Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 19 Juni 2020

PENCERNAAN MAKANAN: Kembung, Gas dalam Usus yang Mengganggu (ATIKA WALUJANI MOEDJIONO)


DRAWING/ILHAM KHOIRI

Atika Walujani Moedjiono, Wartawan Kompas

Setiap orang kentut setiap hari, berbunyi atau tidak, berbau atau tidak. Umumnya orang kentut 5-15 kali sehari. Maksimal 20 kali. Lebih dari itu artinya orang bersangkutan mengalami kembung atau flatulen.

Sebenarnya, gas dalam perut merupakan hasil alami dari proses pencernaan makanan. Hasil fermentasi sisa makanan oleh bakteri di usus besar berupa hidrogen, karbon dioksida, dan metan. Jumlah dan jenis gas hasil fermentasi tergantung jenis bakteri di usus besar serta jenis makanan.

Sumber lain adalah udara yang tertelan saat makan terlalu cepat, mengunyah permen karet, merokok, atau minum dengan sedotan. Udara tersebut berupa nitrogen dan oksigen.

Biasanya gas dibuang lewat sendawa. Sisanya dikeluarkan dalam bentuk kentut. Sendawa terus-menerus bisa jadi merupakan tanda ada masalah pada saluran pencernaan bagian atas, seperti radang ataupun penyakit refluks gastroesofageal (GERD).

Keberadaan gas dalam jumlah besar di perut menyebabkan kembung, perut membesar seperti balon, ataupun kram perut. Pelepasan gas bisa membuat tekanan pada dinding usus berkurang dan membuat lega.

Selain membuat tidak nyaman, menurut laman WebMD, kembung bisa jadi merupakan tanda gangguan kesehatan. Sebagai contoh, konstipasi (sulit buang air besar), intoleransi laktosa, sindrom gangguan lambung (irritable bowel syndrome/IBS) dengan gejala kembung, kram perut, diare, penyakit Crohn (radang usus kronis), penyakit Celiac (penyakit autoimun berupa kerusakan dinding usus halus karena mengonsumsi gluten), radang pankreas, endometriosis, hernia, dan kanker usus besar.

Sendawa terus-menerus bisa jadi merupakan tanda ada masalah pada saluran pencernaan bagian atas, seperti radang ataupun penyakit refluks gastroesofageal.

Laman American College of Gastroenterology menambahkan, orang yang anatomi perutnya berubah karena pembedahan atau memiliki penyakit autoimun tertentu bisa mengalami pertumbuhan bakteri di usus berlebihan sehingga sering bersendawa, dan kembung.

Perempuan yang pernah hamil bisa mengalami distensi (pengumpulan gas atau cairan) di perut ketika berdiri. Jika distensi hilang saat berbaring, bisa jadi hal itu akibat lemahnya otot perut karena peregangan selama kehamilan.

Makanan berserat, yakni kacang-kacangan, sayuran seperti kubis, brokoli, kembang kol, asparagus, bokcoy, buah-buahan seperti apel, plum baik bagi tubuh. Namun, jika dikonsumsi terlalu banyak, dapat memicu produksi gas berlebihan dan membuat kembung karena serat sulit dicerna.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Seorang pedagang menjual minuman berpemanis di Jakarta, Senin (9/3/2020). Pemerintah berwacana untuk mengenakan cukai pada produk minuman berpemanis, plastik, dan kendaraan beremisi karbon. Pemanis buatan tidak mudah dicerna sehingga bisa memicu kembung.

Pemanis buatan seperti sorbitol dan manitol ternyata tidak mudah dicerna. Demikian juga sumber karbohidrat seperti tepung gandum, kentang, dan jagung. Menurut Lembaga Internasional Gangguan Lambung dan Usus (IFGD), beras merupakan satu-satunya sumber karbohidrat yang tidak menyebabkan kembung.

Bagi orang yang intoleran terhadap laktosa, susu dan produk susu seperti yogurt, keju, dan mentega bisa mengganggu pencernaan.

Sebetulnya, berbagai jenis gas tersebut di atas tidak berbau. Yang menyebabkan bau adalah sulfur, terutama hidrogen sulfat. Makanan tinggi protein yang mengandung banyak sulfur akan membuat kentut berbau busuk.

Dalam Medicalnewstoday disebutkan, sulfur penting untuk kesehatan tubuh, tetapi makan banyak makanan yang mengandung sulfur bisa menimbulkan bau gas yang mengganggu. Makanan itu antara lain bawang merah, bawang putih, bawang bombai, daun bawang, brokoli, kembang kol, kangkung, dan kacang-kacangan. Telur dan makanan laut juga mengandung banyak sulfur.

Pencegahan

Olahraga, setidaknya 30 menit per hari, bisa membantu mencegah pembentukan gas dalam tubuh. Olahraga juga bisa memperkuat otot perut sehingga tidak terjadi distensi perut, dan menstimulasi gerak peristaltik usus sehingga mencegah konstipasi.

DIONISIO DAMARA UNTUK KOMPAS

Ikan merupakan jenis makanan yang aman dikonsumsi bagi mereka yang sering mengalami kembung. Berbagai jenis ikan seperti kembung banjar, bawal, kakap merah, dan ikan ayam-ayam ditawarkan di Pelelangan Pasar Grosir Muara Angke, Jakarta Utara, Jumat (27/7/2018).

Perubahan pola makan bisa mengurangi kembung, antara lain mengurangi makanan yang berserat tinggi. Jenis makanan yang aman dikonsumsi adalah daging, ayam, ikan, telur, sayuran seperti selada, tomat, timun, okra, juga buah-buahan seperti melon, anggur, beri, ceri, dan avokad.

Mereka yang memiliki intoleransi terhadap makanan tertentu perlu menghindari pemicu seperti makanan mengandung laktose dan gluten. Hindari minuman berkarbonasi seperti air soda, bir, minuman ringan, serta jangan mengunyah permen karet, dan merokok.

Untuk mengurangi udara tertelan, upayakan makan lebih perlahan dan mengunyah makanan sampai lumat. Penggunaan tablet arang aktif mampu menyerap gas dalam usus dan mengurangi kembung.

Orang yang mengalami kesulitan mencerna makanan tertentu, tetapi  ingin tetap mengonsumsi, bisa memanfaatkan enzim pencernaan yang sesuai dengan jenis makanan. Sebagai contoh, orang dengan intoleransi laktosa bisa minum enzim laktosa sebelum menyantap produk susu.

Menambahkan bakteri baik ke dalam tubuh membuat tubuh lebih mudah mencerna makanan dan mengurangi kemungkinan kembung.

Suplemen probiotik mengandung bakteri mirip dengan bakteri baik dalam sistem pencernaan. Menambahkan bakteri baik ke dalam tubuh membuat tubuh lebih mudah mencerna makanan dan mengurangi kemungkinan kembung.

Kajian William Hasler, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Universitas Michigan, Amerika Serikat, yang dimuat di Journal of Gastroenterology & Hepatology, September 2006, menyebutkan, produk susu, dalam hal ini susu fermentasi, yang mengandung bakteri produsen laktase seperti Lactobacillus acidophilus, spesies Bifidobacterium, dan Lactobacillus bulgofilus mengurangi kembung pada orang yang intoleran terhadap laktosa.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Bahan makanan berserat baik bagi tubuh. Namun, jika terlalu banyak dikonsumsi bisa menimbulkan produksi gas berlebihan dalam perut. Foto diambil Kamis (4/6/2020) di Jakarta.

Efek yang sama bisa diperoleh dari bakteri alfa-galactosidase turunan dariAspergillus niger. Selain itu, penelitian mendapatkan, penggunaanBifidobacterium infantis bisa mengurangi rasa nyeri, kembung, distensi dan konstipasi pada penderita IBS.

Jika kembung terus-menerus dengan nyeri perut, mual dan muntah, diare atau sebaliknya konstipasi berkelanjutan, serta terjadi penurunan berat badan, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Dengan bersikap waspada, memperhatikan kondisi tubuh dan memilih makanan yang tepat, kesehatan kita tetap terjaga dan hidup lebih nyaman.

Kompas, 19 Juni 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger