang semakin banyak, untuk berbelanja keperluan lebaran di tengah PSBB. Masyarakat tampaknyamemerlukan suasana baru, yang merupakan dilema tersendiri bagiberbagai pemerintah daerah.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Suasana Pasar Asemka, Jakarta Barat, Senin (25/5/2020). Pada libur hari kedua Lebaran, warga memadati Pasar Asemka untuk berbelanja mainan anak-anak. Harga yang miring dan dapat ditawar menjadi daya tarik Pasar Asemka tetap ramai meski masih diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Fase flatliner

Fase ini akan berjalan di triwulan IIdan III-2020Awalnya ditandaidengan pertumbuhan yang sangat rendah, bahkan negatif, antara -1,1 persen dan dengan -0.3 persenpada triwulan II. Kemudian, disusul pertumbuhan rata (flatpada triwulan III, yakni antara -0,1 dan 0,5 persen. Pola pemulihan akan berbentuk huruf U dengan pola bergerigi di pinggirnya seperti penampakan virus korona. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor perdagangan, hotel dan restoran berpotensi mengikuti pola pemulihancepat ala V, sektor manufaktur dengan porsi dalam produk domestik bruto (PDB) yang sekitar 22 persen, masihakan menjadi hambatan.Penyebabnya, masyarakat masih akanmengutamakan kebutuhan sandang-pangan, hiburan, dan rekreasi, tetapi masih menunda konsumsi barang tahan lama paling tidak sampai triwulan IV-2020.

Jika kelak terjadi percepatan pertumbuhan, manufaktur akandimotori sub-industri makanan dan minuman. Pada fase ini, untuk mencegah kontraksi perekonomianyang lebih dalam, pemerintah melakukan beberapa kebijakan, di antaranya perluasan perlindungan sosial, meminimalkan resesi pada sektor-sektor terdampak, perlindungan usaha mikro, kecil, dan menengah, serta relaksasi perbankan dan relaksasi fiskal.

Fase normal baru

Perilaku hidup sehat sepertipemakaian masker, penyanitasi tangan,  menjaga jarak, dan penggunaan transaksi dalam jaringan akan menjadi prosedur operasi standar dalam kehidupan sehari-hari. Pengaturan antrean, pesanan ambil, dan pesanan tanpa singgah menjadi kebiasaan baru untuk restoran cepat saji. Meja-meja dibatasi dengan plastik tembus pandang untuk mencegah semburan droplet. Sarana transportasi dan pariwisata akan membatasi tingkat okupansi justru untuk menarik pelanggan.

Kebutuhan normal baru akan menjadi peluang bagi pertumbuhan industri logistik dan transportasi, pendidikan berbasis daring, kesehatan, dan lain-lain. Hal ini merupakan kesempatan untuk memperkuat kemandirian ekonomi, khususnya mengembangkan rantai pasokan dalam negeri dalam pertanian, industri. perdagangan, pariwisata, dan jasa-jasa umum. Jika skenario ini dapat tercapai,diperkirakan mulai terjadi percepatandi fase akhir pada triwulan IV-2020,dengan pertumbuhan 4-4,4 persen, yang momentumnya dapat dilanjutkan pada 2021.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Ari Kuncoro

Pada era normal baru,kebijakan menyelamatkan nyawa manusia akibat wabah Covid-19 akan seiring sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi. Seperti yang terlihat dalam suasana keramaian sekitar Lebaran yang baru lalu, meyakinkan masyarakat untuk kembali beraktivitas dengan memperhatikan protokol pencegahan Covid-19 yang ketat adalah yang paling sulit. Faktorpendekatan budaya akan sangat melekat dalam merancang kebijakan publik pada era normal baru pasca-Covid-19 ini.

Kompas, 26 Mei 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger