Dalam pemakaian bahasa Indonesia, kita tentu pernah mengalami kebingungan dalam menentukan kata yang tepat secara kaidah bahasa. Kebingungan atau kerancuan dalam penggunaan kata rupanya juga masih banyak terjadi pada sejumlah institusi resmi atau media massa yang notabene telah ahli dalam hal ini.
Bahkan, kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa kerap digunakan sebagai slogan atau moto. Akibatnya, orang awam pun kemudian menganggap kata-kata tersebut benar secara kaidah bahasa.
Salah satu kata yang sering digunakan sebagai slogan adalah terpercaya. Sebuah institusi negara menggunakan kata terpercaya sebagai slogannya: profesional, modern, terpercaya. Bahkan, akronim dari ketiga kata itu dijadikan sebagai nama gedung lembaga tersebut.
Beberapa media massa nasional juga memilih kata terpercaya dalam slogannya, untuk menegaskan bahwa media tersebut "dapat dipercaya" atau "paling dipercaya". Ada pula situs jual beli daring mengklaim sebagai "situs jual beli online mudah danterpercaya".
Di harian Kompas, pada edisi 7 September 2020 di rubrik dan halaman yang sama terdapat dua berita yang menggunakan kataterpercaya dan tepercaya. Berikut dua cuplikan berita itu.
Dampak pengelolaan pemasaran internal yang baik akan menghasilkan karyawan sebagai sumber terpercayatentang produk dan layanan perusahaan di masyarakat. ("Corong Perusahaan", halaman 9)
Dari data yang kami dapatkan dari sumber tepercaya dan survei internal, jumlah pasien, terutama di rumah sakit pemerintah, turun sekitar 40 persen. ("Tak Henti Berinovasi untuk Menghadapi Perubahan", halaman 9)
Penggunaan dua bentuk kata yang berbeda dalam dua berita tersebut, yaitu terpercaya dan tepercaya, tentu membuat bingung pembaca. Kedua kata itu seolah-olah "bersaing" untuk mendapatkan pengakuan mana yang benar, karena tentu tidaklah mungkin kedua-duanya benar secara kaidah bahasa.
Sebenarnya, manakah dari dua bentuk kata tersebut yang tepat secara kaidah bahasa?
Untuk mengetahui jawabannya, kita perlu melihat aturan pembentukan kata yang mendapatkan imbuhan ter-.
Berdasarkan kaidah bahasa Indonesia, apabila kita menempatkan imbuhanter- pada kata dasar yang berawal dengan fonem /r/ atau suku kata pertamanya mengandung bunyi /er/,awalan ter- berubah menjadi te-.Dengan kata lain, huruf /r/ pada awalan ter- hilang. Awalan ter- tetap menjadi ter- apabila digabungkan dengan kata dasar yang lainnya (Bentuk dan Pilihan Kata, 2014).
Jadi, manakah yang benar: terpercayaatau tepercaya?
Kata dasar dari kedua bentuk itu adalah percaya. Kata percayamengandung unsur /er/ pada suku kata pertamanya, yakni /per-/. Ketika kata percaya mendapat awalan ter-, berdasarkan kaidah tersebut, huruf /r/pada awalan itu akan lesap, menjadite-. Dengan demikian, berdasarkan aturan itu, kata yang tepat adalahtepercaya, bukan terpercaya.
Contoh kata lain, dengan kaidah pembentukan kata yang sama, adalahtecermin, bukan tercermin; tepercik, bukan terpercik; tecerna, bukantercerna; tepercik, bukan terpercik;tepergok, bukan terpergok; tebersit, bukan terbersit; teberkas, bukanterberkas; teperbuat, bukanterperbuat; teperdaya, bukanterperdaya; tepercul (artinya: tersembul, muncul), bukan terpercul;teserbu, bukan terserbu; tesergap, bukan tersergap; teserling (artinya: terjatuh, terperosok), bukan terserling,tepermai, bukan terpermai.
Dari contoh-contoh di atas dapat dikatakan bahwa ternyata selama ini terdapat penggunaan sejumlah kata yang tidak tepat di masyarakat.
Penggunaan awalan "ber-"
Pelesapan fonem /r/ pada imbuhanter- itu juga berlaku pada penggunaan imbuhan ber-. Jika saja sebuah kata dasar dengan unsur /-er/ dilekatkan dengan awalan ber-, huruf /r/ pada awalan tersebut juga akan hilang.
Untuk lebih memahaminya, mari kita ambil contoh kata yang sering digunakan oleh masyarakat, tetapi terdapat dua bentuk yang berbeda, yakni bercermin dan becermin. Manakah kata yang tepat secara kaidah bahasa?
Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa awalan ber- dapat berubah sesuai dengan bunyi yang dimasukinya. Dalam hal ini, awalan ber- dapat berubah menjadi be- dan bel- atau tetap menjadi ber-. Untuk lebih jelasnya, berikut kaidah pembentukan kata dengan menggunakan awalanber-.
Pertama, awalan ber- berubah menjadibe- apabila ditambahkan pada kata dasar yang dimulai dengan huruf r, misalnya kata berantai, dari kata dasarrantai.
Kedua, awalan ber- juga berubah menjadi be- jika ditambahkan pada kata dasar yang suku pertamanya berakhir dengan unsur /er/, contohnyabekerja, dari kata dasar kerja.
Ketiga, awalan ber- berubah menjadibel- jika ditambahkan dengan kata dasar tertentu, misalnya kata dasarajar, menjadi belajar.
Keempat, awalan ber- tidak berubah bentuk apabila digabungkan dengan kata dasar di luar ketiga kaidah di atas, misalnya kata janji menjadi berjanji.
Kembali ke pertanyaan sebelumnya, manakah yang tepat: bercermin ataubecermin?
Bercermin atau becermin memiliki kata dasar cermin yang mengandung unsur /-er/ pada suku kata pertamanya. Ketika imbuhan ber-dilekatkan pada kata dasar cermin, berdasarkan kaidah kedua, huruf /r/pada imbuhan tersebut lesap, menjadibe-. Dengan demikian, kata becermin-lah yang tepat sesuai dengan kaidah pembentukan kata.
Kata-kata lain yang pembentukannya sejenis dengan kata becermin adalahbeternak, bukan berternak; bederma, bukan berderma; beperkara; bukanberperkara; beserta, bukan berserta;bekerlip, bukan berkerlip;bepermaisuri, bukan berpermaisuri;bekernyut, bukan berkernyut;bekersik, bukan berkersik; bekertak, bukan berkertak; beserban, bukanberserban; beserbuk, bukanberserbuk; beserdawa, bukanberserdawa.
Aturan serupa berlaku pada gabungan awalan dan akhiran (konfiks) ber-andan ter-kan. Misalnya, kata dasarterbang mendapat imbuhan ber-an, maka pembentukan katanya menjadibeterbangan, bukan berterbangan.
Kata lainnya yang sejenis adalahbepergian, bekerlapan, bekernyutan,bepercikan, beterjunan.
Untuk pengimbuhan ter-kan pada kata dasar dengan suku kata pertama mengandung unsur /er-/, contohnya antara lain tecernakan, tekerjakan,teperhatikan.
Dengan memahami aturan pelesapan pada imbuhan ber- dan ter- yang benar sesuai kaidah, diharapkan akan mampu menghindari terjadinya kesalahan pemakaian kata.
Amin Iskandar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar