Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 13 Juli 2020

Antara ”Bolo-Bolo”, ”Obok-Obok”, dan ”Naik Delman” (FRANS SARTONO)


SUPRIYANTO

Frans Sartono, Wartawan di Kompas Gramedia 1989-2019

Meninggalnya Erwanda Lukas atau Papa T Bob pada 10 Juli 2020 mengingatkan kita pada lagu anak yang pernah sangat riuh di negeri ini.

Papa T Bob menjadi bagian dari penulis lagu anak yang hadir di setiap generasi.

Setidaknya sejak era 1960-an, zamannya Pak Kasur, Ibu Sud, AT Mahmud, hingga era milenial, lagu anak-anak menemani anak-anak tumbuh di negeri ini.

Mungkin lagu-lagu berikut ini pernah cukup menempel di memori auditif Anda. "Mama Bolo-bolo…/Papa Bolo-bolo…" Itu adalah lagu "Bolo-Bolo" yang dinyanyikan oleh Tina Toon yang beredar pada 1999. Tina Toon yang masih berumur enam tahun kala itu bergoyang lucu dalam klip video lagu tersebut.

Atau mungkin Anda pernah akrab dengan lagu ini. "Diobok-obok airnya diobok-obok/ Ada ikannya kecil-kecil pada mabok…" Nah, kalau ini adalah lagu "Air (Obok-Obok)" yang dinyanyikan Joshua Suherman pada 1999.

MATHIAS HARIYADI

Artis dan penyanyi Joshua Suherman pada tahun 1999. Kariernya diawali sebagai penyanyi anak yang populer lewat lagu "Air" (Obok-Obok).

Saat itu logat suroboyoan Joshua yang berumur tujuh tahun masih medok. Jika Anda ingat klip video lagu tersebut, barangkali Anda akan ingat pada sosok Thukul Arwana yang menjadi model klip tersebut.

"Bolo-Bolo" dan "Air" adalah lagu-lagu yang ditulis oleh Erwanda alias Wanda Chaplin, yang dalam album ditulis sebagai Papa T Bob. Penulis lagu produktif ini meninggal dalam usia 59 tahun pada Jumat, 10 Juli 2020.

Baca juga : Terdengar Seruling Benny Likumahua...

Papa T Bob bisa dikatakan sebagai penulis lagu bertangan dingin. Namanya seperti identik dengan lagu laris. Dari tangan kreatifnya lahir lagu "Semut-semut Kecil" yang dinyanyikan Melisa.

Lantas lagu "Du Di Dam" dan "Nyamuk Nakal" yang dibawakan Eno Lerian. Trio Kwek-Kwek kebagian lagu "Jangan Marah". Bondan Prakoso memopulerkan lagu "Si Lumba-lumba". Sementara lagu "Si Kodok"  dibawakan Ria Enes bersama bonekanya yang bernama Susan.

THEODORE KS

Mendiang Erwanda Lukas alias Papa T Bob saat berusia 39 tahun. Papa T Bob dikenal sebagai pencipta lagu anak-anak yang mencetak berbagai lagu hit.

Alternatif

Lagu-lagu karya Papa T Bob menjadi bagian dari lagu-lagu anak yang mewarnai era 1990-an. Di luar jalur industri rekaman, ada upaya untuk mencari lagu anak lewat lomba.

Seperti pada Lomba Cipta Lagu Anak Indonesia pada 1994 yang diselenggarakan stasiun televisi RCTI, Kompas Gramedia, dan Bank BCA. Lomba ini melibatkan AT Mahmud sebagai salah seorang juri.

Menilik jumlah peserta, ternyata cukup banyak orang yang berminat menulis lagu anak, yaitu 1.189 peserta. Mereka mengirim 2.451 lagu. Dari jumlah tersebut disaring menjadi "hanya" 16 lagu terbaik. Dari sisi tema cukup beragam dan menjadi alternatif di tengah riuhnya lagu anak di jalur industri rekaman.

Baca juga : Cinta, Air Mata, dan Jurus Ambyar

Misalnya, lagu "Beternak Ayam" karya Anita Asale; tema menabung pada "Tabungan Kodok" (AR Amron Trisnardi); tema cita-cita "Aku Ingin Jadi Pilot" (Ir Irzan Ishak); serta tema lingkungan, yaitu lagu "Panorama Pantai Pangandaran" (Ate Mamat).

Lagu anak yang lahir di jalur lomba ini memang kurang banyak terpapar ke publik, dibandingkan dengan lagumade in industri rekaman yang sering terdengar di radio dan televisi.

Jelang akhir era 1990-an, tiba-tiba seperti ada "ledakan" lagu anak dari Sherina dengan album Andai Aku Besar Nanti. Musik digarap serius oleh Elfa Secioria dengan big band-nya. Kompleksitas aransemen sampai di telinga dengan nyaman. Ini mematahkan banyak anggapan bahwa aransemen lagu anak cukup digarap sederhana.

JOHNNY TG

Sherina pada zamannya dianggap sebagai fenomena khusus musik anak-anak Indonesia. Hari Sabtu (7/7/2001), ia menggelar konser tunggal bertajuk Sehari dengan Sherina di Jakarta Convention Center.

Lewat album ini, anak-anak tidak hanya menikmati lagu dengan musik yang digarap serius. Mereka juga belajar mengenali bunyi-bunyian dari instrumen musik tiup, seperti saksofon, trompet, trombon, klarinet, dan flute.

Lewat garapan musik, anak-anak diajak merasakan apa itu swingwaltz, dan bentuk musik lain, termasuk jazz. Masyarakat mendapat pilihan lain lagu anak lewat album Sherina Andai Aku Besar Nanti. Bisa dikatakan album itu sebagai album lagu anak penting yang muncul di era 1990-an.

Dari Koes Plus ke Chicha

Lagu anak dalam industri musik memang tidak semeriah lagu-lagu untuk konsumsi orang dewasa. Akan tetapi, lagu anak sebenarnya juga dilirik produser. Suatu masa pada pertengahan 1970-an, ketika industri musik sedang tumbuh subur, lagu anak sempat diproduksi perusahaan rekaman Remaco.

Mereka menggunakan popularitas Koes Plus untuk membuat album lagu anak. Koes Plus pada jelang paruh kedua 1970-an memang sangat produktif dengan beragam kemasan album yang semua diembel-embeli label pop. Dan bisa dikatakan hampir semuanya laku. Tersebutlah mulai dari pop (saja), pop Melayu, pop Jawa, pop keroncong, pop Natal, sampai pop kasidah.

Baca juga : Mendengar Jerit dari Belakang Panggung

Nah, kemudian bertambahlah dengan pop anak. Koes Plus setidaknya membuat dua album anak, yaitu Pop Anak Volume 1 pada 1974 dan Pop Anak Volume 2 (1975). Mereka memopulerkan lagu "Puk Ami-Ami" dan "Tari Selendang". Bukan hanya Koes Plus, band-band lain dari Remaco pun juga membuat lagu anak, termasuk The Mercy's dan Bimbo.

Secara industri, bisa dikatakan inilah embrio dari tren produksi lagu anak. Setidaknya, pasar sudah terbaca. Lagu anak mulai riuh ketika Chicha Koeswoyo menyanyikan lagu "Helly" ciptaan Nomo Koeswoyo, sang ayah.

EFIX MULYADI

Titiek Puspa, Chicha Koeswoyo, Santi Sardi, dan Debbie Oma Irama dalam drama musik Kartini Manusiawi Kartini pada tahun 1979.

Jika sebelum itu lagu anak dinyanyikan oleh orang dewasa, lewat "Helly" lagu anak dibawakan oleh anak-anak itu sendiri. Dan bisa dikatakan Chicha dengan "Helly"-nya sebagai yang mengawali.

Chicha juga menjadi lokomotif tren anak musisi atau seniman yang bernyanyi lagu anak. Menyusul sukses Chicha, muncul Sari Yok Koeswoyo, putri awak Koes Plus Yok Koeswoyo. Lantas hadir kemudian Adi Bing Slamet, putra seniman serba bisa Bing Slamet dengan lagu "Mak Inem".

Kemudian muncul Joan Tanamal, putri pasangan gitaris Enteng Tanamal dan penyanyi Tanty Josepha. Joan terkenal lewat lagu "Si Kodok". Putri maestro biola Idris Sardi, yaitu Santi Sardi, juga ambil bagian dari meriahnya lagu anak lewat "Menabung".

Baca juga : Gembira Melepas Djaduk

Kemudian ada Debbie Oma Irama, putri Raja Dangdut Rhoma Irama, yang menyanyikan lagu "Idih Papa Genit". Tidak ketinggalan anak pasangan penyanyi Titik Sandhora-Muchsin, yaitu Bobby yang kondang dengan lagu "Papa Mama Sayang Bobby".

Jelang akhir 1970-an, muncul Vien Is Haryanto, penulis lagu dan drummerband Favourites Group yang memopulerkan lagu "Bebek-Bebekku".

Ada pula Astri Ivo, putri penyanyi terkenal era 1960-an Ivo Nila Krisna. Di luar lingkar keluarga seniman, muncul juga sederet penyanyi anak, seperti Ira Maya Sopha, Diana Papilaya, dan Dina Mariana.

IRAMANUSANTARA.ORG

Sampul album lagu anak-anak ciptaan AT Mahmud yang terangkum dalam album lagu anak-anak yang musiknya diiringi orkes pimpinan Mochtar Embut.

Pak Kasur sampai Jack Lesmana

Sekitar satu dekade sebelum era Chicha Koeswoyo, tokoh-tokoh musik negeri ini dengan penuh dedikasi membuat lagu untuk anak-anak. Tak kurang dari pasangan pendidik Pak dan Bu Kasur, para pendidik Djamalus dan Nurbaiti, serta AT Mahmud. Begitu pula tokoh musik seperti Jack Lesmana, Mochtar Embut, dan Adikarso bahu-membahu membuat album lagu untuk anak.

Anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar pada era 1960-an akrab dengan lagu-lagu berikut ini: "Pelangi", "Cecak", dan "Cemara" karya AT Mahmud. Juga lagu "Peramah dan Sopan" ciptaan Pak Dal serta "Kapal Api" gubahan AF Kau Besin.

Baca juga : Tamasya Indah ke Dunia Dongeng Disney

Bisa dikatakan itulah lagu milik anak-anak. Mereka nyanyikan di sekolah, di siaran radio, dan menjadi nyanyian sehari-hari kala bermain. Lagu-lagu tersebut dimuat pada album yang pada sampulnya tertulis Lagu Anak-anak Asuhan AT Mahmud.

Musik yang sangat apik dan indah digarap oleh orkes pimpinan Mochtar Embut. Lagu-lagu dalam album keluaran J&B Record ini menjadi lagu awet yang melintas zaman.

Boleh dikatakan, ada kesungguh-sungguhan dari para pendidik dan musisi dalam penulisan dan pembuatan album lagu anak. Tak kurang dari tokoh musik jazz Jack Lesmana juga menggarap musik untuk album lagu anak Nyanyian Anak-anak Gita Karana.

IRAMANUSANTARA.ORG

Sampul album Nyanyian Anak-anak Gita Karanayang musiknya digarap musisi jazz Jack Lesmana.

Album melibatkan Bu Retno sebagai pimpinan Gita Karana dan Kak Charis sebagai penulis lagu. Cukup terkenal pada masanya, antara lain lagu "Ke Ladang" dengan lirik awal "Lisa, Mira ayo kita ke ladang/ Ayo menanam umbi jagung dan pisang..." Kemudian lagu "Adik Menari", "Membantu Ibu Bapa", dan "Tidurlah Adikku".

Kemudian, pada pertengahan era 1960-an, pasangan pendidik Djamalus dan Nurbaiti membuat album lagu anak-anak dengan melibatkan Paduan Suara SGTK Negeri Jakarta. SGTK adalah Sekolah Guru Taman Kanak-kanak.

Djamalus yang mendalami seni suara menggarap aransemen dengan harmoni tiga suara perempuan. Sangat rapi, manis, dan harmonis, membuat anak-anak maupun telinga dewasa tertarik

Dalam catatan di sampul album terbitan Irama ini tertulis bahwa kehadiran lagu-lagu tersebut menjawab kebutuhan akan kekurangan lagu anak-anak pada masanya. Dikatakan bahwa lagu-lagu dalam piringan hitam itu dipertanggungjawabkan sebagai lagu kanak-kanak karena pencipta lagunya dikenal sebagai pendidik.

IRAMANUSANTARA.ORG

Sampul album lagu anak-anak yang dibawakan paduan suara SGTK Negeri Jakarta. Lagu-lagunya diciptakan oleh pasangan pendidik Djamalus dan Nurbaiti.

Catatan dalam sampul album menyebutkan bahwa syair lagunya sesuai dengan selera kanak-kanak. Dari sisi penggarapan musik dikatakan bahwa musik pada album tersebut memenuhi standar kualitas musik yang baik.

Orkes pengiring dapat dipertanggungjawabkan. Penggarapan musik melibatkan Mochtar Embut pada piano, Adikarso (bas), Imansjah (gitar), dan BJ Supardi (akordeon).

Album memuat delapan lagu karya Nurbaiti, yaitu "Kucingku", "Ke Pasar Ikan", dan "Adik Bermimpi". Kemudian karya Djamalus, yaitu "Adik Dicukur" dan "Hari Libur", serta karya AT Mahmud, yaitu "Layang-Layangku", "Citaria", dan "Musim Panen".

Selanjutnya dikatakan Nurbaiti, hendaklah jangan mengarang lagu anak dengan cara berpikir orang dewasa.

Djamalus dalam menggarap lagu anak mempertimbangkan kemampuan anak dalam bernyanyi. Lagu disesuaikan dengan wilayah suara anak-anak supaya anak-anak bisa ikut bernyanyi.

Adapun dalam menulis lirik lagu, Nurbaiti menyesuaikan dengan kemampuan kosakata anak sehingga lagu dapat dipahami mereka. Selanjutnya dikatakan Nurbaiti, hendaklah jangan mengarang lagu anak dengan cara berpikir orang dewasa.

Pada era yang sama, lagu-lagu karya Ibu Sud dan Pak Kasur termuat dalam album Lihat Kebunku yang menampilkan Paduan Suara Gembira pimpinan Soebronto K Atmodjo.

IRAMANUSANTARA.ORG

Sampul album lagu anak-anak Lihat Kebunku. Lagu-lagu di dalamnya karya Ibu Sud dan Pak Kasur.

Pada album keluaran Irama ini termuat lagu Pak Kasur "Lihat Kebunku", "Naik Delman", dan "Jeruk Bali". Kemudian lagu karya Ibu Sud seperti "Berkibarlah Benderaku", "Naik Kereta Api", dan "Menanam Jagung".

Dalam sampul album terdapat catatan dari pimpinan paduan suara. "Piringan hitam ini disediakan melulu untuk adik-adik, dari adik-adik, dan oleh adik-adik." Ada pula semacam pesan tentang pentingnya bernyanyi.

"...Dengan menyanyi, Adik-adik akan merasa gembira senantiasa, dan dalam suasana demikian Adik-adik dapat belajar dengan baik, serta menjadi sehat karenanya."

Kompas, 12 Juli 2020

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger